“Ya tentu saja yang mulia! Aku merasa bersalah sekali padanya yang telah merusak kepercaayannya selama ini kepadaku!” sesalan Yuda Tirta. “Setiap orang pasti pernah berbuat kesalahan, hanya saja tidak banyak yang mau menyadari dan selalu mengulangi kesalahan itu! Kamu salah satunya orang yang ingin belajar dari kesalahan yang pernah diperbuat, dan kamu pun sudah menjalani hukumannya dengan kesabaran serta membalasnya dengan berbuat baik membantu sesama!” tutur Arya. “Benar Arya! Banyak pelajaran berharga yang telah aku dapati saat terdampar ke negeri peri, bertemu dan berjuang menegakan kebenaran dengan kalian adalah sesuatu yang membuatku telah menebus kesalahan yang pernah aku lakukan! Untuk ke depannya dengan yang mulia Benggala dan Kerajaan Permata Timur ini, aku akan selalu tegak pada kebenaran!” ujar Yuda Tirta, Arya dan Benggala tersenyum sembari acungkan jempolnya kepada sahabatnya itu. Seorang prajurit istana tampak berjalan dengan menarik seekor kuda ke arah mereka, praju
“Benar sekali dengan apa yang kamu katakan itu, Arya! Selama aku menjadi Panglima di Kerajaan Batu Kembar dulunya! Aku kerap pula berhadapan dengan para gerombolan perampok saat melakukan perjalanan sendiri tampa ditemani para prajurit! Mereka memang berasal dari orang-orang yang pemalas bekerja!” ujar Yuda Tirta. “Umumnya kejahatan itu muncul karena disebabkan di diri seseorang itu memiliki ketamakan dan bersifat pemalas! Tidak perduli orang itu keturunan raja ataupun rakyat biasa! Jika kedua sifat itu telah melekat di dirinya, maka dia tidak akan canggung lagi untuk melakukan kejahatan demi semua keinginannya tercapai! Seperti contohnya Boma Santa, dan para gerombolan perampok yang baru saja kita hadapi!” tutur Arya, Yuda Tirta hanya anggukan kepalanya. “Oh ya, kamu akan menemui Ningrum dulu atau Prabu Switrajaya?” sambung Arya. Sebelum kita tiba di Kerajaan Batu Kembar, kita akan memasuki Desa Karimun dan disanalah Ningrum tinggal yang ditemani seorang mantan abdi istana yang se
“Wah, bagaimana bisa Kanda diangkat menjadi Panglima di Kerajaan itu?” tanya Ningrum heran. “Panjang sekali untuk diceritakan, Dinda! Saat ini aku dan sahabatku ini akan menemui Prabu Switrajaya di istananya dulu! Setelah itu kami akan kembali lagi ke sini dan menceritakan semuanya pada Dinda!” tutur Yuda Tirta. “Baik Kanda, aku akan menunggu Kanda di sini!” ujar Ningrum, kemudian Yuda Tirta dan Arya kembali naik ke punggung kuda memacunya menuju istana Kerajaan Batu Kembar. Seperti Kerajaan besar lainnya, di depan istana itu terdapat pintu gerbang yang dikawal beberapa prajurit pilihan, awalnya para pengawal pintu gerbang itu bersikap sangat waspada saat melihat dua orang penunggang kuda dari kejauhan, namun setelah penunggang kuda itu berhenti di depan pintu gerbang, para pengawal memberikan salam hormat pada salah seorang dari penunggang kuda yang mereka kenali itu. “Hormat kami, Panglima!” ucap mereka membungkukan badan. “Hemmmm... Aku bukan Panglima kalian lagi! Jadi tidak p
“Sama-sama, kamu pun telah banyak berjasa pada Kerajaan ini selama menjadi Panglima! Kalau pun kalian sudah pindah ke Kerajaan Permata Timur, jangan pernah pula lupa akan Kerajaan ini! Sesekali waktu datanglah berkunjung kembali ke sini! Mari, kita makan siang bersama!” tutur Prabu Switrajaya, sembari mengajak Yuda dan Arya untuk makan siang bersama di istana Kerajaan Batu Kembar itu. Sementara siang itu di Desa Kemukus yang merupakan bagian dari daerah kekuasaan Kerajaan Batu Kembar yang kini telah berhasil direbut Panglima dan para prajurit Kerajaan Siluman, tengah membangun pos-pos pertahanan di ujung desa. Hal itu menandakan jika Desa Kemukus kini telah berada dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Siluman, serta pos-pos itu berguna untuk tempat bertahan dari serangan musuh. Dawara meminta kepala Desa Kemukus untuk memerintahkan warga desanya membantu para prajurit dalam membuat pos-pos pertahanan itu, Desa Kemukus itu benar-benar telah dikuasai dan seperti diperbudak. Para warga desa
“Bagaimana menurut yang mulia Kerajaan Permata Timur ke depannya di pimpin putra mahkota Prabu Sapta Wiruga yang bernama Benggala itu?” tanya Intan. “Setelah aku bertemu dengannya, aku yakin kepemimpinannya akan sama arif dan bijaksana seperti Ayahnya! Sosok Benggala sangat mencintai rakyatnya! Berbanding terbalik dengan Boma Santa adik tirinya itu, dia terlalu rakus dan mementingkan diri sendiri! Hingga sejak masa kepemimpinannya rakyat menderita!” tutur Peri Bulan. “Benarkah Boma Santa telah tewas, yang mulia? Apa Benggala yang membunuhnya?” tanya Intan. “Ya, raja serakah itu telah tewas! Menurut kabar yang aku dengar bukan Benggala yang menewaskannya, tapi seorang pria tampan yang berasal dari negeri 1.500 tahun yang akan datang!” tutur Peri Bulan sembari tersenyum ia langsung ingat akan wajah Arya saat bertemu di istana Kerajaan Permata Timur. “Pria dari negeri 1.500 tahun yang akan datang?!” Intan kelihatan tidak percaya dengan yang diucapkan junjungannya itu. “Hemmm... Aku
“Dengan senang hati aku akan menemani mu berkunjung ke sana, sahabatku!” ulas Arya, yang juga baru tiba di istana itu kembali dari kawasan timur negeri di atas awan itu. “Yang mulia, perkenalkan inilah Ningrum yang aku ceritakan! Sekarang dia telah resmi menjadi istriku, dan aku boyong ke istana ini!” ujar Yuda Tirta. “Senang sekali kami di sini menerima kehadiranmu! Dan mulai hari ini juga kamu dan Yuda merupakan bagian dari istana Kerajaan Permata Timur! Sebagai hadiah pernikahan kalian, aku akan memberikan kalian rumah itu!” tutur Benggala menunjuk sebuah bangunan yang cukup megah yang berada disamping istana Kerajaan. “Wah, bangunan itu sangat bagus sekali yang mulia! Terima kasih!” ucap Yuda Tirta. “Rumah itu dulunya direncanakan Ayahanda untuk Boma Santa setelah ia berkeluarga! Namun semua niat itu sia-sia, Boma Santa bukan hanya merebut bangunan itu secara paksa, tapi juga tahta Kerajaan ini!” tutur Benggala yang jika mengingat semua yang dilakukan Boma Santa terhadap Ayaha
“Tentu saja yang mulia, nanti saat kami bertemu kembali dengan mereka akan kami sampaikan!” tutur Benggala.“Mari kita masuk ke istana!” ajak Peri Bulan.Benggala, Arya dan Yuda Tirta mengikuti Peri Bulan masuk ke dalam istana, sementara beberapa orang prajurit istana Kerajaan Permata Timur yang ikut hanya menunggu di luar bersama para prajurit istana bulan.Peri Bulan mengajak mereka ke sebuah ruangan istana yang biasa ia gunakan untuk menyambut tamu yang datang, atau para sahabat peri yang datang mengunjunginya.“Istana Bulan ini sangat megah sekali ya, Arya?!” seru kagum Benggala.“Ya, hawa d isini pun sangat sejuk!” tambah Arya.“Hemmm... Lebih megah dan besar istana Kerajaan Permata Timur! Jika dibandingkan dengan istana ini belum ada apa-apanya!” tutur Peri Bulan sembari tersenyum merendah.“Yang mulia terlalu merendah! Oh ya, sejak kapan yang mulia Peri Bulan memantau dan menemui para warga desa-desa dalam kawasan kekuasaan Kerajaan Permata Timur?” tanya Benggala.“Sebenarnya s
Dua hari berselang Dawara membawa pasukannya untuk memasuki desa berikutnya, kali ini sasaran mereka adalah Desa Air Hitam. Karena letak desa itu tidak terlalu jauh dari istana Kerajaan Batu Kembar, beberapa prajurit Kerajaan itu pun terlihat di sana di titik-titik perbatasan desa. Dawara tentu saja memerintah pasukannya untuk tidak langsung menyerang, karena dikuatirkan jumlah prajurit istana Kerajaan Batu Kembar itu cukup banyak jumlahnya. Panglima Kerajaan Siluman itu memerintahkan beberapa orang untuk menyelidiki dengan menyamar masuk ke Desa Air Hitam itu. Dengan berpakaian ala petani beberapa prajurit Kerajaan Siluman yang menyamar itu pun menuju perbatasan desa yang di sana terdapat prajurit Kerajaan Batu Kembar yang berjaga-jaga. Benar saja beberapa orang yang menyamar itu, segera dihadang oleh para prajurit saat hendak masuk ke Desa Air Hitam. “Berhenti..! Kalian dari mana dan hendak ke mana?” tanya salah seorang prajurit Kerajaan Batu Kembar. “Maaf, kami tersesat saat me
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa