Sehingga saat Pangeran Manyan yang sudah gelap mata karena cinta, ketika masuk ke kamar Putri Rupa lewat jendela, kini sudah diketahui puluhan pendekar sakti yang langsung mengepungnya di taman rumah milik bangsawan ini, tak lama, setelah keluar dari kamar lewat jendela bersama Putri Rupa yang dia gendong.Pangeran Manyan kaget setengah mati, dia sudah di kurung dari segala penjuru puluhan pendekar sakti dengan pedang terhunus.Dan saat itu ia melihat paman nya yang paling dia segani, yakni Perwira Pangeran Parong (masih muda dan belum jadi Panglima, ayah dari Putri Galuh, istri ke 3 Prabu Malaki) juga terdapat di sana dan malah memimpin pengepungan ini.Pangeran Parong adalah adik ayahnya dari selir yang lain, secara trah dia kalah dengan Pangeran Parong, walaupun usia mereka hanya beda 3-4 tahunan.Ki Parong dan Pangeran Manyan sama-sama pernah berlatih silat pada seorang guru yang sakti, sehingga dia kaget, marah dan tentu saja tak berkutik saat berhadapan dengan pamannya ini.“Man
Paginya Sembara bangkit dari semedhinya, dia celingak-celinguk, karena Kakek Manyan tidak terlihat di depannya.Ia pun bangkit dan menuju teras, melihat sungai kecil yang berair jernih di depan pondok ini, Sembara merasa betah. Pemandangan sangat indah, ditiingkahi suara burung saling bercuitan dan sinar matahari pagi di sela-sela pepohonan besar.Tiba-tiba bak hantu saja karena tanpa bersuara, Kakek Manyan sudah datang lagi, dia melempar seekor kijang yang agaknya baru saja di bunuh kakek sakti ini.“Segera kuliti dan kita panggang, bumbu-bumbunya ada di pondok itu, aku lapar dari kemarin belum makan,” Sembara langsung mengangguk senang, karena dia juga sangat lapar.Saat makan Sembara senang sekali karena ada minuman kesukaannya, yakni arak manis, sehingga dobel sekali dia kenyangnya, daging kijang panjang yang besar mereka makan sambil ngobrol ngulur ngidul. “Jadi kamu kalah melawan si mantan selir Prabu Dipa, hmmm…masa kalah, malu sebagai lelaki kalah!” sungut Kakek Manyan kurang
Kini si nenek ini membentak, sangat nyaring suaranya, disusul gerakan kedua tangannya dan tampaklah dua sinar berkelebatan.Ki Sohail dan Ki Jantra bak terbang di terpa angin badai, sedapat mungkin keduanya bertahan, tapi keduanya bak di hajar angin puting beliung.Tapi keduanya memang tokoh kosen, lalu kembali bersalto lalu dan menyambar serta melayang ke arah tubuh nenek ini.Ki Sohail kini malah mengeluarkan kepandaian yang merupakan keistimewaannya, yang dia bawa sejak di Mongol, yakni 4 golok-golok kecil lalu dengan kecepatan yang luar biasa menyambitkan ke nenek ini.Di saat bersamaan Ki Jantra yang juga mendapat julukan Pendekar Petir memukul dengan keras, itulah demontrasi tenaga dalamnya yang sangat hebat.Bunyinya sangat memekakan telinga, 5 orang yang agaknya pendekar dan menonton serta bersembunyi dari jarak hampir 15 meteran sampai terkapar pingsan, saking nyaringnya bunyi ledakan pukulan Ki Jantra.Sembara saja sampai tergetar jantungnya, cepat-cepat dia mengerahkan tena
Tapi tak percuma Kakek Manyan yang merupakan salah satu tokoh kosen dan sangat berpengalaman dalam dunia persilatan, dia mampu mengimbangi kelincahan mantan kekasihnya kala masih berpetualang saat muda ini.Kalau gerakan Nyai Rombeng sangat lincah saat melawan Ki Sohail dan Ki Jantra, maka kini Nyai Rombeng bak menemukan lawan sepadan.Gerakan Kaken Manyan malah lebih luar biasa cepatnya mengimbangi semua jurus-jurus, dan juga gerakan mantan kekasih di masa mudanya ini.Saking cepatnya gerakan ke duanya, lima jurus sudah terlewat dan belum ada tanda-tanda Nyai Rombeng mampu merobohkan Kakek Manyan.Sembara sampai sakit matanya menyaksikan kecepatan gerakan kedua orang yang bertarung sengit ini. Daun-daun dan debu sampai berterbangan saat keduanya mengerahkan ilmu-ilmu silatnya ini.Nyai Rombeng benar-benar sangat marah, karena kini sudah masuk jurus ke 6 dan sebentar lagi masuk jurus ke 7, dia belum juga mampu merobohkan Kakek Manyan.Si nenek ini terus melakukan serangan dengan menge
Nyai Rombeng lalu menegur muridnya yang terlalu cepat menyerang Sembara, padahal pemuda yang berpakaian perlente, tak beda dengan Kakek Manyan ini tak salah.“Memang kamu tadi bersemedhi di mana sih sampai kelihatan Sembara, kan aku minta di tempat yang sepi dan tidak terjangkau siapapun?” Nyai Rombeng ternyata masih penasaran dengan murid tunggalnya ini.“Di sana guru, kan itu tersembunyi sekali,” Dawina langsung protes sambil menunjuk sungai kecil yang terlindung pepohonan besar.Ternyata dia gadis yang manja, sehingga kemarahan gurunya yang galak ini tak begitu dia ambil hati.“Sudahlah Nariti, tak perlu di marahi murid kamu itu, sekarang kita cari tempat yang agak santai, aku penasaran tadi kenapa kamu sampai betrok dengan dua orang yang kulihat ilmunya sangat tinggi!” Kakek Manyan langsung menengahi keduanya.“Ke sana saja Guru, di tempat tak jauh Dawina semedhi tadi, tempatnya enak dan sungainya juga bersih!” tiba-tiba Sembara nyelutuk, hingga Dawina mendelik ke arahnya, manis s
“Kita bersihkan dan bakar saja ikan ini, sayang nanti kalau ikannya busuk!” usul Sembara yang akhirnya memecah keheningan.“Apa…ehh Iya…ayooo..!” sahut Dawina yang kaget, diapun langsung berdiri dan dengan cekatan membersihkan ikan di sungai kecil itu.Beberapa kali Dawina salah membersihkan ikan itu, dia benar-benar malu sendiri, kalau teringat ulah gurunya dan Kakek Manyan tadi, apalagi saat menatap Sembara, dirinya makin gugup saja.Sembara sendiri lalu membuat api unggun dan kini menyalakan apinya hingga menyala besar, sambil menunggu Dawina membersihkan ikan.Melihat api sudah mulai padam dan Dawina belum juga selesai membersihkan ikan, Sembara yang tak sabaran lalu mendatangi Dawina, dan tanpa banyak cakap turut membantu membersihkan ikan sejenis lele sebesar lengan orang dewasa ini.Makin serba salah Dawina, sehingga saat tak sengaja lengan mereka bersentuhan, Dawina bak tersengat listrik, langsung menarik lagi.Sembara juga sama, entah mengapa, sentuhan itu bikin dia makin pen
Jelang tengah malam, Sembara kecapekan membaca, apalagi hanya diterangi api unggun yang beberapa kali dia tiup dan di tambahkan kayu dan ranting kering kalau redup.Ini juga sekaligus melindungi Dawina yang terlihat sangat tekun bersemedhi agar tidak di gigit nyamuk atau di ganggu binatang melata lainnya.Sembara sempat melirik Dawina, lalu dia pun mencoba memperaktikan cara semedhi yang barusan dia baca di kitab Pendekar Asmara tersebut.Kini diapun tenggelam dalam semedhinya, panca inderanya seakan tertutup, karena dia mengamalkan baca-bacaan yang sangat mudah dia hapal.Paginya Sembara tak sadar saat Kakek Manyan dan Nyai Rombeng bergantian membaca kitab yang tergeletak di depan Sembara bersemedhi dan kini diperhatikan Dawina yang sudah sejak tadi menghentikan semedhinya, rupanya tak ada yang membangunkannya dari semedhi.Kini ketiganya malah sarapan sambil memanggang kijang besar, yang entah darimana di peroleh Kakek Manyan, bau kijang di bakar inilah yang membangunkan Sembara da
Setelah 10 bulanan, Kakek Manyan dan Nyai Rombeng memanggil Sembara dan Dawina, kedua murid mereka yang sedang berlatih ini kaget, karena tak biasanya kedua guru mereka yang sudah beranggapan sebagai suami istri ini meminta mereka datang ke pondok, yang selama ini dipakai kedua kakek dan nenek sakti buat bercinta.Setelah duduk berhadapan, Kakek Manyan lalu mengatakan kalau hari ini dia bersama Nyai Rombeng akan memenuhi undangan tiga musuh besar mereka.“Kami harus berangkat, karena tantangan ini sangat tak mungkin kami berdua hindari, dia merupakan musuh lama kami berdua!” Kakek Manyan menghela nafas panjang.Kagetlah Sembara dan Dawina, karena selama ini kedua guru mereka ini tak pernah mengungkapkan kalau punya musuh besar.“Guru…apakah kami boleh ikut dan membantu?” Sembara memotong ucapan Kakek Manyan dengan hati-hati.Kakek Manyan langsung menggeleng, Nyai Rombeng hanya diam mendengarkan, nenek galak yang selama ini bawel seakan menyerahkan sepenuhnya soal ini ke ‘suaminya’.“I
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma