Sudah dua hari Zhao Lin dan Zhao Meiling melakukan perjalanan. Persediaan makanan mereka sudah hampir habis. Mereka memutuskan untuk singgah di kota terdekat, Kota Baitong.
"Kota Baitong! Aku belum pernah mendengarnya!" ucap Zhao Lin setelah Zhao Meiling menyebutkan kota yang akan mereka singgahi. Saat ini, mereka masih dalam perjalanan, belum mencapai Kota Baitong."Kota ini memang kurang terkenal. Beberapa tahun lalu, kota ini hanyalah sebuah desa. Namun, lama-kelamaan mereka berkembang menjadi sebuah kota yang cukup maju. Hanya saja, kota ini sedikit bermasalah!" Zhao Meiling memberi penjelasan."Bermasalah seperti apa?" tanya Zhao Lin penasaran."Kota ini menjadi basis utama Serikat Pengemis!" jawab Zhao Meiling.Awalnya, Serikat Pengemis berbasis di Kota Lauhu. Namun, hubungan buruk mereka dengan lima sekte aliran besar membuat mereka harus meninggalkan kota tersebut. Itu dikarenakan Kota Lauhu dikuasai oleh bangsawan Huang dan bangsawan Huang memiliki"Apa matamu tidak bisa dijaga untuk tidak melirik wanita cantik! Nona Yao kau dekati, Nona Wei juga kau dekati. Apa kamu ingin mendapatkan semua wanita cantik di dunia ini!" sindir Zhao Meiling pada Zhao Lin yang kedapatan sering kali melirik pada gadis di sebalah meja mereka. Zhao Lin merasa kesal dengan ledekan Zhao Meiling, ia pun membalasnya. "Kalau memang iya, kenapa? Kakak tidak perlu memikirkanku, pikirkan saja diri kakak yang masih belum punya pasangan!"Raut wajah Zhao Meiling langsung berubah saat mendengar balasan dari Zhao Lin. Usia Zhao Meiling sekitar delapan tahun lebih tua dari Zhao Lin, tapi hingga sekarang ia belum menikah. Balasan dari Zhao Lin membuat Zhao Meiling geram. Ingin sekali ia memukul adik sepupunya itu. Bahkan, ia sudah mengambil ancang-ancang memukul Zhao Lin. Hanya saja, kedatangan pelayan yang membawa pesanan menghentikan upaya Zhai Meiling. Aroma menggugah selera dari hidangan yang disajikan mampu merubah raut wajah Zhao Meiling.
"Maaf mengganggu kenyamanan Nona dan Tuan Muda! Perkenalkan, nama saya Yin Xuehua, putri dari Walikota Kota Baitong. Kalau boleh tau, siapa nama Nona dan Tuan Muda!" Wanita itu memperkenalkan diri. "Saya Zhao Meiling dan ini adik sepupuku, Zhao Lin!" Zhao Meiling juga memperkenalkan dirinya dan Zhao Lin. "Melihat identitas Nona dan Tuan Muda, sepertinya kalian berdua berasal dari Paviliun Matahari!"Zhao Lin dan Zhao Meiling saling memandang. Keluarga Zhao memang salah satu dari lima keluarga yang menguasai Matahari Timur dan Paviliun Matahari. Sangat wajar jika Yin Xuehua mengetahui asal-usul mereka hanya dari nama keduanya. Bisa dikatakan alasan Yin Xuehua mengundang mereka adalah karena status mereka sebagai bagian dari Paviliun Matahari. Namun, yang menjadi ganjalan adalah gadis itu sudah mengetahui asal-usul mereka sebelum keduanya menyebutkan nama. "Nona... sepertinya anda sudah tau kami dari Paviliun Matahari sebelum kami memberitahu nama kami. Dari ma
Saat malam tiba, Zhao Lin memutuskan berjalan-jalan melihat suasana kota. Ia melakulannya sedirian, tanpa ditemani oleh Zhao Meiling. Suasana malam di Kota Baitong begitu hidup. Lampu-lampu kota mewarnai setiap sudut menghasilkan sebuah keindahan. Lalu-lalang orang ramai menambah semarak di bawah langit yang gelap. Zhao Lin mampir di sebuah kedai arak di pinggir jalan. Tempat ini tidak memiliki ruangan khusus, hanya kursi dan meja yang diletakkan di pinggir jalan. Tidak banyak pengunjung di kedai itu. Selain Zhao Lin, hanya ada satu pengunjung lain yang datang. "Tuan Muda... bisa tunjukkan kartu identitas anda!" ucap pelayan kedai saat Zhao Lin memesan arak. Memang, Kekaisaran Zhou memiliki aturan khusus dalam konsumsi arak. Seseorang baru bisa meminum arak jika ia sudah berumur 15 tahun.Zhao Lin memperlihatkan kartu identitasnya. Sesaat kemudian, si pelayan memberikannya kembali pada Zhao Lin. Si pelayan menerima pesanan Zhao Lin setelah mengetahui usia Zha
"Kau mengenalku? Apa kita pernah bertemu?" Sebuah pertanyaan keluar dari mulut si Pendekar misterius. "Paman Chen tidak mengenaliku! Aku Zhao Lin, murid paman di sekte Lampion Merah." balas Zhao Lin. Perubahan wajah Zhao Lin memang cukup jauh jika dibandingkan lima tahun lalu. Sebuah kewajaran jika Chen Yang tidak mengenalinya. "Zhao Lin!" Kamu benar Zhao Lin! Kamu baik-baik saja!"Lima tahun lalu, hal yang diketahui oleh Chen Yang adalah Zhao Lin diculik oleh seorang gadis muda yang tidak lain adalah Yin Yiyue. Pria berumur sekitar 35 tahun itu tidak mengetahui apa saja yang terjadi pada Zhao Lin. Satu hal yang membuat Chen Yang terkejut adalah Zhao Lin telah mencapai tingkat Pendekar Ahli. Padahal, ia mengenali Zhao Lin sebagai anak yang mengalami kerusakan Lingkaran Pusat dan tidak dapat mengumpulkan Tenaga Dalam. "Apa yang terjadi padamu! Lingkaran Pusat-mu kembali normal?"Zhao Lin menceritakan apa yang terjadi. Wanita itu sebenarnya tidak mencu
Hari berganti, Zhao Lin dan Zhao Meiling akan melanjutkan perjalanan menuju sekte Matahari Timur. Namun, langkah mereka terhambat dengan situasi yang dihadapi kota saat ini. Para prajurit kota terlihat turun ke jalan. Bersama mereka, Serikat Pengemis juga melakukan hal yang sama. Mereka seperti tengah bersiaga. Pengawasan ketat mereka lakukan, terutama di sekitar gerbang kota. Saat ini, gerbang kota ditutup. Tidak boleh ada yang masuk dan keluar dari kota. Hal itu jelas mengganggu Zhao Lin dan Zhai Meiling yang hendak pergi meninggalkan Kota Baitong. Raut wajah para warga terlihat gelisah. Meski mereka tidak mengetahui dengan pasti apa yang terjadi, tapi tidakan para prajurit menjelaskan bahwa kota berada dalam bahaya. Zhao Lin dan Zhao Meiling menemui salah seorang prajurit. "Kami ingin melanjutkan perjalanan. Bisakah kalian membiarkan kami melewati gerbang kota?""Nona... Tuan Muda...! Demi keselamatan kalian, sebaiknya kalian tetap di dalam kota. Di luar s
Zhao Lin bergerak menuju gerbang kota. Langkah pemuda itu untuk melewati gerbang dihentikan oleh para prajurit. "Biarkan aku ke luar!" ucap Zhao Lin. "Tuan Muda... sudah kukatakan, di luar berbahaya?" Si prajurit kembali menolak keinginan Zhao Lin. "Aku akan berbicara dengan mereka! Siapa tau aku bisa membantu menyelesaikan masalah!""Atas dasar apa Tuan Muda ingin berbicara dengan mereka. Tuan Muda hanya pendatang di kota ini! Perkataan Ketua kami saja tidak mereka dengarkan, apa lagi Tuan Muda yang tidak berhubungan dengan kota ini!"Saat Itu, Zhao Lin menunjukkan lencana Paviliun Matahari kepada para prajurit. "Kupikir lencana ini akan membuat mereka sedikit memperhitungkan diriku!"Para prajurit terlihat saling berbisik. Paviliun Matahari memiliki posisi yang kuat dalam dunia persilatan. Mungkin saja Zhao Lin bisa membantu dengan status yang ia miliki. Para prajurit akhirnya sepakat untuk mengizinkan Zhao Lin melewati gerbang untuk berbicara dengan sekte Pulau Bunga Persik. Pi
"Anak muda... jika kamu menemukan sesuatu, kembalikan lah! Itu bukan milikmu!" Li Zhenghe mulai curiga melihat Zhai Lin yang terdiam. Zhao Lin mengaruk pakaian, sebuah katong berisi uang kini berada di tangannya. "Aku menemukan kantong uang ini. Maaf, jika aku menggunakan sebagiannya. Jika Ketua ingin aku menggantinya, aku akan melakukannya! ..., tapi bagaimana kalian bisa memberi bukti bahwa katong uang ini milik Senior Wang Maorong!"Kantong uang itu jelas bukan milik Wang Maorong, melainkan milik Zhao Lin sendiri. Ia melakukan hal seperti ini untuk membuat sekte Pulau Bunga Persik tidak curiga bahwa ia memiliki Pedang Penguasa Dunia. Li Zhenghe tidak bisa berkata apa-apa. Apa yang diperlihatkan Zhao Lin berbeda dengan apa yang ia pikirkan. Beberapa pengikut Li Zhenghe bahkan marah kepada Zhao Lin. "Kau jangan mempermainkan kami!""Apa kau pikir kami ke sini hanya untuk sekantong uang itu!"Melihat reaksi mereka, Zhao Lin kembali menyimpan kembali kanton
Zhao Lin secepatnya bergerak menuju ke kediaman Walikota. Kembali ia menemui Zhao Meiling dan Yin Xuehua. "Sepertinya masalah ini tidak sederhana. Mereka tidak mengatakan alasan mereka sebenarnya, tapi aku curiga mereka memiliki niat untuk menyerang kota!"Zhao Meiling dan Yin Xuehua sama-sama mengerutkan kening. Jika apa yang dikatakan Zhao Lin benar, jelas ini adalah berita buruk bagi Kota Baitog. "Apa kamu yakin dengan apa yang kamu katakan?" tanya Zhao Meiling. "Ini hanya dugaanku! Namun, mereka mengancam akan menyerang kota jika pihak Kota Baitong tidak menyerahkan Ketua Serikat Pengemis kepada mereka. Di situ aku mengambil kesimpulan bahwa mereka juga mengincar Kota Baitong selain Serikat Pengemis!"Zhao Meiling berpikir sejenak. Sekte Pulau Bunga Persik bukanlah aliran hitam yang bisa menyerang siapa saja tanpa alasan. Ancaman yang dilakukan oleh Pulau Bunga Persik jelas memiliki alasan yang jelas. Masalah ini cukup rumit. Seperti ada rahasia yang
Xia Liruo terlibat pembicaraan empat mata dengan Patriark Yin di sebuah ruangan. Tidak seorang pun diizinkan masuk dan terlibat pembicaraan.Di sisi lain, Zhao Lin sangat ingin tau apa yang sedang mereka bicarakan. Ia mencoba menguping, tapi para murid sekte Telaga Dewi menghalangi. "Tuan Muda Zhao, ini adalah pembicaraan penting antara Ketua kami dengan Patriark Yin. Harap Tuan Muda memberi muka pada kami!"Zhao Lin mendengus kesal mendapat peringatan dari para gadis itu. Si pemuda tau ini adalah sebuah pembicaraan penting. Namun, ia perlu tau agar bisa memahami situasi apa yang terjadi antara lima sekte besar aliran putih dengan keluarga Yin serta hubungannya dengan Aliansi Lima Tombak. "Lin-gege... aku tidak tau mereka membicarakan apa, tapi aku tau arah pembicaraan mereka!" Yin Xuehua membisikkan sesuatu pada Zhao Lin. "Kira-kira mereka membicarakan apa?" tanya Zhao Lin"Aku tidak bisa mengatakannya di sini. Sebaiknya, kit
Rombongan wanita yang datang ini adalah anggota dari sekte Telaga Dewi. Bukan sembarang rombongan, tapi diantara mereka terdapat pemimpin tertinggi mereka, Xia Liruo. "Hormat kami, Kepala Biarawati Xia!"Orang-orang dari sekte Pulau Bunga Persik memberi hormat pada rombongan Telaga Dewi, terutama kepada Ketua mereka, Xia Liruo. Sementara itu, Zhao Lin tidak melakukan apa-apa. Ia merasa tidak perlu memberi hormat kepada orang-orang ini karena si pemuda menganggap mereka adalah teman dari Pulau Bunga Persik. "Apa yang terjadi? Kenapa kalian ribut-tibut?" Pertanyaan dari Xia Liruo. Orang-orang dari sekte Pulau Bunga Persik menjelaskan apa yang terjadi. Xia Liruo pun melirik pada Zhao Lin. "Anak muda... apa alasanmu memukul Pendekar ini. Apa kau memiliki masalah dengannya?" "Bukan hanya dengan dia, tapi aku memiliki masalah dengan Pulau Bunga Persik. Sebaiknya kalian jangan ikut campur! Aku tidak memiliki masalah denga
Zhao Lin terbangun dari tidurnya. Ia segera membangkitkan badan dan terduduk di atas ranjang. Bola mata pemuda itu berkeliling melihat ruang yang terasa asing baginya. Si pemuda memegangi bagian belakang kepalanya yang masih terasa sedikit sakit. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi saat terakhir kali ia tersadar. Saat itu, jiwa Pedang Penguasa Dunia menguasai tubuhnya. "Apa-apaan! Dia bilang dia baru bisa berinteraksi denganku setelah aku mencapai tingkat Pendekar Bumi! Tapi, kemarin dia bisa menguasai tubuhku. Dia tidak bisa dipercaya!" Zhao Lin bergumam sendiri. Zhao Lin menuruni ranjang untuk mencari tau di mana ia berada saat ini. Ia berjalan ke arah jendela dan membuka jendela tersebut. Dari apa yang ia lihat, ia bisa menduga bahwa saat ini sedang berada di kediaman sebuah keluarga besar. Itu terlihat dari bentuk serta tata letak bangunan tersebut.Namun, suasana kediaman ini tidak terlihat seperti kediaman keluarga besar lainn
"Tidak salah kan, jika benda ini untukku!" Ma Chao berucap sambil menunjukkan Tombak Raja Naga. Xiao Yan dan tiga orang lainnya terkejut, ternyata teman yang membantu Chu Yin adalah Ma Chao. Pandangan mereka berempat terarah pada si gadis, seperti meminta penjelasan bagaimana mereka bisa saling mengenal. Chu Yin sendiri tidak bisa berkata apa-apa. Ia juga terkejut, ternyata keempat orang ini dan Ma Chao sudah saling mengenal. Ia juga seolah-olah terlihat seperti meminta penjelasan, bagaimana ini bisa terjadi. "Kau bisa memilikinya jika kau bergabung dengan kami!" ucap Xiao Yan. Sontak, kata-kata Xiao Yan menghadirkan protes dari Dong Fu. "Xiao Yan... kita sudah sepakat bahwa Senjata Suci kali ini akan diberikan padaku atau Gao Hao. Kau tidak bisa menyerahkannya pada Ma Chao begitu saja!"Sebelumnya, keempat orang itu memang sudah membuat kesepakatan bahwa Tombak Raja Naga adalah untuk Gao Hao atau Dong Fu. Mengingat Xiao Yan dan Yin Y
"Jangan membohongiku! Tidak mungkin ada yang tau kau membawa Tombak Raja Naga itu!"Xiao Yan tidak percaya begitu saja pada Chu Yin. Setiap Senjata Suci bisa mengecil yang membuat ia mudah disimpan dan tidak mencolok saat dibawa. Jika si gadis tidak menunjukkan pada orang lain tidak akan ada yang tau Tombak Raja Naga itu berada bersamanya. Satu-satunya pihak yang memiliki kemungkinan mengetahui itu hanyalah dari sekte Pulau Bunga Persik. Merekalah yang memiliki Senjata Suci itu dan Chu Yin adalah bekas pelayan mereka. Jika pun Chu Yin ketahuan oleh pihak Pulau Bunga Persik, maka yang datang ke tempat ini bukan si gadis, tapi perwakilan dari sekte tersebut. "Ampun, Tuan! Saya tidak berbohong. Benda itu memang direbut oleh seseorang!"Chu Yin tidak sepenuhnya berbohong. Nyatanya, Tombak Raja Naga memang direbut oleh seseorang bernama Ma Chao. Sampai saat ini, si gadis tidak mengerti bagaimana pemuda itu mengetahui Senjata Suci itu berada
Ma Chao tersandar pada sebuah pohon dengan napas yang terburu. Pertarungan kemarin masih memberi efek pada tubuhnya. Terdapat sejumlah luka yang masih belum pulih. Pertarungan itu benar-benar diluar perkiraan Ma Chao. Jiwa Tombak Raja Naga dan jiwa Pedang Penguasa Dunia seperti saling membenci satu sama lain. Tidak disangka, ia dan Zhao Lin terseret dalam perselisihan tersebut. "Sepertinya, aku tidak bisa lagi berdekatan dengan pemuda itu!" Ma Chao bergumam sendiri. Dibandingkan perselisihan dua jiwa Senjata Suci itu, pikiran Ma Chao lebih terganggu dengan kejadian terakhir yang menghentikan pertarungan. Kehadiran sebuah pedang misterius yang datang entah dari mana. Meski saat itu tubuh dan pikiran Ma Chao dikendalikan oleh jiwa Tombak Raja Naga, tapi ia masih bisa melihat kejadian itu. Jiwa Tombak Raja Naga tau dengan pedang tersebut, tapi Ma Chao tidak mengenalnya sama sekali. Si pemuda hafal betul ke-26 Senjata Suci dan pedang itu tidak ter
Zhao Lin menatap tajam pada Ma Chao. Ilmu itu telah dikenal oleh jiwa Pedang Penguasa Dunia. Ini merupakan sebuah Seni Kabut yang terdapat dalam Kitab Kabut Hitam. Diam-diam, Ma Chao telah mendapatkan salah satu Kitab Tanpa Tanding dan mempelajarinya. Tubuh Ma Chao berubah menjadi kabut dan bergerak ke arah Zhao Lin. Gerak kabut melambat saat sudah dekat dengan Zhao Lin. Namun, itu tetap tidak menguntungkan sama sekali. Tebasan yang dilakukan akan percuma, itu hanya akan melewati kabut itu begitu saja. Kabut tersebut menyimuti tubuh Zhao Lin. Seketika, sesuatu seperti petir muncul dari kabut dan menyambar tubuh Zhao Lin. Dalam hitungan detik, pemuda itu di buat tumbang. Ma Chao kembali ke bentuk semula. Senyum sinis terukir di wajahnya. Jiwa Tombak Raja Naga merasa di atas angin, ia berpikir kemenangan sudah jadi miliknya. Namun, jiwa Pedang Penguasa Dunia tidak menyerah begitu saja. Ia kembali membangkitkan tubuh Zhao Lin. Satu hal yang membe
Sebuah pukulan diberikan Zhao Lin kepada Ma Chao. Pemuda itu terlempar cukup jauh hingga tubuhnya menyusur tanah. Debu-debu berterbangan membuat si pemuda terbatuk.Ma Chao mulai membangkitkan diri setelah debu-debu itu menghilang. Ada yang berbeda darinya. Bola matanya berubah menjadi merah gelap. Raut wajahnya pun terlihat berbeda dari biasanya. Tidak salah lagi, jiwa Tombak Raja Naga telah merasuki tubuh Ma Chao. "Akhirnyanya kau keluar juga!" ucap Zhao Lin. Ma Chao mendekatkan diri pada Zhao Lin. "Kau keluar sebelum waktu yang ditentukan. Jika dia tau, kita semua dalam masalah besar!" "Dia masih tersegel di makam itu! Tidak perlu takut dia akan tau. Sebaiknya kita selesaikan masalah kita!""Ayo kita lakukan!"Zhao Lin dan Ma Chao kembali mengangkat senjata. Tidak membuang waktu, mereka kembali terlibat dalam pertarungan. Zhao Lin terlihat lebih serius dari sebelumnya. Serangan demi serangan yang ia lakukan terlih
"Mati Kau!"Jendral Buaya mengayunkan pedang ke arah Zhao Lin. Tidak tanggung-tanggung, ia mengarahkan pada bagian leher untuk memenggal pemuda itu. "Trang...!"Sesuatu yang tidak diduga oleh Jendral Buaya terjadi. Pedang itu langsung patah ketika menyentuh leher Zhao Lin. Seketika, pemuda itu membangkitkan kepala. Ada perbedaan terjadi pada Zhao Lin. Bola matanya berubah menjadi berwarna hijau terang. Ditambah lagi dengan tatapan yang begitu mengerikan, berbeda dengan sebelumnya. Dalam satu gerakan, Zhao Lin mencekik Jendral Buaya. Pria paruh baya itu tidak bisa berbuat apa-apa. Genggamannya begitu kuat, tidak bisa dilepaskan begitu saja.Zhao Lin melambungkan Jendral Buaya ke udara. Saat itu juga, si pemuda juga mengacungkan Pedang Penguasa Dunia ke atas. Tidak berselang lama, Jendral Buaya jatuh dan tertancap pada Pedang Penguasa Dunia. Satu gerakan Zhao Lin membuat mayat Jendral Buaya terlempar pada tempat di man