Namun Sembara menahan diri, karena ingat menghadapi seorang Nyi Sumi saja dia keok, apalagi pendekar-pendekar lain, termasuk musuh bebuyutannya, Palasi dan gurunya Ki Sohail.Dua orang yang bakal dibikin perhitungan Sembara yang sangat marah, karena telah membuat dia terjungkal ke Sungai Barito dan hampir tewas, andai tak ditolong Kakek Manyan.Kini Sembara sudah berubah bak bangsawan muda yang tampan dan perlente, Sembara seolah menjelma jadi Pendekar Asmara masa kini.Tentu saja dia lebih tampan, lebih sakti dan pastinya memiliki tubuh yang sangat kokoh dan kuat, berkat rajin latihan silat. Sembara kini dan 3 tahunan lalu benar-benar berubah 180 derajat, wajahnya makin tampan, makin wangi dan tentu saja makin sakti.Dia pun menuju ke restoran yang berada tak jauh dari rumah judi, dia duduk saja sambil menikmati makanan dan minuman, sangat lama dia tak menikmati makanan se enak ini.Saat itulah Sembara melihat seorang tua yang sedang di pukuli dua centeng di depan rumah judi terse
“Tenang…aku membawa ini,” Sembara lalu meletakan sekantong uang nya, begitu di buka terdapat 20 keping uang emas dan 50 an keping uang perak.Para penjudi langsung berseru woww, karena ini modal yang sangat besar. Sementara mereka paling hanya 50 uang perak atau paling banyak 2 atau 3 keping uang emas.“Hmm…baiklah…cukup itu, kita mulai, perhatikan yaa!” si tukang dadu yang matanya sipit sebelah ini lalu memutar tiga biji dadunya di sebuah wadah, lalu setelah mulai berputar, diapun mulai menutup biji dadu itu.Kini Sembara anteng sambil menatap dadu yang sudah di tutup rapat tersebut, tangannya bergerak pelan, tak ada yang tahu, Sembara sudah mengerahkan sedikit tenaga dalamnya melalui meja judi dadu ini.“Ayo pasang, berapa angkanya, atau kalian mau bertaruh yang angka gede, besar atau kecil, hadiahnya 2X lipat?” pancing si bandar dadu ini.Para penjudi sesaat diam, lalu mulai melempar ke depan, di mana deretan angka-angka tertera, mereka tak berani ambil resiko, sehingga memilih sam
Juragan Polok lalu menaruh tangannya di atas tutup dadu, Sembara paham, bos dadu ini mulai mengerahkan tenaga dalamnya.“Manis ambilkan aku dua botol arak manis, cepetan yaa!” Somah dan Hio kaget di saat tegang begini, Sembara malah minta arak. Tapi keduanya tak membantah, lalu buru-buru mencarikan, mereka mengambil 2 keping koin perak sebagai pembayarannya yang tadi Sembara berikan.Tak lama datang arak manis yang dibawa Somah dan Hio, Sembara pun minum dengan cueknya, Juragan Polok terlihat menatap tajam tangannya di atas dadu, mulai terdengar teriakan agar sang juragan ini segera membuka tutup dadu.Sembari minum, Sembara meletakan tangan kirinya di meja, tiba-tiba tenaga dalam Juragan Polok seakan membentur karang kokoh, karena dia tak mampu mengerahkan tenaga dalamnya untuk merubah biji dadu yang masih tertutup rapat dan penutupnya dia pegang dengan tangan kanannya.Dia mulai mengerahkan semua tenaga dalamnya, wajahnya terlihat memerah, Sembara tetap anteng-anteng saja sambil min
Ternyata dia mengerahkan semua tenaga dalamnya dan terus berusaha merubah dadu ke angka besar, si orang tua ini ternyata tahu bunyi angka kecil dan besar.Tiba-tiba Sembara menapak meja judi ini.“Plakkk…!” tangan orang tua itu terangkat berikut tutup dadunya yang masih di tangan, lalu dia pun bak terdorong tenaga yang sangat kuat, terjengkang kebelakang, bahkan tubuhnya terguling ke lantai.Terbukalah kini biji dadu, tapi semua kaget dan melotot, dua biji dadu pecah, tapi tertera angka 1, sedangkan biji dadu yang utuh terlihat angka 2.“Kecillll….!” tenyata yang berteriak spontan istri Ki Taryuk dan bersorak lah semua penjudi, orang tua kalem tadi hanya bisa terdiam sambil menarik nafas dan lalu mundur kebelakang lantas bersemedhi kepojokan.Dia kalah telak melawan tenaga dalam Sembara, Juragan Polok makin pucat dan akhirnya dia marah-marah tak karuan, uangnya ludes banyak, termasuk uang hutang dari para penjudi ke dia lunas semua, tak terhitung kerugian yang di derita, agaknya hampi
Karena masih berada dalam seputaran kota yang bernama Panjali ini (masuk wilayah perbatasan Kerajaan Hilir Sungai dan Kerajaan Surata), tentunya masih banyak penginapan bertebaran, apalagi kota ini terkenal sebagai daerah yang komplet dengan hiburan dan pasar malamnya yang selalu rame, juga tempat judi hingga pelesirannya bertebaran di sini.Dan tempat judi sekaligus pelesiran milik Juragan Polok merupakan yang terbesar dan paling rame di kunjungi warga, baik dari warga di sini maupun pelancong dari kota lainnya. Sehingga jadi kota persinggahan yang rame dan sangat maju.Awalnya Sembara ingin dua kamar, tapi Nyimas bilang takut sendirian, sehingga mereka kini menyewa satu kamar, bahkan kamarnya pun yang termahal, karena ada tempat mandinya di dalam.Masuk kamar, Nyimas permisi dengan Sembara sebelum beristirahat dia mau mandi dulu, setelah pelayan kamar menyalakan pelita, kini ruangan menjadi terang.Nyimas yang sebelumnya sempat berbelanja pakaian uang pemberian Sembara, kini masuk k
Amukan Sembara itu langsung mengegerkan Kota Panjali malam itu, perbuatannya yang telah membunuh Juragan Polok membuat Sembara jadi buronan aparat keamanan kerajaan, Sembara atau Pendekar Romantis di sebut orang yang sangat berbahaya. Kegegeran bertambah lagi saat pemilik hotel menemukan Nyimas tewas di tempat tidur, dan ada 5 orang bercadar yang tewas di sekitar kamar penginapan Sembara dan Nyimas. Pagi nya warga kota Panjali, terutama yang miskin-miskin kaget bukan main, saat menemukan puluhan koin emas dan perak di depan rumah mereka. Ternyata, malam itu juga Sembara sengaja membagi-bagikan koin yang ia ambil di rumah judi Juragan Polok dan habis ia bagikan ke warga-warga miskin, ia hanya menyisakan satu kantong kecil buat bekalnya merantau. Sembara juga tahu perbuatannya sudah bikin geger se antero kota Panjali, tapi Sembara siangnya sudah sangat jauh meninggalkan kota ini. Nama Pendekar Romantis Berhati Kejam langsung merebak di kota ini, semua orang selama berhari-hari, b
Sembara melompat tinggi, lalu bak halilintar dia turun secepat kilat, akibatnya berhamburanlah ke 15 orang ini lintang pukang, dalam segebrakan Sembara sudah bikin keok ke 15 orang ini, untungnya Sembara tidak mengirim pukulan maut. Benar-benar kaget Palasi melihat para perampok yang dia ketahui mempunyai ilmu silat lumayan ini, bisa dengan mudah Sembara taklukan dalam satu jurus. Bahkan dia anggap Sembara sangat kejam, karena ke 15 orang perampok ini meringis kesakitan, rata-rata lengan mereka patah kena jurus Halilintar yang Sembara lontarkan barusan. “Nahh…sekarang saatnya giliran kamu, aku akan membalas perbuatan kamu dulu yang bikin aku terjungkal ke Sungai,” Sembara sangat dendam dengan pria setengah tua ini, ia juga ingat perbuatan si Pendekar Baung ini terhadap wanita-wanita yang dia perkosa selama ini. Sembara tak mau berlaku sungkan, dengan gerakan yang sangat cepat dia melompat sambil mengerahkan tenaga inti salju yang teramat dingin, agaknya Sembara ingin menghabisi Pen
Sembara tak lupa mengenalkan diri, dan dia bilang hanyalah pelajar gagal dan suka menggembara, dengan tujuan mau ke Ibukota Kerajaan Hilir Sungai. Tentu saja dia tak mau menceritakan apa misi besarnya ke ibukota kerajaan itu.“Terima kasih atas pertolongan tuan pendekar, eh Sembara, benar namaku Putri Zasa, aku berasal dari ibukota Serawak, ayahku Panglima Kifli, sepupu dari Raja Tago, aku sekolah kepribadian di Kadipaten Pahang!”Kagetlah Sembara tak mengira kalau Putri Zasa ini bukan bangsawan sembarangan yakni anak seorang panglima tinggi Kerajaan Surata.Lalu secara refleks Sembara pun mundur dan menghormat sebagaimana layaknya seorang warga biasa menghormati seorang bangsawan tinggi.“He-he…sudahlah Abang Sembara, aku panggil abang saja ya, tak usah berlebihan, di sini hanya kita berdua, buat apa sungkan-sungkanan segala, bikin tak enak ajee!” Putri Zasa langsung menutup mulutnya dengan jarinya yang lentik, ternyata setelah mengalami hal-hal yang menegangkan putri ini aslinya suk