“Baik Paman nanti akan kami kabarkan, kami pamit dulu.” Usai berucap dan lambaikan tangan pada seluruh warga desa, Arya dan Dewa Pengemis meninggalkan halaman rumah Broto Seno itu. ******* Sama halnya dengan Desa Sendangharjo, para penduduk desa di kawasan hutan Blora sebelah Barat itu tidak pernah ke luar rumah jika malam datang. Begitu pula tidak membuka lahan di pinggiran hutan, karena mereka pernah melihat sosok Macan Tutul yang sangat besar selalu berlalu lalang di kawasan pinggiran hutan itu. Sejauh ini sosok Macan Tutul itu belum pernah meneror hingga masuk kepedesaan, namun warga desa tetap tidak berani ke luar dari rumah karena mengikuti petunjuk dari para leluhur mereka akan bahaya dari teror sosok ular raksasa berkepala tiga. Beruntung Arya dan Dewa Pengemis tiba di desa sebelah Barat hutan Blora itu masih sore, hingga tak sulit bagi mereka untuk menemui para warga desa di sana. Saat itu Arya dan Dewa Pengemis singgah di sebuah warung, di sana banyak para warga desa du
Ia pun mempunyai firasat melihat cara dari dua pendekar menghabisi satu persatu Siluman yang diberi perintah untuk menjaga kawasan hutan Blora, tak lama lagi mereka akan mencari dan bahkan masuk ke istana Kerajaan Gaib yang ia pimpin itu. ****** Udara pagi masih terasa dingin meskipun sang mentari telah muncul dari ufuk Timur, Arya dan Dewa Pengemis tampak memasuki kawasan hutan Blora sebelah Barat itu sementara warga desa Tambaksari menyaksikan dari kejauahan. Cukup lama mereka mengitari pinggiran hutan itu, sosok yang dicari belum juga tampakan diri. Meskipun demikian Arya dan Dewa Pengemis tak mau gegabah, mereka mencoba untuk masuk lebih dalam lagi ke hutan itu dengan penuh kewaspadaan. “Gerrrrrrrrr...! Auuuuuuuuuuuuuum...!” Terdengar suara menggelegar dari rauman sosok yang tentunya sangat besar wujudnya, karena suara itu sempat membuat dedaunan yang mengering berguguran dan dari langkah kakinya tanah tempat mereka berpijak terasa bergetar. “Hati-hati Arya! Sepertinya mahkl
“Kraaaaaaaaaaaaaak.....! Blaaaaaaaaaaaaaaar...!” Kepala Siluman Macan Tutul yang berukuran besar itu seperti meledak hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Mematuk Mangsa yang dilesatkan Arya setelah lesatan tubuhnya di udara lalu hujaman kedua telapak tangannya mengucup mematuk tepat di kepala mahkluk buas itu. Tubuh Siluman Macan Tutul itu pun ambruk di tanah, dengan kepala hancur berkeping-keping dan tentunya saja nyawanya saat itu juga melayang. Kembali terdengar sorak sorai dari warga desa yang berlarian menuju pinggiran hutan Blora sebelah Barat itu, di samping menghampiri Arya dan Dewa Pengemis mengucapkan selamat dan terima kasih mereka juga ingin melihat dari jarak dekat sosok Siluman Macan Tutul yang selama ini hanya pernah mereka lihat dari jarak jauh. “Luar biasa..! Baru kali ini saya melihat sosok pendekar yang memiliki ilmu tinggi bertarung mempertaruhkan nyawa, menghadapi sosok Siluman Macan Tutul yang sangat besar ini. Saya dan seluruh warga desa Tambaksari
“Ya, sejauh ini saya telah banyak menemui hal-hal yang bisa dijadikan pelajaran dan pengalaman hidup. Semoga kita selalu dibimbing Gusti Alloh untuk senantiasa berbuat kebajikan, karena di rimba persilatan ini hanya terdapat dua golongan hitam dan putih atau baik dan jahat.” Tutur Arya. “Benar Arya, kalau kita tidak bisa memilah semua itu bukan tidak mungkin kita akan terperosok ke jurang kebatilan. Karena lebih sulit melawan nafsu yang ada di dalam diri kita, ketimbang melawan musuh yang nyata.” Arya menganggukan kepala. “Kau benar, tak sedikit dari pendekar golongan putih terpedaya oleh nafsunya sendiri hingga mereka tak bisa lagi membedakan mana yang benar dan salah untuk dilakukan.” Kali ini Dewa Pengemis yang mengangguk, ia makin kagum pada sahabatnya itu yang memiliki ilmu dan pemikiran luas serta bijak. Malam semakin larut kobaran api unggun masih tetap menyala, rasa kantuk yang tak dapat ditahan lagi membuat Arya dan Dewa Pengemis tertidur sambil menyandarkan tubuh merek
“Ha.. Ha.. Ha..! Kau memang benar, tak seorang pun dari manusia yang boleh memasuki hutan Blora ini. Hutan ini adalah milik kami, untuk itu tinggalkan segera kawasan hutan ini jika masih sayang akan nyawa kalian!” Ancam Siluman Hantu Tangan Tiga, Arya cengengesan sembari garuk-garuk kepalanya sementara Dewa Pengemis nampak geram. “Kami tidak akan pernah beranjak dari hutan ini, telah banyak permasalahan yang kalian timbulkan pada para penduduk desa yang ada di seputaran hutan Blora menculik dan juga membunuh mereka yang tak berdosa.” Dewa Pengemis yang menanggapi, Siluman Hantu Tangan Tiga menyeringai. “Siapa suruh mereka masuk ke kawasan hutan ini! Seperti yang tadi saya katakan hutan ini adalah milik kami, hanya dari golongan kami yang boleh masuk dan mendiami hutan Blora ini.” “Siapapun punya hak atas hutan ini, karena semua yang ada di muka bumi ini adalah ciptaan Gusti Alloh termasuk kau!” Ujar Arya yang mulai jengkel, namun Siluman Hantu Tangan Tiga malah tertawa. “Ha.. H
“Kelima Siluman itu telah berhasil kita atasi, sekarang apa yang mesti kita lakukan lagi Arya?” Tanya Dewa Pengemis ketika mereka telah berada di seberang sungai yang besar itu. “Seperti yang Resi Kundala katakan setelah kita berhasil melumpuhkan Siluman-siluman itu, ia akan menemui kita dengan mengosok-gosok sehelai daun yang diberikannya itu.” Jawab Arya. “Nah, di mana kita akan melakukan itu agar ia menemui kita? Apa disini saja?” Kembali Dewa Pengemis bertanya. “Sebaiknya kita kembali menuju Desa Purwosari bertemu dengan Tumenggung Galih, karena di sana awal mulanya kita ditemui Resi Kundala. Lagi pula menurut saya desa itu lebih dekat dengan Kerajaan Gaib dibanding desa-desa yang lain, itu terbukti salah seorang warga desa itu bisa dengan mudah sampai ke tengah-tengah hutan Blora lalu hilang. Tutur Arya, Dewa Pengemis nampak menganggukan kepalanya. “Benar juga apa yang kau katakan itu, Arya. Ayo, sekarang juga kita menuju Desa Purwosari mumpung masih siang dan menghindari
Menurut Dewi Ular bisa saja suatu ketika musuh datang dan menyerang istana itu, karena kelima Siluman yang merupakan kaki tangan Kerajaan Gaib itu yang bertugas membentengi di bagian alam luar istana telah tewas. Dewi Purnasari atau Dewi Ular itu pun terlihat mempersiapkan diri untuk bertempur, segala ilmu kesaktian yang ia miliki ia keluarkan sebagai uji coba untuk mengetahui seberapa tingkat kemajuan ilmu-ilmu nya itu. Saat tubuh Dewi Purnasari berubah menjadi sosok ular raksasa berkepala tiga mahkluk itu sangat tangguh, ada beberapa macam kekuatan dan senjata yang mematikan berada di tubuhnya. Di samping gelungannya yang dapat meremukan tulang belulang manusia, racun yang disemburkan dari ketiga mulut ular itu bisa membuat manusia buta dan bahkan tewas seketika jika terkena gigitannya. Sosok ular raksasa berkepala tiga itulah yang disinyalir sebagai jelmaan dari Jin jahat yang kini menguasai jasad dari Dewi Purnasari, mahkluk itu benar-benar tak ada kompromi sedikit pun pada mus
“Ya Kek, kami mengerti.” Ulas Tumenggung Galih. “Berhubung diperbolehkan para warga desa untuk ikut ke tengah-tengah hutan Blora itu ada baiknya juga kita sampai berita ini pada warga Desa Purworejo, Sendangharjo dan Tambaksari. Karena para kepala desa mereka kemarin berpesan, jika nantinya akan diadakan tindakan pada Kerajaan Gaib di tengah-tengah hutan Blora mereka ingin dikabari dan ikut serta. Adakah dari para warga desa di sini yang bisa diminta tolong menyampaikan pesan ini, Mas Tumenggung?!” Saran dan pinta Arya. “Tentu saja ada Mas Arya, sebentar saya akan menemui beberapa orang warga desa di sini untuk menyampaikan pesan-pesan itu sembari memberi tahu semua warga desa ini siapa saja yang mau ikut ke dalam hutan Blora itu.” Ujar Tumenggung Galih, setelah Arya mengangguk Tumenggung Galih segera beranjak menghampiri beberapa warga desa di sekitaran rumahnya. Setelah Tumenggung Galih menemui beberapa warganya beberapa orang yang ditunjuk itu segera menuju Desa Purworejo, Se
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa