“Sembrana, kamu sekarang mau kemana?” pria setengah tua yang mengenalkan diri sebagai Ki Panjali bertanya ke Sembrana setelah mereka di lepaskan anak buah Panglima Dalman, usai di interogasi para pengawa sang panglima ini.“Aku tak punya tempat tinggal paman..aku hanya perantau dari kampung, aku yatim piatu!” sahut Sembrana apa adanya.“Berbahaya kalau kamu berkeliaran, pasti para pelaku dan komplotannya bakal mencari-cari kamu. Kasus ini sangat menghebohkan, bahkan kini seluruh kotaraja sedang sibuk mencari pelakunya. Begini saja, kamu ikut aku pulang dan tinggal bersamaku, aku jamin mereka tak berani menganggu kamu!”Sembrana cerdik, ia paham konsekwensi yang sudah ia lakukan tadi, benar kata Ki Panjali, pasti kini nyawanya terancam dan bakal di cari-cari si baju hijau dan si baju biru. Tanpa banyak pikir, Sembrana mengangguk dan mengkuti Ki Panjali.Sembrana kaget sekaligus senang, Ki Panjali ternyata mengajaknya pulang ke Padepokan Bangkui Hirang.Ki Panjali ternyata bukan orang s
“Aku tidak mencurinya…aku mendapatinya tak sengaja…!” bantah Sembrana. Si kakek ini mendelik lalu tertawa hingga giginya yang ompong terlihat jelas. Dan yang aneh lagi, si kakek ini agak cebol, saat Sembrana berdiri, tinggi si kakek hampir sama dengannya, bahkan agak tinggian Sembrana.“He-he-he…terserah kamulah, eh bocah, kamu tahu apa isi kitab ini?” tentu saja Sembrana langsung menggeleng dan ia bilang baru mau membaca hari ini.“Ahh masa…sekarang kamu serang aku, aku mau lihat benar apa bohong ucapan kamu itu!”“Baiklah, jangan salahkan aku kek kalau membuat kamu terluka!” ucap Sembrana bak orang dewasa saja.“Hik-hikkk bisa ajee ni bocah, kayak orang dewasa yang sakti aje bacotnya, cepat lakukan,” desak si Kakek terbahak.Merasa di remehkan, Sembrana marah juga, kini dia mulai pasang kuda-kuda, yakni jurus pembuka bangkui menerkam mangsa.Inilah untuk pertama kalinya dia mulai mengeluarkan ilmu silat yang dilatihnya selama 2 tahunan ini.Angin mulai bersiur lalu menyambar dan ber
Namun Sembrana tak bisa bertanya lebih jauh pada guru besarnya yang sangat jarang muncul di hadapan murid-muridnya. Bahkan baru hari ini Sembrana bisa bercakap-cakap langsung dengan Mahaguru ini.Karena Mahaguru Ki Sandar tak pernah melatih langsung para murid-muridnya, semua sudah di handle 5 pembantu utamanya yakni Ki Panjali, Ki Suna dan Ki Turi dan dua orang lainnya.Ki Sandar hanya akan muncul pada saat-saat tertentu dan memberikan petunjuk ilmu silat secara langsung ke murid-muridnya, yang dianggap ribuan muridnya tersebut bak dewa, saking hebatnya di mata mereka.Biasanya dari ribuan orang itu, hanya ratusan yang bisa menangkap intisari skil dan ilmu yang di perlihatkan Ki Sandar, lalu mereka bisa naik peringkat, yang paling sulit adalah naik peringkat dari 2 ke tingkat 1. Setiap tahun paling banyak dua orang yang lolos, selebihnya gagal.Bahkan sudah 2 tahun belum ada murid yang mampu lolos ke peringkat 1, yang biasanya di tes langsung sang Mahaguru.Sang Mahaguru ini juga men
Setelah Sembrana dan kakek Celun menghilang dari hadapannya, Ki Sandar menatap ke arah mana kedua orang tadi menghilang ke arah matahari terbit, atau ke Timur.“Sembrana…dia bukan keturunan sembarangan…anak ini agaknya memiliki darah biru, entah siapa ayah dan ibunya!” setelah menghela nafas, Ki Sandar lalu berjalan perlahan balik menuju ke padepokan.Walaupun terlihat pelan, tapi sebenarnya gerakan kakek kosen ini luar biasa cepatnya, tak sampai 10 menitan, Ki Sandar sudah kembali ke tempat istirahatnya dan memanggil Ki Panjali lalu menyebutkan kalau Sembrana, salah satu muridnya itu jangan di cari, karena kini jadi murid Kakek Celun.Ki Panjali tentu saja kaget campur senang dengan nasib baik yang menghampiri salah satu murid paling berbakatnya ini.“Inilah yang namanya takdir, siapa sangka, awalnya hanya bocah pengemis, lalu jadi murid di sini, kini malah menjadi murid tunggal Pangeran Celun, seorang kakek perantau berdarah biru yang juga guru dari Pangeran Remibara yang luar biasa
Seminggu kemudian, setelah mendapat wejangan atau nasehat-nasehat dari kakek Celun, untuk pertama kalinya Sembrana merantau seorang diri, setelah 5 tahun bersama gurunya ini.Dengan usia sudah 13 tahun, tentu sangat beda jauh antara Sembrana kala pertama kali meninggalkan kampung Marawis dan merantau menuju Kotaraja Bajama, dengan Sembrana saat ini.Saat meninggalkan kampung halamannya, Sembrana masih berusia 6 tahunan, seorang bocah yang tak punya keahlian silat apapun dan bermodal nekat doank.Kini di usianya yang sudah beranjak abege, badan Sembrana sudah menjulang bak remaja usia 17-18 tahunan. Walaupun badannya kurus, tapi kokoh dan di dalam tubuh kokohnya ini terdapat tenaga dahsyat dan kesaktian yang sangat hebat.Didikan selama 5 tahun dari Kakek Celun, ditambah bakat dan ketekunan Sembrana yang sangat keras, membuat anak ini menjadi sosok yang berubah 180 derajat.Awalnya Kakek Celun ingin menemani muridnya ini ke Telaga Hantu, tapi faktor kesehatan dan usia tua membuat si ka
Kakek ini lalu mengerahkan tenaga dalamnya, tangannya terlihat memerah keduanya, tanda kekuatan full sudah dia kerahkan buat Sembrana.Tak mau konyol, Sembrana juga bersiap, kini dia mengerahkan jurus Bangkui Menerkam Elang, jurus dahsyat yang di hasilkan melalui kolaborasi Kakek Celun dan Ki Sandar.Jurus ini tentu saja sangat kuat di pertahanan, namun Sembrana lupa, dia baru saja turun gunung dan dan belum teruji berhadapan dengan orang-orang hebat dan sakti, namun anak ini sangat percaya diri, sehingga tanpa takut, kini dia bersiap menerima serangan dahsyat dari kakek yang tak di kenal ini.Tentu saja tingkahnya ini makin membuat si kakek renta makin murka dan dia tak tanggung-tanggung mengerahkan tenaga dalamnya, si kakek ini ingin langsung bikin mampus Sembrana.“Hiattttt….!” Sambil melompat si kakek ini menyerang Sembrana yang pada saat bersamaan juga mengulurkan tangannya menyambut pukulan dari jarak 5 meteran ini.Dua tenaga dalam yang sama dahsyat pun bertemu dari jarak kuran
Merasa cocok dan punya tujuan yang sama, yakni ke Telaga Hantu, Balu, Juri dan Sembrana akhirnya bersama melanjutkan perjalanan menuju ke Telaga Hantu, yang masih 3-4 hari perjalanan lagi.Makin menuju ke tempat itu, perjalanan makin sulit dan mereka juga tak sedikit bertemu dengan orang-orang aneh, yang dari pakaiannya sama-sama kaum pendekar.Sembrana tentu saja sangat antusias, dia kadang bertanya siapa saja tokoh-tokoh yang mreka temui, Balu dan Juri yang sangat luas pengetahuannya menyebutkan siapa-siapa saja tokoh-tokoh tersebut.Untungnya tokoh pendekar yang mereka temui rata-rata dari golongan putih, tapi Sembrana agak kurang suka, karena terlihat banyak gaya, mentang-mentang merasa dirinya sakti dan dari golongan dengan strata di atas para pendekar golongan hitam.Ada juga sesekali mereka melihat pendekar dari golongan hitam, bahkan yang banyak yang berprofesi perampok ataupun perompak.Namun mereka tak takut, apalagi Balu dan Juri juga sudah terkenal sebagai tokoh-tokoh pers
“Nahh di depan kita ada 6 tikus yang mau ikutan berebut mestika ini nenek peot, bagaimana? Apakah perlu kita kirim ke neraka bersama-sama?”“Hiks-hiks, iya donk, bikin pusing saja, habisin dah, muak aku liat pendekar-pendekar yang sok alim dan ngaku dari golongan putih ini,” cetus si Nenek Maut.Lalu secara tak terduga, si nenek ini mengibaskan lengannya, serangkum serangan dahsyat langsung menerpa ke 6 orang ini.Untungnya ke 6 nya bukan pendekar sembarangan dan mereka sejak tadi sudah waspada, mereka berlompatan menghindar sehingga serangan itu luput.“He-he-he baru segitu aje udah pada ngacir!” ejek si nenek itu terus terkekeh.Ternyata Kakek Kofa tak tinggal diam, dia pun kini ikut mengibaskan tangannya, sehingga serangan kedua yang lebih dahsyat menerjang ke 6 orang tersebut.Maka sibuklah ke 6 orang ini menghindar dan pastinya membalas, karena mereka tak ingin mati konyol.Sembrana yang melihat pertarungan ini tentu saja berpihak pada ke 6 orang itu, apalagi ada dua orang dari P