Arya, Benggala dan Yuda Tirta kini berada makin jauh di sebelah Barat Negeri Peri itu, belum jelas apa tujuan mereka ke sana. Benggala dan Yuda Tirta hanya mengikuti arah langkah kaki Arya ke mana ia pergi, karena Resi Dharma juga memberitahukan agar Arya selalu mengikuti kata hatinya setiap kali hendak melangkah. “Sebenarnya kita akan ke mana, Arya?” tanya Benggala yang satu itu berjalan di sebelah kanan sang pendekar. “Entahlah, saya sendiri juga belum tahu pasti yang jelas hati saya berkata kita musti terus melangkah ke arah Barat.” jawab Arya. “Sejauh ini belum ada hal-hal aneh yang kita temui, termasuk misi yang dikatakan Resi Dharma itu.” ujar Benggala. “Hal-hal aneh apa yang kamu maksudkan itu, Benggala?” kali ini Yuda Tirta yang bertanya. “Selama kau berada di Negeri Peri ini apa tak pernah kau temui hal-hal yang aneh, Yuda?” Benggala balik bertanya. “Jika berkaitan dengan wujud para penghuni negeri ini, saya tak lagi merasa aneh dengan semua itu karena wujud saya yang s
Melihat gelagat yang tak bersahabat itu, Arya dan kedua temannya pun bersiap-siap untuk menghadapi serangan lawan. Arya bersiap melepaskan ajian Topan Gunung Sumbing kembali, sementara Benggala siap menerkam dan Yuda Tirta dengan busur panahnya pula. “Wuuuuuuuus..! Wuuuuuuus..!” belasan anak panah dari ranting kering yang menyala itu melesat bersamaan ke arah Arya dan kedua temannya. “Traaataaaaaaak..! Taaaaaaak..! Blaaaaaaam..! Blaaaaaaaaar..!” belasan anak panah itu kembali dapat dibendung oleh ajian Topan Gunung Sumbing yang dilepaskan Arya, sementara anak panah Yuda Tirta melesat kencang begitu membentur sebatang pohon di dekat rombongan manusia hijau itu meledak hingga membuat tubuh sebagian dari mereka terpental kebelakang. Sementara Benggala yang secepat kilat menerkam ke depan, mampu pula membuat sebagian lagi dari manusia hijau itu terpental ke arah yang sama dengan teman-temannya. Arya juga terlihat melesat cepat saat rombongan manusia hijau itu bangkit dan hendak melarik
Cairan merah mengalir di sela bibir Arya, punggung serta perutnya terasa sakit sekali. Ia sama sekali tak menyangka jika Ketua manusia hijau itu bisa merubah tubuhnya menjadi raksasa secepat itu, jangankan Arya dan kedua temannya, seluruh kelompok manusia hijau itu pun terkejut melihat sosok Ketua mereka yang seketika berubah menjadi raksasa berbadan hijau dengan wajah mengerikan. “Duuuuuuk..! Duuuuuuuuuuk..! Duuuuuuuuuuk..!” raksasa bertubuh hijau itu berjalan ke arah Arya yang masih setengah telungkup memegangi dadanya, melihat hal itu Benggala dan Yuda Tirta berusaha mencegah dengan mengalihkan perhatian raksasa hijau itu. Mereka berdua menyerang dari arah yang berbeda, hingga raksasa hijau cukup bingung harus menyerang lebih dulu salah satu di antara mereka. “Kraaaaak..!” hantaman kaki raksasa hijau menghantam sebatang pohon hingga tumbang tepat di belakang Yuda Tirta, beruntung Yuda Tirta menghindar dengan melompat ke samping kanan hingga ia lolos dari hantaman kaki raksasa hij
“Dia Ketua dari manusia hijau ini.” “Oh, jadi Ketua manusia hijau itu bernama Bradasiwa? Dan kalian sengaja diculik lalu dibawa ke tempat ini?” “Iya Tuan, kami diperlakukan tidak senonoh oleh Bradasiwa. Beruntung kami tidak hamil, hingga kami masih bisa kembali bergabung dengan kelompok para Dewi.” tutur salah seorang dari tawanan itu. “Apakah kalian bertiga memiliki nama?” tanya sang pendekar. “Iya Tuan. Nama saya Sri Dewi, saudara saya yang ini Ranti Dewi dan yang ini Suci Dewi.” jawab salah seorang tawanan yang menyebut namanya Sri Dewi lalu memperkenalkan nama kedua saudaranya. “Hemmm, jadi setiap nama dalam kelompok kalian disertai dengan nama belakang Dewi?” “Iya Tuan.” Kembali Sri Dewi yang menjawab. “Mungkin itu lah keanehan lain dari kelompok kalian, di samping semuanya perempuan juga memiliki nama belakang yang sama yaitu Dewi.” tutur Arya. “Benar Tuan, sekali lagi kami berterima kasih sekali karena Tuan telah membebaskan kami dari sekapan Bradasiwa.” kali ini Suci D
Arya dan Yuda Tirta menikmati air yang berasal dari pohon aren itu, rasanya sangat manis dan menyegarkan. Sementara Benggala saat itu telah pejamkan mata mungkin karena hawa sejuk di tengah-tengah hutan mengundang rasa kantuknya ditambah lagi dengan perjalanan yang ia lakukan bersama Arya dan Tirta, yang sudah semakin jauh ke arah Barat Negeri Peri itu. Sementara sebagian dari para manusia hijau tengah berburu binatang favorit mereka yaitu rusa dan ayam hutan, seekor rusa yang sangat besar serta belasan ekor ayam hutan berhasil mereka bawa ke pemukiman sebelum sore datang. Secara bersama-sama mereka memotong bagian tubuh rusa menjadi 4 bagian potongan besar lalu mereka cuci dan bersihkan di sebuah sungai yang letaknya tidak jauh dari pemukiman mereka itu. Saat senja menjelang malam, para manusia hijau berkumpul di depan rumah yang paling besar dan luas dikawasan hutan itu, rumah itu lah yang biasa mereka gunakan untuk pertemuan serta berpesta dengan memanggang binatang buruan. Arya
“Moga suatu saat nanti kita akan temui rahasia di balik semua itu, Arya.” kali ini Benggala yang berucap. “Ya, moga saja Benggala. Dan hal itulah yang musti kita ungkapkan nantinya, hingga tugas yang di amanatkan Resi Dharma kepada kita dapat kita tuntaskan lalu mendapat petunjuk bagi kita untuk bisa kembali ke negeri kita masing-masing.” tutur Arya. Pagi itu seperti yang direncanakan Arya dan kedua temannya segera melanjutkan perjalanan mereka ke arah Barat dari pemukiman manusia hijau itu, setelah berpamitan dan dilepas dengan berat hati oleh Badar dan saudara-saudaranya Arya dan kedua temannya itu pun meninggalkan pemukiman manusia hijau di kawasan hutan itu. Sebelum sore mereka tiba di ujung kawasan Barat Negeri Peri itu, kawasan itu ternyata hamparan laut dengan gelombangnya ombaknya cukup besar. Karena perjalanan mereka ke arah Barat itu bertemu dengan pantai, tentu saja Arya memutuskan untuk berhenti serta rehat sejenak menunggu kata hatinya untuk melanjutkan perjalanan ke a
“Kamu yang sabar ya? Sebentar saya akan menyembuhkan luka di lenganmu ini! Tahan sedikit, mungkin ini akan terasa perih namun tidak akan lama.” tutur Arya mengerahkan tenaga dalamnya ke arah lengan perempuan itu. Telapak tangan yang telah dialiri tenaga dalam, Arya tempelkan ke lengan perempuan berbadan ikan itu. Terlihat kepulan asap putih di sekitar goresan luka, rasa perih yang dirasakan membuat perempuan itu tampak meringis. Namun tak beberapa lama seiring kepulan asap putih yang berasal dari telapak tangan Arya menghilang, rasa sakit yang dirasakan pun lenyap dan lukanya pun mengering. “Terima kasih, Tuan. Rasa perih di lengan saya sudah tak terasa lagi.” ucap Arya berbadan ikan itu. “Iya sama-sama, melihat dari wujudmu hal ini tak asing lagi bagi saya karena saya pernah melihat saat berada di lautan negeri asa saya. Kami di sana menyebutnya putri duyung, apakah sebutan itu sama dengan di Negeri Peri ini?” tanya Arya. “Iya sama, Tuan. Kami memang jenis ikan duyung ataupun put
Menjadi duyung tentu saja ia dapat bergerak dengan cepat di dalam laut dibandingkan Arya, hingga Mawar lah yang membimbing Arya agar dapat berenang lebih cepat menuju istana duyung di dasar laut itu. Selama mereka bergerak menuju istana duyung memang tidak ada hal yang mencurigakan terjadi termasuk serangan dari hiu raksasa, hingga Mawar dan Arya tiba di depan pintu gerbang sebuah istana yang sangat megah di dasar lautan itu, beberapa orang penjaga pintu yang memang mengenali sosok Mawar segera membukakan pintu. Setelah pintu gerbang istana duyung itu terbuka barulah terlihat keanehan, tubuh Mawar yang tadinya sebagian berbentuk tubuh ikan kini telah berubah seperti tubuh manusia biasa dan Mawar lebih terlihat cantik dengan pakaian yang lazim dipakai para perempuan di dalam istana Kerajaan. Dari gerbang pintu istana itu Arya dibawa masuk oleh Mawar untuk bertemu dengan Ratu Duyung yang bernama Gayatri Harnum itu, setelah melewati beberapa ruang dengan penjagaan yang cukup ketat tib
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa