Menjadi duyung tentu saja ia dapat bergerak dengan cepat di dalam laut dibandingkan Arya, hingga Mawar lah yang membimbing Arya agar dapat berenang lebih cepat menuju istana duyung di dasar laut itu. Selama mereka bergerak menuju istana duyung memang tidak ada hal yang mencurigakan terjadi termasuk serangan dari hiu raksasa, hingga Mawar dan Arya tiba di depan pintu gerbang sebuah istana yang sangat megah di dasar lautan itu, beberapa orang penjaga pintu yang memang mengenali sosok Mawar segera membukakan pintu. Setelah pintu gerbang istana duyung itu terbuka barulah terlihat keanehan, tubuh Mawar yang tadinya sebagian berbentuk tubuh ikan kini telah berubah seperti tubuh manusia biasa dan Mawar lebih terlihat cantik dengan pakaian yang lazim dipakai para perempuan di dalam istana Kerajaan. Dari gerbang pintu istana itu Arya dibawa masuk oleh Mawar untuk bertemu dengan Ratu Duyung yang bernama Gayatri Harnum itu, setelah melewati beberapa ruang dengan penjagaan yang cukup ketat tib
“Baiklah Arya, jika kau keberatan untuk diperlakukan seperti yang saya minta pada saudara-saudara saya tadi kami takan melakukannya lagi.” ujar Gayatri. “Kalau boleh tahu, Ratu. Sudah berapa lama istana duyung ini diteror oleh hiu raksasa itu?” tanya Arya. “Jangan panggil saya dengan sebutan Ratu, panggil saja Gayatri karena itulah nama saya yang sebenarnya. Mengenai teror dari hiu raksasa itu sudah beberapa minggu ini terjadi setiap malam tiba, saya sendiri belum menemui cara untuk mengatasi teror mahkluk jelmaan itu. Sementara telah banyak jatuh korban olehnya, di samping saudara saya Anggrek dan Melati juga ada dari penghuni-penghuni lainnya di lautan ini.” tutur Gayatri. “Jadi sebelum kemunculan hiu raksasa itu lautan ini aman-aman saja, begitu?” “Boleh dikatakan begitu, Arya. Kalaupun ada keributan yang ditimbulkan seperti permasalahan yang sempat dibantu Resi Dharma memberi cara untuk menyelesaikannya, itu hanya perselisihan antara penghuni lautan ini berebut kawasan untuk k
“Kami lalu dibawa kemudian disekap di pemukiman mereka yang berada di tengah-tengah hutan belantara, selama penyekapan kami diperlakukan tak ubahnya seperti budak oleh Ketua manusia hijau itu. Dia begitu kejam, jika tak mau mengikuti keinginannya maka kami tak diberi makan seharian, kami juga terpaksa melayaninya agar tetap bertahan hidup, maafkan kami Ketua jika kami kembali ke sini dalam keadaan kotor ternoda.” tutur Suci Dewi rapatkan kedua telapak tangannya di depan dada memohon pengampunan, hal itu diikuti oleh kedua temannya. “Oh begitu ceritanya? Sudahlah, toh kalian telah melaksanakan acara ritual jadi kalian bertiga telah kami anggap suci dan kami terima kembali di pemukiman kelompok para Dewi ini. Lalu bagaimana ceritanya kalian bisa lolos dari sekapan mereka dan kembali ke sini?” ujar Mahadewi kembali bertanya. “Kami dibebaskan oleh tiga orang manusia yang berasal dari negeri yang berbeda, ketiganya adalah lelaki. Satu orang berwujud sama dengan wujud kita di sini, dua or
Gayatri memilih 3 orang dari pasukan duyung itu untuk menemani Arya menuju belakang istana, sebelum berangkat ketiga orang yang ditunjuk itu telah diperingatkan oleh Gayatri untuk berada di belakang dan tidak jauh-jauh dari Arya. Menjelang Arya dan 3 orang dari pasukan duyung itu tiba d ikawasan belakang istana, hiu raksasa sudah 2 kali membenturkan tubuhnya ke tembok bagian belakang istana itu hingga istana duyung kembali bergetar. Arya dan 3 orang itu pun tiba di belakang istana, dari kejauhan Arya dapat melihat dua mata besar kemerah-merahan sekitar 12 tombak jauhnya dari tembok belakang istana itu di kegelapan. “Kalian lihat itu!” tunjuk Arya pada ketiga orang utusan Gayatri itu. “Ya, Arya. Kami melihatnya, sepertinya itu bola mata hiu raksasa yang selalu meneror istana duyung ini!” seru mereka. “Ayo, sekarang kalian gosok cermin yang diberikan Gayatri itu! Lalu arahkan ke depan sana!” ketiga orang utusan Gayatri itu pun melakukan yang diperintahkan Arya. Tiga sinar terang se
“Kita tunggu saja hingga ia kembali ke sini, Yuda. Saya yakin dengan ilmu yang dia miliki, Arya akan dapat mengatasi hiu raksasa itu. Lagi pula kita tak punya pilihan lain, selain menunggunya di atas bebatuan ini.” tutur Benggala. “Ya, kamu benar Benggal. Kita tak punya pilihan lain, karena memang tujuan kita untuk mendampinginya hingga kita terbebas dari kutukan ini dan kembali ke negeri kita.” ujar Yuda Tirta sembari menikmati daging panggang yang baru saja matang dan ia angkat dari bara api yang ia unggun di atas batu karang itu. “Sudah berapa lama kau ikut dengan Arya?” sambung Yuda Tirta bertanya pada Benggala. “Belum lama, kurang lebih baru 2 minggu setelah kami menemui Resi Dharma di sebuah goa tempat pertapaannya.” jawab Benggala. “Apakah karena kata-kata Resi Dharma yang membuatmu memutuskan untuk ikut Arya ke mana pun ia melangkah?” “Iya, Yuda. Resi Dharma sosok yang dapat dipercaya serta bisa dijadikan panutan, boleh dikatakan beliau adalah perantara Dewata Agung dalam
Sosok itu sangat besar, meskipun tak tampak jelas oleh mereka seberapa besar tubuh mahkluk itu, namun melihat bola matanya yang besar kemerah-merahan, Benggala dan Yuda dapat menafsirkan jika makhluk yang melesat dari dalam lautan kemudian menceburkan diri kembali itu lebih besar dari kapal. “Mahkluk apa itu, Benggala?!” seru Yuda Tirta yang matanya masih tak berkedip memandang ke tengah lautan tempat sosok yang besar itu melesat ke udara lalu mencemburkan diri kembali ke laut. “Entahlah Yuda, saya sendiri tak melihat dengan jelas karena posisinya sangat jauh dan gelap di tengah lautan sana! Apakah itu mahkluk yang dimaksudkan Mawar sebagai hiu raksasa?” tutur Benggala. “Bisa jadi Benggala. Jika benar sosok itu hiu raksasa yang dimaksudkan, untuk apa ia melakukan itu? Apakah telah terjadi sesuatu di dasar lautan sana, hingga sepertinya dia kesal meluapkan amarahnya dengan bersikap seperti itu?” Yuda Tirta menduga-duga. “Mungkin juga, Yuda. Moga saja Arya baik-baik saja dan dapat m
“Terlepas dari tujuan awalmu melakukan semua itu, untuk dapat kembali ke negeri asalmu tugas yang kau emban ini sangatlah mulia. Kau sosok satria sekaligus pahlawan Negeri Peri, jasa baik yang telah kau lakukan akan selalu dikenang oleh para penghuni negeri termasuk juga kami di istana duyung ini.” ujar Gayatri dengan sikap hormatnya pada sang pendekar. “Apa yang kamu katakan benar adanya, Gayatri. Awalnya memang saya melakukan semua ini demi bisa kembali ke negeri asal saya, namun setelah saya melihat dan mengalami sendiri banyaknya permasalahan yang terjadi di Negeri Peri ini saya merasa terpanggil untuk dapat menyelesaikan semua itu walaupun nyawa taruhannya. Yang ada di pikiran saya sekarang, bagaimana cara mengungkap rahasia di balik ini semua dan siapa yang telah berbuat serta menginginkan Negeri Peri ini mengalami kehancuran.” tutur Arya, Gayatri tak berucap apa-apa lagi dia semakin kagum pada sang pendekar. “Ratu...! Ratu...!” seru salah seorang pasukan duyung berlari dari l
Anehnya kepala hiu raksasa itu tak mengalami keretakan sedikitpun, padahal selama ini apapun yang terkena pukulan Cindaku Menghantam Karang akan hancur berkeping-keping. Hiu raksasa itu hanya mengalami oleng dengan kepala yang terasa nyeri, seluruh pasukan duyung beserta Gayatri yang melihat hal merasa sangat tegang. Arya tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, begitu ajian Cindaku Menghantam Karangnya gagal membunuh hiu raksasa itu dengan segera ia cabut Pedang Rajawali Putih dari sarungnya yang tersandang di punggung. Kemudian dengan cepat ia melesat ke atas lalu seperti menukik cepat menghunus pedang pusaka itu dengan menusuknya ke salah satu mata dari hiu raksasa. “Craaaaaaaaaaaas..! Blaaaaaaaaaar...!” satu mata hiu raksasa pun meledak ke luar dari rongganya, luar biasa rasa sakit yang dialami mahkluk jelmaan itu hingga membuat tubuhnya bergulung-gulung hingga dasar lautan. Arya sadar jika hiu raksasa itu bakal menyerang kembali dengan membabi buta, hingga ia tak ingin menunggu wa
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa