Seorang pria tengah mengendong seorang wanita. Wanita itu terlihat tenang meski hatinya memberontak. Totokan dari si pria membuat wanita itu tidak bisa bergerak.
Si pria itu adalah Xiao Yan, sedangkan si wanita tidak lain adalah Wei Jiali.Saat Xiao Yan meninggalkan kuil secara diam-diam, ia melihat Wei Jiali yang tengah bermeditasi. Sebuah kesempatan baginya untuk menculik gadis itu. Tentu saja Xiao Yan memiliki alasan tersendiri melakukan ini.Xiao Yan membawa Wei Jiali ke sebuah gubuk tua yang tidak berpenghuni. Gadis itu diletakkan di atas tumpukan jerami."Baj*ng*n! Jangan macam-macam denganku!" ucap Wei Jiali sambil meludahi Xiao Yan."Wanita j*l*ang... kau pikir aku mau melakukan apa? Sejahat-jahatnya diriku, aku masih menghormati wanita. Sudah, kau diam saja! Aku tidak akan melakukan hal yang buruk padamu!"Alasan Xiao Yan menculik Wei Jiali adalah karena ia khawatir kelompok yang bersama Wei Jiali berhasil mendapatkan Senjata Suci. Meski tiga MonMata Zhao Lin yang awalnya tertutup mulai terbuka. Pandangan yang tadinya kabur, berangsur terlihat jelas. Pemuda itu membangkitkan badan yang sebelumnya terbaring di lantai. Seluruh badannya terasa sakit. Efek dari benturan yang ia alami saat bertarung dengan tiga Monster Tanah masih terasa hingga saat ini. "Di mana aku?"Pandangan Zhao Lin berkeliling memperhatikan tempat yang begitu asing baginya. Sejauh yang ia ingat, ia belum pernah berkunjung ke tempat ia berada sekarang. Tempat ini seperti sebuah kastil yang sangat mewah. Sejauh mata memandang, yang ia lihat hanyalah barang-barang mewah yang tentu tidak berharga murah. Zhao Lin mulai melangkah untuk mencari tau di mana tempat ia berada sekarang. Meski tempat ini sangat besar, nyatanya Zhao Lin belum bertemu dengan seorang pun, meski ia sudah berjalan cukup lama. Kastil itu seperti tidak berpenghuni. Namun, melihat setiap sudut kastil yang begitu terawat, mustahil rasanya tidak ada yang menempati tempat ini. Langkah Zhao L
Hal pertama yang dilakukan Zhao Lin setelah tersadar adalah menemui Zhao Meiling. Nyatanya, saat ini dia sedang berada di Paviliun Matahari. Ia membuka pintu ruang kerja Zhao Meiling tanpa mengetuk terlebih dahulu. Itu membuat sosok yang berada di dalam ruangan menjadi terkejut. "Kamu sudah sadar!" sapa Zhao Meiling setelah menyadari bahwa yang membuka pintu adalah Zhao Lin. "Apa yang aku lewatkan saat tidak sadarkan diri?"Zhao Meiling menceritakan apa saja yang terjadi setelah pertempuran di dalam kuil. Yang pasti, Zhao Meiling mengetahui bahwa Zhao Lin menemukan Pedang Penguasa Dunia. Si sepupu memintanya agar merahasiakan Senjata Suci tersebut dari dunia persilatan agar dirinya tidak menjadi incaran orang lain. Hal penting lainnya yang diceritakan oleh Zhao Meiling adalah tentang kematian Wang Maorong setelah mendapatkan serangan dari Monster Tanah. "Senior Wang... terbunuh!" Zhao Lin merasa bersalah terhadap kematian Wang Maorong. Jika saja ia tidak nekat pergi ke tempat para
"Kamu belum memperlihatkan Senjata Suci itu padaku. Jangan bilang kamu memberikannya pada pemuda itu!"Kata-kata itu diucapkan oleh seorang pria bernama Yao Yifeng. Ia tidak lain adalah kakak angkat dari Yao Xiaoli. Usia mereka terpaut cukup jauh, lebih dari sepuluh tahun. Saat ini, mereka berdua sedang menunggang kuda untuk menuju markas utama sekte Elang Langit yang berada di ibukota. "Untuk apa aku memberikan pusaka itu padanya! Senjata Suci itu masih berada di tanganku!" Yao Xiaoli membalas perkataan sang kakak. "Ayolah... tunjukkan padaku! Aku tidak akan merebutnya darimu!"Yao Xiaoli mengambil sesuatu dari dalam. pakaiannya. Sebuah tombak berukuran sebesar jari telunjuk. Benda itu adalah sebuah Senjata Suci. Pada dasarnya, Senjata Suci memang bisa diubah menjadi berukuran kecil agar mudah disimpan. "Tombak Dewa Angin! Jadi, itu Senjata Suci yang berada di kuil itu!" ucap Yao Yifeng. Yao Xiaoli tersenyum menanggapi perkataan Yao Yifeng. Tom
Zhao Lin kembali ke Paviliun Matahari dengan wajah yang cemberut. Ia kecewa karena tidak dapat berjumpa dengan Yao Xiaoli. "Pergi tanpa permisi, lalu kembali dengan wajah seperti itu! Apa yang terjadi padamu?" Zhao Meiling terheran melihat ekspresi Zhao Lin yang berbeda dari pada saat ia pergi. "Aku tidak bisa bertemu dengan Yao Xiaoli. Dia sudah kembali ke ibukota tanpa memberitahuku!"Zhao Meiling tertawa mendengar penjelasan Zhao Lin. "Dia pergi tanpa memberitahumu! Sepertinya dia tidak menyukaimu! Sepertinya cintamu bertepuk sebelah tangan!"Zhao Lin menatap tajam pada Zhao Meiling. Kakak sepupunya itu selalu berpikir tentah hal-hal seperti itu jika ia berbicara tentang Yao Xiaoli. Padahal, tujuan Zhao Lin menemui Yao Xiaoli tidaklah sama seperti yang dipikirkan Zhao Meiling. "Sudah, jangan bersedih lagi! Kamu bisa bertemu kembali dengan Nona Yao, kita akan menyusulnya!" ucap Yao Meiling. Kening Zhao Lin berkerut mendengar perkataan Zhao Meiling. "Apa maksud kakak!""Ketua Zha
Sudah dua hari Zhao Lin dan Zhao Meiling melakukan perjalanan. Persediaan makanan mereka sudah hampir habis. Mereka memutuskan untuk singgah di kota terdekat, Kota Baitong. "Kota Baitong! Aku belum pernah mendengarnya!" ucap Zhao Lin setelah Zhao Meiling menyebutkan kota yang akan mereka singgahi. Saat ini, mereka masih dalam perjalanan, belum mencapai Kota Baitong. "Kota ini memang kurang terkenal. Beberapa tahun lalu, kota ini hanyalah sebuah desa. Namun, lama-kelamaan mereka berkembang menjadi sebuah kota yang cukup maju. Hanya saja, kota ini sedikit bermasalah!" Zhao Meiling memberi penjelasan. "Bermasalah seperti apa?" tanya Zhao Lin penasaran. "Kota ini menjadi basis utama Serikat Pengemis!" jawab Zhao Meiling. Awalnya, Serikat Pengemis berbasis di Kota Lauhu. Namun, hubungan buruk mereka dengan lima sekte aliran besar membuat mereka harus meninggalkan kota tersebut. Itu dikarenakan Kota Lauhu dikuasai oleh bangsawan Huang dan bangsawan Huang memiliki
"Apa matamu tidak bisa dijaga untuk tidak melirik wanita cantik! Nona Yao kau dekati, Nona Wei juga kau dekati. Apa kamu ingin mendapatkan semua wanita cantik di dunia ini!" sindir Zhao Meiling pada Zhao Lin yang kedapatan sering kali melirik pada gadis di sebalah meja mereka. Zhao Lin merasa kesal dengan ledekan Zhao Meiling, ia pun membalasnya. "Kalau memang iya, kenapa? Kakak tidak perlu memikirkanku, pikirkan saja diri kakak yang masih belum punya pasangan!"Raut wajah Zhao Meiling langsung berubah saat mendengar balasan dari Zhao Lin. Usia Zhao Meiling sekitar delapan tahun lebih tua dari Zhao Lin, tapi hingga sekarang ia belum menikah. Balasan dari Zhao Lin membuat Zhao Meiling geram. Ingin sekali ia memukul adik sepupunya itu. Bahkan, ia sudah mengambil ancang-ancang memukul Zhao Lin. Hanya saja, kedatangan pelayan yang membawa pesanan menghentikan upaya Zhai Meiling. Aroma menggugah selera dari hidangan yang disajikan mampu merubah raut wajah Zhao Meiling.
"Maaf mengganggu kenyamanan Nona dan Tuan Muda! Perkenalkan, nama saya Yin Xuehua, putri dari Walikota Kota Baitong. Kalau boleh tau, siapa nama Nona dan Tuan Muda!" Wanita itu memperkenalkan diri. "Saya Zhao Meiling dan ini adik sepupuku, Zhao Lin!" Zhao Meiling juga memperkenalkan dirinya dan Zhao Lin. "Melihat identitas Nona dan Tuan Muda, sepertinya kalian berdua berasal dari Paviliun Matahari!"Zhao Lin dan Zhao Meiling saling memandang. Keluarga Zhao memang salah satu dari lima keluarga yang menguasai Matahari Timur dan Paviliun Matahari. Sangat wajar jika Yin Xuehua mengetahui asal-usul mereka hanya dari nama keduanya. Bisa dikatakan alasan Yin Xuehua mengundang mereka adalah karena status mereka sebagai bagian dari Paviliun Matahari. Namun, yang menjadi ganjalan adalah gadis itu sudah mengetahui asal-usul mereka sebelum keduanya menyebutkan nama. "Nona... sepertinya anda sudah tau kami dari Paviliun Matahari sebelum kami memberitahu nama kami. Dari ma
Saat malam tiba, Zhao Lin memutuskan berjalan-jalan melihat suasana kota. Ia melakulannya sedirian, tanpa ditemani oleh Zhao Meiling. Suasana malam di Kota Baitong begitu hidup. Lampu-lampu kota mewarnai setiap sudut menghasilkan sebuah keindahan. Lalu-lalang orang ramai menambah semarak di bawah langit yang gelap. Zhao Lin mampir di sebuah kedai arak di pinggir jalan. Tempat ini tidak memiliki ruangan khusus, hanya kursi dan meja yang diletakkan di pinggir jalan. Tidak banyak pengunjung di kedai itu. Selain Zhao Lin, hanya ada satu pengunjung lain yang datang. "Tuan Muda... bisa tunjukkan kartu identitas anda!" ucap pelayan kedai saat Zhao Lin memesan arak. Memang, Kekaisaran Zhou memiliki aturan khusus dalam konsumsi arak. Seseorang baru bisa meminum arak jika ia sudah berumur 15 tahun.Zhao Lin memperlihatkan kartu identitasnya. Sesaat kemudian, si pelayan memberikannya kembali pada Zhao Lin. Si pelayan menerima pesanan Zhao Lin setelah mengetahui usia Zha