“Terlepas dari tujuan awalmu melakukan semua itu, untuk dapat kembali ke negeri asalmu tugas yang kau emban ini sangatlah mulia. Kau sosok satria sekaligus pahlawan Negeri Peri, jasa baik yang telah kau lakukan akan selalu dikenang oleh para penghuni negeri termasuk juga kami di istana duyung ini.” ujar Gayatri dengan sikap hormatnya pada sang pendekar. “Apa yang kamu katakan benar adanya, Gayatri. Awalnya memang saya melakukan semua ini demi bisa kembali ke negeri asal saya, namun setelah saya melihat dan mengalami sendiri banyaknya permasalahan yang terjadi di Negeri Peri ini saya merasa terpanggil untuk dapat menyelesaikan semua itu walaupun nyawa taruhannya. Yang ada di pikiran saya sekarang, bagaimana cara mengungkap rahasia di balik ini semua dan siapa yang telah berbuat serta menginginkan Negeri Peri ini mengalami kehancuran.” tutur Arya, Gayatri tak berucap apa-apa lagi dia semakin kagum pada sang pendekar. “Ratu...! Ratu...!” seru salah seorang pasukan duyung berlari dari l
Anehnya kepala hiu raksasa itu tak mengalami keretakan sedikitpun, padahal selama ini apapun yang terkena pukulan Cindaku Menghantam Karang akan hancur berkeping-keping. Hiu raksasa itu hanya mengalami oleng dengan kepala yang terasa nyeri, seluruh pasukan duyung beserta Gayatri yang melihat hal merasa sangat tegang. Arya tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, begitu ajian Cindaku Menghantam Karangnya gagal membunuh hiu raksasa itu dengan segera ia cabut Pedang Rajawali Putih dari sarungnya yang tersandang di punggung. Kemudian dengan cepat ia melesat ke atas lalu seperti menukik cepat menghunus pedang pusaka itu dengan menusuknya ke salah satu mata dari hiu raksasa. “Craaaaaaaaaaaas..! Blaaaaaaaaaar...!” satu mata hiu raksasa pun meledak ke luar dari rongganya, luar biasa rasa sakit yang dialami mahkluk jelmaan itu hingga membuat tubuhnya bergulung-gulung hingga dasar lautan. Arya sadar jika hiu raksasa itu bakal menyerang kembali dengan membabi buta, hingga ia tak ingin menunggu wa
Gayatri terlihat panik tak mengerti apa penyebabnya hingga lengan Arya sebelah kiri itu terluka lalu menetes cairan aneh kehitam-hitaman, tak lama seluruh tubuh Arya pun berubah membiru seperti terkena bisa dari hewan melata yang mematikan. Gayatri semakin kalut, ia tak tahu harus berbuat apa untuk menolong Arya dalam kondisi yang mengewatirkan itu. Di tengah kekalutan itu tiba-tiba muncul di benak Gayatri untuk melakukan sesuatu di dalam kamar pribadinya, dengan segera ia menuju kamarnya lalu duduk bersila dengan kedua telapak tangan ia rapatkan di depan dada. “Ilmu Meraga Sukma!” lirihnya, lalu seketika dari dalam tubuhnya keluar bayangan menyerupai tubuhnya itu, jasad aslinya masih duduk mematung bersila sementara jasad yang berupa bayangan itu melesat seperti kilat ke atas menembus atap istana lalu ke luar dari permukaan laut. Jasad halusnya itu memang akan terlihat oleh pandangan mata, namun takan bisa diraba ataupun ditembus oleh benda apapun juga. Kemunculannya dari permukaa
“Saya senang dapat melakukan tugas itu meskipun saya hampir saja tewas kalau saja tidak lekas-lekas kau tolong, Gayatri. Sayangnya saya tak berhasil mengetahui sosok di balik mahkluk jelmaan yang selalu disuruh untuk membuat kekacauan baik di daratan maupun di dasar lautan ini, neskipun tadi saya sempat bertanya bahkan mengancam Bradasina namun ia memilih bunuh diri dari pada mengatakan sosok yang mengutusnya.” tutur Arya. “Oh, jadi sosok yang berubah menjadi seorang prajurit istana Kerajaan itu tadi bernama Bradasina?” “Iya Gayatri, dia yang menjelma menjadi hiu raksasa itu. Jelas sudah jika yang terjadi di daratan pada kelompok manusia kera dan manusia hijau kemudian di istana duyung ini adalah orang-orang suruhan dari sosok yang menginginkan kehancuran di Negeri Peri.” tutur Arya. “Benar Arya, apa yang musti kami berikan atas jasa besar yang telah kamu lakukan ini?” tanya Gayatri. “Saya tak meminta apa-apa dari semua yang telah saya lakukan, semua ini merupakan tugas yang harus
Arya tak dapat menolak tawaran Gayatri untuk mengajaknya berkumpul dengan seluruh penghuni istana duyung merayakan keberhasilan mereka itu, ia terpaksa menunda keinginannya untuk kembali ke daratan menemui Benggala dan Yuda Tirta hingga menjelang sore seperti yang telah dijanjikan Gayatri akan mengantarnya. Di sebuah ruangan di depan singasana Ratu Duyung, seluruh penghuni itu berkumpul tak sabar menyambut kedatangan Ratu mereka dan Arya di ruangan itu. Seluruh macam jenis makanan, buah-buahan serta minuman segar telah tersedia di sana. Begitu pula sebagian para penghuni istana yang memang berjenis kelamin perempuan, tengah melakukan tarian-tarian yang diiringi alat musik istana duyung itu. Suka cita mereka makin terasa sempurna saat Arya dan Gayatri tiba di ruangan itu, sorak-sorai kegembiraan terdengar riuh di sela-sela tarian dan alunan suara musik. Arya dan Gayatri duduk di kursi yang memang di spesialkan oleh para pasukan duyung, kemudian keduanya tampak larut dalam suasana suk
Nun jauh di sana ke arah matahari terbit terdapat danau yang di tengah-tengahnya terdapat pulau karang berongga-rongga, konon danau itu tercipta akibat letusan gunung berapi yang sangat besar dan tinggi ribuan tahun lalu sebelum negeri itu dinamakan Negeri Peri. Pulau karang yang berongga-rongga itu menyimpan banyak misteri yang hingga kini belum terungkap, itu dikarenakan sulitnya medan menuju pulau itu. Di samping di kelilingi danau yang dihuni puluhan buaya ganas, pulau karang itu juga banyak didiami ular berbisa berbagai macam jenis. Banyak sudah korban dari kelompok manusia Negeri Peri yang mencoba mengunjungi pulau karang itu, untuk mencari hal yang selama ini didengungkan terdapatnya sebuah benda berharga di sana hingga di kawasan pulau karang itu banyak dijumpai tengkorak manusia. Di antara rongga-rongga karang itu, terdapat sebuah rongga yang paling besar berupa goa yang di dalamnya terdapat patung besar yang di kelilingi air berasal dari danau. Di dalam air itu pula terdap
Acara puncak pernikahan itu sendiri akan diadakan saat matahari terbenam nanti, makanya para perempuan serta para lelaki suku dufan menargetkan segala sesuatunya mulai dari persiapan dan keperluan acara itu selesai sebelum malam tiba. Saat malam datang di depan hingga belakang rumah salah satu warga suku itu terang benderang oleh cahaya obor yang dipasang berkeliling, di tengah-tengah halaman juga dibuat unggunan api yang berfungsi sebagai salah satu syarat sahnya pasangan pengantin suku dufan. Setelah pasangan pengantin ditaburi bermacam-macam jenis bunga yang dicampur beras ketan, keduanya diminta untuk mengelilingi api unggun sebanyak 7 kali putaran sambil bergandengan tangan. Saat mengitari api unggun itu, pasangan pengantin juga diiringi dengan alunan alat musik serta tarian-tarian yang dilakukan oleh beberapa orang perempuan dan lelaki yang berpasang-pasangan. Sungguh meriah acara pernikahan itu, seluruh yang hadir turut bersuka cita dari anak-anak hingga orang dewasa. Setelah
“Maafkan kami Ketua, kami datang membawa tiga orang sahabat ini untuk bertemu denganmu.” tutur Sri Dewi. “Sahabat? Sejak kapan saya membolehkan kalian bersahabat dengan para lelaki?!” suara Ketua para Dewi yang tidak lain adalah Mahadewi itu terdengar agak lantang. “Mereka inilah orang yang telah menyelamatkan saya dan kedua saudara kita dari sekapan Ketua manusia hijau, beberapa waktu yang lalu itu.” tutur Sri Dewi. “Oh, jadi kalian yang bernama Arya, Benggala dan Yuda Tirta itu?” suara Mahadewi yang tadi lantang berubah lembut dan ramah, Arya dan kedua sahabatnya hanya tersenyum sembari anggukan kepala. “Mari, silahkan kita duduk di sana!” sambung Mahadewi mengajak Arya dan kedua sahabatnya ke sebuah ruangan terbuka di samping rumah Ketua para Dewi itu. Setelah ia dan Arya berserta kedua sahabatnya duduk, Mahadewi memerintahkan para Dewi untuk menyiapkan jamuan makan dan minum untuk tamu kehormatan mereka itu. Para Dewi pun segera menjalani semua yang diperintahkan Ratu mereka,
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa