“Eyang Guru selalu begitu, jika seandainya ia mau menyebutkan nama Ayah dan Ibu tentu saya tidak akan sesulit ini untuk mencari. Segala sesuatunya ia jadikan tantangan buat saya, makanya sampai saat ini saya merasa sudah terbiasa menghadapi hal-hal yang sifatnya menantang meskipun nyawa taruhannya.” Tutur Arya lalu mengeleng-gelengkan kepalanya mengingat cara Nyi Konde Perak mengemblengnya menjadi seorang pendekar. “Tapi Nyi Konde Perak sangat baik dan penyanyang kan, Arya? Ibu yakin semua itu bertujuan untuk mendidikmu sekaligus berharap kamu menjadi sosok pendekar yang tangguh, seperti halnya yang telah kamu lakukan menyelesaikan berbagai permasalahan sebelum kamu sampai dan bertemu Ibu di istana Kerajaan ini.” Ulas Bi Duma. “Ya Bu, meskipun didikan Eyang sangat keras tapi dia sayang sama saya. Saya tahu Eyang merasa berat hati dan sedih ketika melepas saya turun gunung, akan tetapi mungkin karena sudah waktunya dan semakin menjadi-jadinya kejahatan di mana-mana Eyang pun memeri
Angin puting beliung yang menggulung tubuh Arya di lembah Gunung Kerinci, seperti menelan tubuhnya dan membawanya lenyap ke langit. Pusaran puting beliung yang menggulung tubuh sang pendekar itu ternyata tak menyebabkan dia tewas, melainkan membawa tubuhnya terdampar ke negeri antah berantah yang usianya 1.500 tahun lebih tua dari negeri nusantara. Tubuh Arya jatuh tertelungkup di gurun tandus yang hanya terdapat bebatuan serta butiran-butiran pasir, Arya pun segera bangkit berdiri sambil mendekap dadanya yang terasa nyeri ia melayangkan pandangan ke sekeliling gurun tempat tubuhnya terdampar itu. “Oh, Tuhan tempat apa ini? Gurun tandus dengan bebatuan yang bertebaran dan butiran pasir, apakah aku benar-benar telah tewas dan berada di pintu neraka? Oh tidak, mohon ampunkan hamba ya Gusti Allah. Hamba merasa tak pernah berbuat kemurkaan dan kesalahan yang terlalu besar selama hidup di dunia. Jangan...! Jangan Kau masukan aku ke dalam neraka-Mu!” lirih Arya di sela deruan a
Setelah melepaskan dahaga, Arya dan Harimau Putih rehat sejenak di bawah sebatang pohon di pinggiran sungai yang berasal dari air terjun tak jauh di hadapan mereka. “Siapa sebenarnya kau Kisanak? Dan tempat apa ini? Jujur saja saya merasa berbagai macam keanehan berada di tempat ini?” tanya Arya. “Nama saya Benggala, saya sebenarnya seorang pangeran dari istana Kerajaan Negeri Di atas Awan. Akibat fitnah keji saudara tiri saya yang berambisi menduduki tahta Kerajaan yang diamanatkan Ayahanda Baginda Prabu kepada saya setelah Ibu kandung saya wafat. Ia menfitnah saya telah berbuat serong dengan seorang perempuan abdi dalam istana, saya pun diusir setelah saya dicekoki ramuan dari perempuan penyihir jahat hingga membuat tubuh saya berubah menjadi seekor Harimau Putih seperti yang kamu lihat sekarang ini.” tutur Benggala nama dari sosok yang berwujud Harimau Putih itu. “Istana Kerajaan Negeri Diatas Awan? Di mana itu tempatnya? Apakah jauh masih jauh dari sini?” tanya Arya. “Hemmm, s
“Banyak sekali permasalahan yang terjadi di negeri ini, nanti kau akan mengetahui dan akan terlibat di dalamnya. Sesuai namanya negeri ini sering didatangi para Peri dari atas sana! Tempat tinggal mereka tak semua orang dapat melihatnya, karena kasat mata serta gaib sifatnya. Para Peri itu sering terlibat perseteruan dan silang sengketa dengan para penghuni negeri ini, di antaranya dengan para siluman, manusia berwujud aneh dan para mahkluk bertampang mengerikan lainnya.” tutur Resi Dharma. “Jadi penghuni negeri ini semuanya terlihat aneh dan menyeramkan ya, Resi?” Arya bertanya lagi. “Ya, tapi meskipun begitu tidak semua mahkluk berwujud aneh dan menyeramkan itu berhati jahat. Ada juga di antara mereka yang menginginkan perdamaian tercipta di negeri ini, sama halnya di negeri 1.500 tahun yang akan datang tempat dirimu berasal ada yang baik ada pula manusia yang berlaku jahat dan serakah. Benarkan Arya?” tutur Resi Dharma menjelaskan perihal sifat penghuni Negeri Peri itu. “Semua y
Arya yang diminta kembali naik ke punggung Benggala, meminta Harimau Putih itu tak melesat secepat yang pernah ia lakukan sewaktu di gurun menuju air terjun hingga ke goa tempat di mana Resi Dharma berada karena Arya ingin mengetahui hal apa saja yang terdapat di kawasan Utara itu. Benggala mengikuti permintaan Arya, Harimau Putih itu berjalan santai hingga mereka sekarang berada di tepi tebing sebuah bukit yang tak begitu curam. Samar-samar dari atas bukit Arya melihat ada perkampungan yang keseluruhan atap rumah di sana terbuat dari tumpukan daun ilalang kering, adapun bagian atas atapnya mengerucut runcing. Arya juga melihat keanehan bukan saja pada bangunan pemukiman itu, melainkan juga para penghuninya yang juga terlihat aneh. Di bagian tengah kening mereka terdapat sebuah cula menyerupai cula badak, sementara tubuh mereka sama seperti manusia biasa. “Apa kau melihat juga semua keanehan yang ada di pemukiman itu, Benggala?” tanya Arya yang masih berada di atas punggung Harimau
“Mana ada harimau tidak buas, beberapa orang dari kami telah tewas dimangsanya. Sekarang kami ingin menuntut balas, Ayo serang mereka!” perintah salah seorang dari manusia badak itu pada rekan-rekannya. “Hei, tunggu! Kalian jangan terburu-buru berprasangka buruk atau menuduh sahabat saya ini yang telah memangsa teman-teman kalian! Seperti yang saya katakan tadi, dia ini bukan harimau biasa. Jika kalian tak percaya, sebentar lagi dia akan berbicara pada kalian membuktikan kalau dia bukan harimau ganas yang sering kalian temui di hutan. Ayo Benggala, bicaralah!” cegah Arya sembari meminta Benggala berbicara. “Maaf sebelumnya jika kehadiran saya di sini telah menambah prasangka buruk kalian terhadap kami, Nama saya Benggala dan ini sahabat saya Arya Mandu. Kami datang kemari tak ada niat buruk sama sekali, melainkan hanya ingin mengenal kalian dan ingin bersahabat.” tutur Benggala, sontak seluruh manusia badak yang berbaris di depan terlonjak kaget hingga tersurut dua langkah kebelakan
“Apakah kau pernah tahu dengan sosok yang bernama Resi Dharma?” tanya Benggala. “Ya, sosok itu kami bukan saja sekedar tahu dan kenal tapi sudah kami anggap sesepuh karena sering memberi nasehat pada kami. Dan ketika kami ditimpa petaka diserang penyakit aneh, beliaulah yang memberi tahu cara mengobatinya.” tutur Argasa. “Apa kalian datang menemuinya di goa dekat air terjun di sebalik bukit itu?” tanya Arya. “Tidak, kami tak pernah ke sana. Beliau sendiri yang datang ke mari menemui kami saat kami diserang penyakit aneh itu.” jawab Argasa. “Oh begitu? Resi Dharma memang sosok sakti mandraguna, ia dapat dengan mudah mengetahui kejadian-kejadian aneh yang ada di negeri ini. Nah, beliau jugalah yang mengatakan jika saya berasal dari negeri 1.500 tahun yang akan datang. Sementara sahabat saya ini, dia sendiri yang mengatakan jika dia merupakan seorang pangeran Istana Kerajaan Di atas Awan yang di fitnah serta dicekoki ramuan dari wanita penyihir jahat, hingga wujudnya berubah menjadi
Negeri Peri pagi itu diselimuti kabut, hal itu dikarenakan menjelang pagi gerimis lalu berhenti saat sang fajar mulai muncul di ufuk Barat. Di kawasan lembah bukit di mana di sana terdapat beberapa deretan pemukiman yang atapnya terbuat dari ilalang kering, beberapa manusia aneh yang memiliki cula di keningnya tampak berbaris di depan sebuah bangunan terbuka dan memanjang, sepertinya mereka tengah menanti arahan dari seseorang yang mereka hormati. “Wahai, Saudara-saudaraku semuanya! Sebagaimana yang telah kami rencanakan dan putuskan dengan saudara Arya, pagi ini juga kita akan berangkat ke pemukiman para manusia kera untuk membebaskan semua saudara-saudara kita yang mereka tawan selama ini. Apakah kalian siap?!” yang memberi arahan ternyata Argasa sang Ketua dari kelompok manusia badak itu. “Kami siap, Ketua!” seru mereka serentak. “Bagus, ingat kalian tidak boleh bertindak tanpa diperintahkan oleh saudara kita ini terlebih dahulu! Karena dalam hal ini dia lah yang akan memimpin k
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa