“Tenang…aku membawa ini,” Sembara lalu meletakan sekantong uang nya, begitu di buka terdapat 20 keping uang emas dan 50 an keping uang perak.Para penjudi langsung berseru woww, karena ini modal yang sangat besar. Sementara mereka paling hanya 50 uang perak atau paling banyak 2 atau 3 keping uang emas.“Hmm…baiklah…cukup itu, kita mulai, perhatikan yaa!” si tukang dadu yang matanya sipit sebelah ini lalu memutar tiga biji dadunya di sebuah wadah, lalu setelah mulai berputar, diapun mulai menutup biji dadu itu.Kini Sembara anteng sambil menatap dadu yang sudah di tutup rapat tersebut, tangannya bergerak pelan, tak ada yang tahu, Sembara sudah mengerahkan sedikit tenaga dalamnya melalui meja judi dadu ini.“Ayo pasang, berapa angkanya, atau kalian mau bertaruh yang angka gede, besar atau kecil, hadiahnya 2X lipat?” pancing si bandar dadu ini.Para penjudi sesaat diam, lalu mulai melempar ke depan, di mana deretan angka-angka tertera, mereka tak berani ambil resiko, sehingga memilih sam
Juragan Polok lalu menaruh tangannya di atas tutup dadu, Sembara paham, bos dadu ini mulai mengerahkan tenaga dalamnya.“Manis ambilkan aku dua botol arak manis, cepetan yaa!” Somah dan Hio kaget di saat tegang begini, Sembara malah minta arak. Tapi keduanya tak membantah, lalu buru-buru mencarikan, mereka mengambil 2 keping koin perak sebagai pembayarannya yang tadi Sembara berikan.Tak lama datang arak manis yang dibawa Somah dan Hio, Sembara pun minum dengan cueknya, Juragan Polok terlihat menatap tajam tangannya di atas dadu, mulai terdengar teriakan agar sang juragan ini segera membuka tutup dadu.Sembari minum, Sembara meletakan tangan kirinya di meja, tiba-tiba tenaga dalam Juragan Polok seakan membentur karang kokoh, karena dia tak mampu mengerahkan tenaga dalamnya untuk merubah biji dadu yang masih tertutup rapat dan penutupnya dia pegang dengan tangan kanannya.Dia mulai mengerahkan semua tenaga dalamnya, wajahnya terlihat memerah, Sembara tetap anteng-anteng saja sambil min
Ternyata dia mengerahkan semua tenaga dalamnya dan terus berusaha merubah dadu ke angka besar, si orang tua ini ternyata tahu bunyi angka kecil dan besar.Tiba-tiba Sembara menapak meja judi ini.“Plakkk…!” tangan orang tua itu terangkat berikut tutup dadunya yang masih di tangan, lalu dia pun bak terdorong tenaga yang sangat kuat, terjengkang kebelakang, bahkan tubuhnya terguling ke lantai.Terbukalah kini biji dadu, tapi semua kaget dan melotot, dua biji dadu pecah, tapi tertera angka 1, sedangkan biji dadu yang utuh terlihat angka 2.“Kecillll….!” tenyata yang berteriak spontan istri Ki Taryuk dan bersorak lah semua penjudi, orang tua kalem tadi hanya bisa terdiam sambil menarik nafas dan lalu mundur kebelakang lantas bersemedhi kepojokan.Dia kalah telak melawan tenaga dalam Sembara, Juragan Polok makin pucat dan akhirnya dia marah-marah tak karuan, uangnya ludes banyak, termasuk uang hutang dari para penjudi ke dia lunas semua, tak terhitung kerugian yang di derita, agaknya hampi
Karena masih berada dalam seputaran kota yang bernama Panjali ini (masuk wilayah perbatasan Kerajaan Hilir Sungai dan Kerajaan Surata), tentunya masih banyak penginapan bertebaran, apalagi kota ini terkenal sebagai daerah yang komplet dengan hiburan dan pasar malamnya yang selalu rame, juga tempat judi hingga pelesirannya bertebaran di sini.Dan tempat judi sekaligus pelesiran milik Juragan Polok merupakan yang terbesar dan paling rame di kunjungi warga, baik dari warga di sini maupun pelancong dari kota lainnya. Sehingga jadi kota persinggahan yang rame dan sangat maju.Awalnya Sembara ingin dua kamar, tapi Nyimas bilang takut sendirian, sehingga mereka kini menyewa satu kamar, bahkan kamarnya pun yang termahal, karena ada tempat mandinya di dalam.Masuk kamar, Nyimas permisi dengan Sembara sebelum beristirahat dia mau mandi dulu, setelah pelayan kamar menyalakan pelita, kini ruangan menjadi terang.Nyimas yang sebelumnya sempat berbelanja pakaian uang pemberian Sembara, kini masuk k
Amukan Sembara itu langsung mengegerkan Kota Panjali malam itu, perbuatannya yang telah membunuh Juragan Polok membuat Sembara jadi buronan aparat keamanan kerajaan, Sembara atau Pendekar Romantis di sebut orang yang sangat berbahaya. Kegegeran bertambah lagi saat pemilik hotel menemukan Nyimas tewas di tempat tidur, dan ada 5 orang bercadar yang tewas di sekitar kamar penginapan Sembara dan Nyimas. Pagi nya warga kota Panjali, terutama yang miskin-miskin kaget bukan main, saat menemukan puluhan koin emas dan perak di depan rumah mereka. Ternyata, malam itu juga Sembara sengaja membagi-bagikan koin yang ia ambil di rumah judi Juragan Polok dan habis ia bagikan ke warga-warga miskin, ia hanya menyisakan satu kantong kecil buat bekalnya merantau. Sembara juga tahu perbuatannya sudah bikin geger se antero kota Panjali, tapi Sembara siangnya sudah sangat jauh meninggalkan kota ini. Nama Pendekar Romantis Berhati Kejam langsung merebak di kota ini, semua orang selama berhari-hari, b
Sembara melompat tinggi, lalu bak halilintar dia turun secepat kilat, akibatnya berhamburanlah ke 15 orang ini lintang pukang, dalam segebrakan Sembara sudah bikin keok ke 15 orang ini, untungnya Sembara tidak mengirim pukulan maut. Benar-benar kaget Palasi melihat para perampok yang dia ketahui mempunyai ilmu silat lumayan ini, bisa dengan mudah Sembara taklukan dalam satu jurus. Bahkan dia anggap Sembara sangat kejam, karena ke 15 orang perampok ini meringis kesakitan, rata-rata lengan mereka patah kena jurus Halilintar yang Sembara lontarkan barusan. “Nahh…sekarang saatnya giliran kamu, aku akan membalas perbuatan kamu dulu yang bikin aku terjungkal ke Sungai,” Sembara sangat dendam dengan pria setengah tua ini, ia juga ingat perbuatan si Pendekar Baung ini terhadap wanita-wanita yang dia perkosa selama ini. Sembara tak mau berlaku sungkan, dengan gerakan yang sangat cepat dia melompat sambil mengerahkan tenaga inti salju yang teramat dingin, agaknya Sembara ingin menghabisi Pen
Sembara tak lupa mengenalkan diri, dan dia bilang hanyalah pelajar gagal dan suka menggembara, dengan tujuan mau ke Ibukota Kerajaan Hilir Sungai. Tentu saja dia tak mau menceritakan apa misi besarnya ke ibukota kerajaan itu.“Terima kasih atas pertolongan tuan pendekar, eh Sembara, benar namaku Putri Zasa, aku berasal dari ibukota Serawak, ayahku Panglima Kifli, sepupu dari Raja Tago, aku sekolah kepribadian di Kadipaten Pahang!”Kagetlah Sembara tak mengira kalau Putri Zasa ini bukan bangsawan sembarangan yakni anak seorang panglima tinggi Kerajaan Surata.Lalu secara refleks Sembara pun mundur dan menghormat sebagaimana layaknya seorang warga biasa menghormati seorang bangsawan tinggi.“He-he…sudahlah Abang Sembara, aku panggil abang saja ya, tak usah berlebihan, di sini hanya kita berdua, buat apa sungkan-sungkanan segala, bikin tak enak ajee!” Putri Zasa langsung menutup mulutnya dengan jarinya yang lentik, ternyata setelah mengalami hal-hal yang menegangkan putri ini aslinya suk
“Putri…kamu agaknya kedinginan, kalau boleh…aku mau menyalurkan hawa panas, biar tubuh putri tak kedinginan,” Sembara mengucapkan dengan hati-hati dan sopan, agar Putri Zasa tak mengira dia macam-macam.Tanpa di duga Putri Zasa langsung berbalik membelakangi Sembara, ternyata dia sering melihat penyaluran hawa begini, sehingga tak canggung lagi. Apalagi sikap dan tutur kata Sembara sangat sopan, sehingga dia yakin pemuda ini orang baik dan terpelajar.Sembara mendekat dan mulai menempelkan lengannya, hampir saja Sembara sulit konsentrasi, karena bau tubuh Putri Zasa sangat wangi.Tapi dia menajamkan hati dan pikirannya, hingga bisa juga konsentrasi dan pelan-pelan tubuh Putri Zasa mulai hangat, lama-lama berubah agak panas.Saking konsentrasinya sambil memejamkan mata, Sembara lupa menyetop penyaluran hawa ini, tak dia sadari tubuh Putri Zasa mulai berkerigat, padahal cuaca sangat lembab dan dingin.Apesnya lagi, Putri Zasa yang tak memiliki pengetahuan soal tenaga dalam mengira Semb
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma