“Hmmm kalau informasi ini benar, inilah kesempatanku untuk menyusun kekuatan merebut kembali Kerajaan Hilir Sungai dari Prabu Durja!” batin Malaki.
Malaki kini sengaja memilih sebuah penginapan sederhana di pinggiran Kota Pangsa, harapan dia akan ada orang yang datang menemuinya, harapan itu kini jadi kenyataan.
Malam kedua saat dia beristirahat di kamar penginapan sederhana, Malaki tak kaget saat melihat ada bayangan seseorang yang agaknya mengetuk jendela kamar penginapannya.
Malaki waspada, tapi dia bersikap santai saja, dia sengaja bersemedhi sambil melirik ke jendela itu. jendela kamarnya terbuka, dan yang bikin Malaki kaget, agaknya orang yang kini mulai masuk ke kamarnya seorang wanita.
Lampu kamarnya remang-remang saja, tapi mata tajam Malaki bisa membedakan pria maupun wanita, wajah orang itu tertutup semacam cadar.
Begitu masuk ke kamarnya, orang itu lalu melepas cadarnya, kagetlah Malaki saat memandang wajah orang yang kini berada d
“Tak apa Nargis, kamu bangkitlah, duduk kembali, aku memang sengaja akan mengontak rekan-rekan sehaluan, untuk menyusun kekuatan merebut kembali Kerajaan Hilir Sungai seperti wasiat mendiang Prabu Dipa!”Nargis dengan takut-takut kini kembali duduk, sikapnya benar-benar kikuk, karena di jaman itu, duduk semeja dengan seorang raja, sangat lancang dan berani mati.Namun perintah Malaki tadi tentu saja tak berani ia bantah. Malaki lalu menceritakan secara singkat kematian Prabu Dipa pada Nargis, Nargis beberapa kali menghela nafas.Keduanya kemudian bicara dengan sangat serius tentang gerakan selanjutnya, malam itu juga Nargis diperintah Malaki segera kembali ke Ibukota Bajama menemui Ki Mandar.Tentu saja Malaki meninggalkan pesan-pesan khusus buat Nargis.“Bilang pada Ki Mandar, setelah aku bertarung dengan Ketua Pedepokan Naga Hitam, aku akan langsung ke Bajama menemui beliau!”“Siap padaku, hamba malam ini juga
Prabu Malaki sengaja menyatakan Kadipaten Pangsa sebagai awal tonggak gerakan pengambil alihan kerajaan Hilir Sungai dari penguasa boneka Prabu Durja.Karena kadipaten ini relatif tak begitu di kuasai Kerajaan Majapahit, karena sangat jauh dari pusat ibukota Kerajaan Hilir Sungai, dan juga berbatasan langsung dengan Kerajaan Surata, yang mulai menempatkan ribuan pasukannya di wilayah perbatasan dan sesuai perjanjian Malaki dengan Prabu Tago, bersiap tunggu komando hancurkan penjajah Majapahit dan rebut kerajaan dari raja boneka,Prabu Durja.Hari yang di tunggu-tunggu pun tiba, Prabu Malaki bersiap menerima tantangan para musuh-musuhnya, Malaki kini sengaja menanggalkan baju jubah hitamnya yang sederhana, Malaki kembali memakai baju kebesarannya, yakni jubah abu-abu yang mewah, diapun sudah memangkas brewoknya dan kini wajahnya makin tampan dan klimis. Senjata pedang bengkok sengaja ia tonjolkan di pinggangnya.“Saatnya aku menampilkan jati diri asliku, aga
Malaki menaksir, ada sekitar 300 orang prajurit yang datang mengurung tempat ini, agaknya Malaki akan di keroyok habis-habisan di sini, tapi dia tak gentar.Tak ada jalan lagi untuk menghindar, Malaki lalu mulai mengangkat tangannya dan membuka telapak tangannya tersebut, inilah jurus pembuka Menari Di Atas Awan yang sudah sangat sempurna ia kuasai.Malaki tak ingin lagi berdebat tak perlu, ia sudah sangat gatal untuk membasmi semua pengeroyoknya ini.Sohail yang melihat gerakan Malaki langsung tegang, dia bersama jagoan-jagoan lainnya langsung meloloskan senjata masing-masing.“Hati-hati, Pendekar Pekok sudah mengeluarkan jurus ter ampuhnya, siapkan senjata kalian!” perintah Sohail. Suasana mulai tegang dan seram, karena saat Malaki mengangkat tangan, tiba-tiba keluarlah hawa yang sangat dingin, inilah hasil latihan Malaki bersama Tengku Mimi yang sudah dia rubah sedemikian rupa di pegunungan meratus bagian barat ketika me
Begitu matahari mulai condong ke barat, tanda sudah masuk sore hari, Malaki yang beberapa kali berusaha menerobos kepungan ribuan prajurit ini selalu menemui jalan buntu.Malaki benar-benar memuji kelebihan pasukan Majapahit ini yang bikin formasi baja sedemikian hebat.Tapi Malaki juga terus mencatat cara-cara pasukan bertahan dan menyerang, dia mengingat semuanya sebagai bekal kelak melatih pasukannya.Di sinilah kecerdikan Malaki, yang secara langsung melihat bagaimana kerjasama pasukan ini, benar-benar sulit di tembus kekuatan hebat sekalipun seperti yang Malaki lakukan saat ini.Mereka benar-benar pasukan berani mati, sudah tak terhitung lagi berapa jumlah prajurit yang tewas oleh amukan Malaki.Tapi setiap kali ada yang roboh, rekannya yang lain kembali menggantikannya, benar-benar alot dan pasukan berani mati.Matahari makin turun ke barat, Malaki akhirnya memperoleh kesempatan kabur, karena cuaca mulai remang-remang dan gelap.
Ki Mandar juga mengumumkan lebih luas kalau Pangeran Malaki kini adalah seorang Prabu, menggantikan Prabu sebelumnya yang mangkat.Itu dilakukan setelah lebih 20.000 para pejuang berkumpul di pesanggrahan itu. Melalui upacara yang sangat khimad, Ki Mandar memimpin penobatan secara resmi Pangeran Malaki sebagai Raja Hilir Sungai.“Sebagai seorang Hakim Agung yang diangkat mendiang Prabu Dipa, saya dengan ini menyatakan, mulai hari ini, Pangeran Malaki resmi sebagai Raja Hilir Sungai menggantikan yang mulia Prabu Dipa yang meninggal dunia!” kata Ki Mandar di hadapan puluhan ribu pejuang yang hening mendengarkan pengumuman maha penting ini.Hakim Agung Ki Mandar juga menitahkan serta membacakan tugas utama Prabu Malaki adalah mengambil alih kerajaan dari tangan Prabu Durja.Tanpa diketahui siapapun, diam-diam Ki Mandar ternyata membawa sebuah mahkota yang langsung dipasangkan ke kepala Prabu Malaki.Semua kaget dan kini berseru kagum, saat
"Sebentar kanda…eeh maksudnya kanda Prabu, aku mau menemui 2.000 pasukan kami dulu!” sela Putri Galuh.“Silahkan Dinda Galuh…!” sahut Malaki tersenyum maklum. Diikuti Kinanti dan Mimi, Putri Galuh lalu berbalik dan berjalan menemui pasukannya.Dengan suara tegas, putri Panglima Ki Parong menjelaskan siapa adanya Malaki ini, sekaligus memberitahu kalau Prabu Dipa sudah meninggal dunia.Bagi yang pernah melihat Prabu Dipa, sempat mengira Malaki adalah Prabu Dipa, sejak tadi mereka sudah takjim memberi hormat pada sang prabu ini dan tak berani berbuat ribut, hanya mereka kaget kenapa ‘Prabu Dipa’ datang-datang langsung memeluk tiga wanita jelita ini..Tapi setelah mendengar ucapan Putri Galuh, semuanya kini menjadi heboh beberapa saat, tak mereka duga itu adalah Pangeran Malaki, yang baru saja di dapuk sebagai Prabu Hilir Sungai, yang otomatis gelar pangeran berganti jadi Prabu.Tak ingin menimbulkan kegaduh
Persiapan-persiapan yang dilakukan Pendekar Pekok atau kini Prabu Malaki tentu saja sampai ke ibukota Bajama. Prabu Durja murka bukan main, tapi diam-diam dia juga merasa sangat ngeri dengan kekuatan pasukan Prabu Malaki yang dikatakan panglima perangnya semakin hari makin bertambah banyak, baik dari prajurit yang desersi ataupun rakyat Hilir Sungai yang ikut bergabung. Belum lagi adanya kabar kalau tiga padepokan besar diam-diam murid-muridnya juga ikut bergabung, inilah yang membuat Prabu Durja makin takut kekuasaan yang dia raih berkat bantuan pasukan Majapahit akan segera berakhir singkat. Iapun lekas-lekas menemui anak buah Jenderal Kerta, Ki Juruk dan merundingkan apa langkah selanjutnya. “Hmm…ternyata Pangeran Malaki atau kini Prabu Malaki sedang menyusun kekuatan di Pesanggrahan yang terletak di Barat Pegunungan Meratus!” gumam Ki Juruk sambil mengelus jenggotnya. “Apa hasil dari telik sandi yang kamu kirimkan Prabu Durja!” Ki Juruk sambi memandang Prabu Durja, walau kedud
Pasukan besar inipun bergerak dengan gagah, Prabu Malaki kini menaiki kuda jantan warna hitam, kuda ini ternyata kuda khusus yang diberikan seorang warga Kadipaten Pangsa, kuda ini awalnya sangat liar dan sulit ditundukan.Tapi setelah Prabu Malaki menaikinya, dengan tenaga dalamnya yang sudah sangat sempurna dikuasai, Malaki akhirnya mampu menundukan kuda yang liar ini dan dijuluki si Hitam.Di kiri kanannya berjejer tiga istrinya yang jelita.Pasukan besar ini dibagi tiga dan bergerak secara bergelombang, gelombang pertama di pimpin langsung Prabu Malaki, gelombang kedua Panglima Jenderal Ki Jimi didampingi Pendekar Nargis, gelombang ke tiga di pimpin Jenderal Muda Ki Hura dan Jenderal Muda Dusman bersama istrinya Nalini.Gelombang pertama sebanyak 15 ribu pasukan, gelombang ke dua 20 ribu pasukan dan gelombang ke ketiga 25 ribu pasukan.Inilah taktik perang yang disampaikan Putri Galuh, sebagai putri mantan Panglima Ki Parong, putri cantik ini hapal cara-cara berperang agar selalu