"Mari ikuti aku, kita akan menemui empat kawanku yang lain."
Jarak tempat tinggal teman-temannya tidak begitu jauh. Mereka adalah penduduk asli Kota Goufu. Jun Shuiyang membawa keduanya melewati jembatan pendek yang di bawahnya dialiri sungai jernih. Di tempat itu hidup ikan koi berbagai warna, membuatnya terlihat indah. Warga Kota Goufu sangat suka kebersihan, tak heran meskipun di sini sangat ramai, tapi sepanjang jalan hampir tidak ada sampah bertaburan.
Mereka tiba di sebuah halaman seorang pendekar pedang, tempatnya sangat khas layaknya rumah pendekar di mana terdapat tempat berlatih pedang. Satu kuda dan tempat memanah. Terlihat seorang laki-laki baru saja keluar dari rumah. Dia hidup sebatang kara di sana, tak mau menikah sampai tetangganya setiap hari menggunjing.
Langkah laki-laki itu tertahan saat melihat Jun Shuiyang telah berdiri di dekat pintu pagar, wajahnya terlihat sumringah.
"Hei, masih hidup kau, Zei Yu?!""Ck, pergilah kalau
"Dia pindah dari kelompok Zirah Hitam?""Cih, kelompok itu dibuat hancur-hancuran semenjak utusan prajurit datang. Sayangnya mereka tidak membunuh pemimpin mereka. Namanya Gui Liang. Dia punya julukan Cakram Es. Hati-hati kalau berurusan dengannya."Du Rong menghabiskan minumannya sekali tenggak. Dia menunggu respon dari Xiao Long seperti apa karena yang mengundang mereka ke sini adalah Xiao Long"Jika tugas kita untuk membayar orang seperti Gui Liang kurasa bayaran ini setara dengan kepalanya.""Mata Jelaga, kau menyewa kami untuk menyingkirkan anak buahnya? Hanya itu?""Aku ingin mengambil kepala Gui Liang dengan tanganku sendiri."Jawaban itu membuat lima laki-laki dewasa di depannya tersenyum."Semangat muda yang bagus. Beginilah jiwa Petarung.""Rasanya seperti kembali pada saat muda dulu."Tian Wei sebenarnya tahu sedikit tentang tempat persembunyian Aliansi Pembunuh. Mereka adalah sekelompok pendekar yang hidup
Rumah Zei Yu ramai oleh perbincangan, tak ada yang memedulikan Han yang sampai tertidur pulas di tengah-tengah keributan mereka.Sekembalinya dari rumah, Tian Wei mengatakan dia menemukan kekacauan kediaman seorang prajurit terpandang. Terdengar pula kabar prajurit itu tewas dalam satu malam pembantaian termasuk dengan para pengawal dan juga pelayan-pelayannya. Tak ada yang tahu pasti siapa yang telah melakukan kejahatan keji seperti itu, tapi banyak orang-orang kota mengatakan bahwa tindakan itu dilakukan oleh Aliansi Pembunuh.Selain merampok para pelaut dan kapal-kapal penumpang, Aliansi Pembunuh juga sering terlibat pembunuhan para budak-budak pemerintah seperti prajurit. Alasannya sendiri tidak ada yang mengetahui. Namun kematian prajurit kali ini cukup membuat Walikota serius menanggapinya. Baginya, keberadaan prajurit adalah hal terpenting di dalam Kota Goufu. Terbunuhnya salah satu prajurit elit seperti ini hanya akan membuat masyarakatnya ketakutan. Maka
Berbagai tanaman obat direbus bersamaan, tapi ada begitu aroma yang tidak dikenali Zei Yu."Apa ini?""Obat untuk menyembuhkan luka luar.""Aku tidak pernah melihat yang seperti ini ..." Zei Yu mengambil sendok untuk mencicipinya, tapi Xiao Long langsung menghadang."Jangan sekarang. Ini masih beracun.""Hah?" Tak percaya, Zei Yu terperangah. Padahal Xiao Long bilang sendiri itu adalah obat, dan mengapa obat itu membawa racun di dalamnya. Itu sungguh tidak masuk akal, apalagi jika Xiao Long berniat memberikan racun itu padanya.Tanpa banyak basa-basi Xiao Long mengeluarkan bunga teratai hijau. Tanaman itu agak berbeda dari tanaman kebanyakan. Brguna untuk menetralisir racun hingga ke titik paling rendah. Dan obat-obatan yang dibuatnya itu adalah tanaman berbahaya yang biasanya tumbuh di sekitar pemakaman.Ada beberapa tanaman yang dapat menghisap energi spiritual sehingga mereka memiliki kandungan tersendiri. Bisa berbahay
"Tapi benda sejenis itu hanya diproduksi di Kekaisaran Wei.""Cih," decih Han sambil tertawa miring."Duduk manis di sini dan habiskan waktu kalian untuk berbicara sampai berbusa.""Oi, bocah! Kau mau ke mana?"Tidak ada jawaban sama sekali hingga akhirnya Han menghilang dari pandangan mereka. Tian Wei mendecak gusar, Jun Shuiyang hanya bisa terpaku dan sisanya saling berpandangan."Aku akan menajamkan pedangku selagi mereka pergi. Apa pun informasi yang kalian dapatkan langsung beritahu. Kita belum tahu pasti bagaimana muka musuh kita. Entah hanya ikan teri atau justru hiu besar. Aku pergi dulu."*"Apa katamu?!"Suara gebrakan meja mengintimidasi Du Rong yang berdiri kaku. Gemetar mulai menguasai kedua tungkai kakinya. Dengan kepala menunduk ketakutan, Du Rong melanjutkan."Saya tidak bermaksud apa pun."Siapa pun yang berhadapan dengan prajurit berwajah besi seperti laki-laki di depannya a
Membutuhkan waktu beberapa hari untuk melatih prajurit, terutama mereka yang mengaku belum pernah dilatih untuk bertarung di laut lepas.Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya telah tiba, beberapa kapal yang telah disiapkan bersender di pelabuhan Kota Goufu.Tangan kanan walikota Goufu berdiri di ujung pelabuhan. Kedua tangan dilipat ke belakang sambil memperhatikan jeli tiap-tiap barisan prajurit yang masuk ke kapal. Giring-giring dibarengi langkah kaki bersusulan. Meskipun dirinya berusaha untuk fokus di depan sana, akan tetapi lelaki itu tetap saja gelisah."Bagimu malam ini adalah malam pertaruhan, bukan?"Dia menoleh cepat, tiba-tiba mendapati Mata Jelaga sudah ada di sampingnya. Tentu saja hal itu sangat membuatnya terkejut. Dan lebih dari itu, pertanyaan tadi membuatnya tak habis pikir."Apa maksudnya?""Anda mempertaruhkan banyak prajurit demi melawan Gui Liang. Dan jika misi malam ini gagal, mungkin nama Anda bisa ikut tercor
Apungan kayu muncul di atas permukaan air laut, bergerak mengikuti irama ombak kecil yang membawanya ke tepi laut. Badai telah lama berlalu, menyisakan garis-garis gelap di langit yang muram. Sedangkan awan gelap masih bergerak-gerak lamban, menyingkir menyisakan rintik gerimis yang perlahan menghilang.Misi menghancurkan Aliansi Pembunuh di Laut Terapung mulai menemukan titik buntu, mereka tak menemukan satu pulau pun yang terapung dalam jarak jauh sekalipun. Zei Yu yang berdiri di anjungan kapal mendecih, sejauh mata memandang masih nihil. Tak ada apa pun yang dapat dilihatnya selain laut luas yang terbentang jauh, tidak ada bayangan pegunungan atau sesuatu pun. Perairan laut Kota Goufu memang seluas yang dibicarakan orang-orang."Kita tidak bisa berlama-lama lagi, atau semua rencana akan kacau.""Melapor, Tuan. Kami baru saja menemukan satu tempat tak bertuan di sebelah timur."Zei Yu membalikkan badannya, berjalan di atas kapal sembari menengok ke arah yang dimaksud prajurit itu.
Seculas senyum mengembang di kedua sudut bibirnya. "Tujuan kita sama. Yang berbeda hanya siapa yang mati lebih dulu saja."Du Rong mengangkat pedangnya, diikuti Zei Yu, Jun Shuiyang, Bao Ning dan Tian Wei."Baiklah kalau begitu."Tiga detik berlalu, semua prajurit menahan napas masing-masing sebelum turun ke laut dangkal di bawah kapal. Di sana, detik pertarungan berdarah akan dimulai. Tak ada yang tahu mereka bisa kembali ke Goufu besok atau tidak. "Serang!!!"Bunyi cipratan air, gesekan pedang dan teriakan berontak mulai terdengar. Tak terduga, sebelum para prajurit sepenuhnya menapak di daratan Pulau Terapung suara ledakan terdengar. Beberapa yang mengawasi dari dalam kapal berteriak, memberitahu bahwa lumbung kapal pecah akibat bom peledak. Semakin lama, semakin terlihat jelas bahwa musuh sengaja mengurung mereka di kandangnya. Untuk dibunuh habis-habisan. Beberapa prajurit sempat menoleh mengetahui mereka tak bisa kembali ke Kota Goufu tanpa adanya kapal. Hanya dalam kurun wak
Sebuah gubuk hancur berkeping-keping di saat sambaran mengerikan datang. Pria yang sebelumnya berbicara dengan Du Rong, tubuhnya jauh lebih besar dari rekan-rekannya. Dengan tenaga yang besar, dalam satu terjangan saja satu gubuk hancur tak bersisa.Tian Wei membungkuk, membalik badan cepat dan menahan tusukan pedang dari arah belakang. Dibelokkannya pedang itu, membuat pedang musuh berakhir menancap di pepohonan.Tian Wei menyepak dada lawannya, tapi mengenaskannya tendangan itu sama sekali tidak membuat lelaki tersebut bergeser barang seujung kuku pun. Justru Tian Wei mendapatkan serangan balasan yang jauh lebih menyakitkan. Tulang hidungnya seperti bergeser saat tinju mentah mendarat di wajahnya, Tian Wei terpental menghantam pohon. Lawan mengambil kembali pedang dan berniat menusuk Tian Wei bersama dengan pohon di belakangnya. Tian Wei sempat bergeser tapi tusukan itu tetap tembus di bahu kirinya."Ini adalah kekalahan mu. Kami akan memaafkan nyawamu jika kau mau menjadi mata-mat