“Baik yang mulia!” salah seorang dari pengawal istana itu berjalan ke arah belakang tempatnya diruangan dapur di mana Puspa dan abdi istana lainnya tengah menyiapkan makanan untuk makan malam nanti. Belum beberapa lama Peri Bulan duduk diruangan di depan kamarnya, Puspa pun datang menghampiri. “Yang mulia peri memanggilku?” sapa Puspa. “Ya, silahkan duduk temani aku di sini hingga malam nanti! Banyak hal yang akan aku ceritakan mengenai perjalanan ku tadi ke desa-desa daerah kekuasaan Kerajaan Permata Timur!” pinta Peri Bulan. “Baik yang mulia, aku siap mendengarkannya!” ujar Puspa. “Kecurigaanku pada Boma Santa yang telah menyengsarakan rakyatnya sendiri ternyata benar adanya! Tadi aku sempat turun menghampiri para warga Desa Pelangi di lahan persawahan mereka! Ketika aku menanyakan tentang keadaan desa itu di bawah ke pemimpinan Boma Santa, mereka menjawab merasa tertindas!” tutur Peri Bulan. “Apa saja yang telah diperbuat Boma Santa pada para warga desa itu yang mulia?” tanya
“Tentu saja aku masih ingat sosok wanita jahat yang membuat tubuhku seperti ini! Dia tidak akan berubah wujudnya, rambut hampir semua memutih lalu giginya yang tidak beberapa buah lagi itu telah menghitam!” jawab Benggala. “Hati-hati, walau giginya jarang tapi gigitannya bisa membuat kulit membiru seperti terkena racun! He.. He.. He..!” Yuda Tirta kembali mencandai sahabatnya itu. “Ha.. Ha.. Ha..! Kau ini ada-ada saja, Yuda! Memangnya gigi nenek penyihir itu beracun?!” Arya dibuat tertawa mengakak di pinggiran hutan itu. “Nah, ayam panggangnya sudah matang! Mari kita makan!” seru Yuda Tirta, Arya mengangguk lalu mereka menyantap ayam hutan panggang itu. Sementara Benggala yang matanya semakin mengantuk tidur lebih dulu, dan tak beberapa berselang setelah Arya dan Yuda Tirta menyantap habis ayam panggang itu, mereka pun menyusul Benggala yang telah tertidur pulas. ****** Pagi kembali tampak cerah di negeri di atas awan, meskipun di langit masih terdapat awan di beberapa tempat, n
“Ya, saat aku kembali ke istana ratu setelah membawanya dari negeri peri! Dia aku tinggalkan di istana salju bersama dua orang sahabatnya dan Peri Salju!” ulas Peri Ratu. “Berarti pria dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu sekarang telah bergerak ke kawasan negeri di atas awan ini, melakukan seperti yang ia lakukan menegakan kebenaran di negeri peri! Dan itu berarti pula aku tidak perlu bertindak hingga melanggar ketentuan kita sebagai kaum peri!” ujar Peri Bulan. “Benar, tapi meskipun begitu kamu harus tetap mengawasi dan bertanggung jawab atas kawasan timur negeri di atas awan! Jika memang terpaksa diambil tindakan, itu tidak akan melanggar ketentuan seperti yang dilakukan Peri Salju di negeri peri!” tutur Peri Ratu. “Peri Salju telah melakukan tindakan apa di negeri peri?” tanya Peri Bulan. “Aku menugaskannya untuk turun kesana memantau negeri itu, sehubungan dengan adanya beberapa utusan dari Kerajaan Angkasa yang akan mengacaukan negeri peri! Peri Salju telah mengambil
“Harimau Putih itu? Setahuku anggota istana Kerajaan apalagi pemiliknya tidak ada yang berwujud seekor harimau! Kisanak jangan mengada-ngada! Aku dulu adalah orang kepercayaan dari raja istana itu, sebelum raja yang kini memegang tahta Kerajaan!” ujar Aska Winu. “Perkenalkan namaku Arya Mandu! Aku adalah sahabatnya Benggala putra mahkota Prabu Sapta Wiruga!” tutur Arya sembari memperkenalkan dirinya. “Sahabat Pangeran Benggala? Dimana putra mahkota itu sekarang? Mohon beritahu aku, saudara Arya!” Aska Winu terperanjat dari duduknya mendengar penuturan dari Arya, lalu ia memohon agar sang pendekar memberitahu keberadaan sahabatnya itu. “Sudah aku katakan bahwa Harimau Putih itu adalah salah satu dari pemilik istana Kerajaan Permata Timur! Dan dia lah Benggala itu!” tutur Arya. “Apa? Pangeran Benggala berubah menjadi seekor Harimau Putih!” seru Aska Winu yang tiba-tiba saja bangkit dari duduknya, lalu berlari kecil ke luar menemui Harimau Putih yang dimaksud Arya itu, sang pendekar
“Baik Guru!” seru mereka. Saat Arya dan kedua sahabatnya beristirahat di padepokan, Aska Winu menyuruh 2 orang anak buahnya untuk pergi ke Desa Pelangi yang terdekat dari perbukitan tempat berdirinya Padepokan Macan Tutul itu. Adapun 2 orang muridnya itu Aska Winu tugaskan untuk menemui para warga desa memberitahu jika Pangeran Benggala putra mahkota Prabu Sapta Wiruga yang selama ini dicari-cari, kini berada di Padepokan Macan Tutul. Untuk itu bagi para warga yang sempat dan bisa meluangkan waktunya untuk memasak makanan untuk keperluan makan malam Benggala dan kedua sahabatnya, Aska Winu berharap agar makanan itu diantarkan nanti sore ke padepokan. Salah satu dari dua orang murid padepokan yang minta Aska Winu ke Desa Pelangi menemui para warga desa adalah Bagas, dan tidak membutuhkan waktu lama Bagas dan sahabatnya itu tiba di lahan persawahan para warga Desa Pelangi, karena memang letak Padepokan Macan Tutul dengan desa itu tidaklah jauh. “Saudara-saudaraku semuanya, ada kabar
“Tidak apa-apa! Kami memakluminya, karena kalian semua tidak mengetahui jika aku berwujud Harimau Putih ini!” tutur Benggala. “Senang sekali rasanya kami warga Desa Pelangi dapat bertemu dengan yang mulia Pangeran! Seperti yang kami dengar dari Bagas utusan dari padepokan ini menemui kami tadi siang di lahan persawahan! Kehadiran yang mulia di padepokan ini bertujuan untuk kembali ke istana merebut tahta Kerajaan dari raja yang kejam itu, benarkah begitu yang mulia?” tanya Wirman. “Benar! Tahta Kerajaan itu memang hak ku yang direbut Boma Santa secara licik! Besok pagi kami akan menuju istana Kerajaan membuat perhitungan dengan orang-orang yang telah membuat aku menderita seperti ini!” tutur Benggala. “Jika diperlukan kami para warga Desa Pelangi akan siap diminta bantuan untuk menyerang ke sana, yang mulia!” ujar Wirman. “Ya, yang mulia! Kami bersedia ikut besok pagi ke istana!” seru seluruh warga Desa Pelangi yang hadir di halaman Padepokan Macan Tutul itu. “Tidak usah rakyat k
“Tentu saja tidak yang mulia! Kami mana berani menghalangi Pangeran! Silahkan masuk yang mulia!” ujar salah seorang dari penjaga pintu gerbang itu, lalu mereka dengan serentak membuka pintu gerbang istana Kerajaan Permata Timur, Benggala dan rombongannya pun segera masuk hingga di halaman istana. Di halaman istana Benggala dan rombongan dihadang oleh para prajurit istana, kembali sebagian besar dari mereka begitu mengenal salah seorang dari rombongan itu terkejut, dan sikap mereka tidak seperti tadi yang begitu ketat menghadang. “Ternyata yang datang Paman Aska! Maaf Paman, apakah Paman ingin bertemu dengan yang mulia? Jika benar kenapa musti membawa rombongan sebanyak ini?” tanya salah seorang prajurit yang menghadang itu. “Untuk kalian ketahui saja aku datang bersama Pangeran Benggala! Dan dia adalah Harimau Putih ini!” ujar Aska Winu, para prajurit yang menghadang itu pun terkejut. “Aku tidak memiliki kepentingan dengan kalian! Dan tidak ingin pula membuat kalian terluka! Seba
Dengan bergeraknya Boma Santa maka pengikut setianya pun turut serta seperti halnya Nyi Cawang dan beberapa orang prajurit pendukungnya, Arya yang melihat Nyi Cawang akan mengeroyok Benggala dengan cepat menghadang wanita tua penyihir itu, sementara Yuda Tirta dan Aska Winu serta murid Padepokan Macan Tutul menghadapi para prajurit setia pada raja kejam dan berperilaku buruk itu.Benggala sejauh ini hanya mengelak kian kemari dari serangan Boma Santa yang sangat berambisi menghabisinya saat itu juga, Nyi Cawang yang dihadang Arya juga mengibaskan tongkat bututnya ke atas dan ke bawah bermaksud menggebuk tubuh sang pendekar.“He.. He.. He..! Bocah ingusan, apa kau tertarik pada aku yang sudah tua ini? Hingga begitu berambisinya kau menghadangku!” ujar Nyi Cawang sambil terus menggebuk tongkatnya yang belum mengenai sasaran itu, karena Arya selalu berhasil menghindarnya.“He.. He.. He..! Jangankan aku, cacing di tanah pun tidak sudi mendekat tubuhmu saat kau musti dikubur di tanah!” cel
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa