Beberapa hari berjalan, Zhao Lin dan Yin Yiyue sampai pada desa yang dimaksud. Desa Merak, itulah nama desa tersebut. Berada jauh di pegunungan membuat desa itu jarang diketahui. Tidak ada yang istimewa dari desa tersebut. Kebanyakan penduduk berprofesi sebagai petani tanpa terlibat dalam dunia persilatan. Namun, ada satu penduduk yang memiliki ilmu beladiri yang tinggi dan mempunyai beberapa orang murid. Zhao Lin begitu bersemangat, hingga udara dingin pegunungan tidak begitu terasa. Ia akhirnya menemukan orang yang bisa memperbaiki Lingkaran Pusat-nya. Jalan untuk menjadi seorang Pendekar kembali terbuka baginya. “Kakak... apa guru akan mengajariku Seni Naga juga?” tanya Zhao Lin. “Aku tidak tau!” Yin Yiyue langsung membawa Zhao Lin kepada Sang Guru, tanpa menikmati suasa desa terlebih dahulu. Kediaman Sang Guru sedikit jauh dari pemukiman penduduk, meski itu masih masuk dalam wilayah Desa Merak. “Guru! Aku sudah membawa anak Zhao Ming!” ucap Yin Yiyue pada seorang pria beram
Terlepasnya empat Kunci Giok menandakan bahwa Kekuatan Kuno sedang berusaha melepaskan diri dari Makam Kuno. Untuk saat ini, Kunci Giok Emas bisa menahan gejolak dari dalam. Namun, lama kelamaan, Kunci Giok Emas akan ikut terlepas dan membuat Kekuatan Kuno akan keluar. “Sayangnya, ayahmu tidak mengatakan Kekuatan Kuno itu seperti apa, atau bisa juga gurunya tidak menjelaskan itu pada ayahmu,” ucap Zhuan Zhu. Ada satu cara untuk untuk membuat pintu Makam Kuno kembali kuat untuk menahan Kekuatan Kuno. Membuat Kunci Giok baru karena Kunci Giok yang telah terlepas tidak bisa digunakan lagi. Permasalahannya, bagaimana cara membuat benda itu mengingat Kunci Giok sudah tercipta sebelum manusia ada. Cara lain untuk mengatasinya adalah dengan melawan Kekuatan Kuno saat ia keluar dari Makam Kuno. Dengan menggunakan kekuatan dari Kunci Giok, Kekuatan Kuno akan bisa diatasi. Untuk bisa menggunakan kekuatan dari Kunci Giok, dibutuhkan sepasang Kunci Giok berbeda warna untuk dipasang pada tubuh
Perlahan Zhao Lin mulai membuka mata, ia melihat ke sekeliling. Sejauh mata memandang, hanya tampak ruangan putih polos tanpa ada sesuatu apapun di sana. Bocah itu berjalan menyusuri ruang. Cukup lama ia berjalan, tapi tetap tidak ada yang berubah dari ruangan itu. Tiap sudut yang ia lalui terlihat sama. “Tempat apa ini!” ucap Zhao Lin. “Rooaaarrr!” Tiba-tiba sebuah suara raungan mengejutkan Zhao Lin. Ruang putih itu tiba-tiba menjadi retak, lalu hancur berkeping-keping dan berubah menjadi ruangan hitam. Saat itu juga, Zhao Lin melihat sosok Naga yang menatap tajam pada dirinya. Naga tersebut mengejar Zhao Lin membuat bocah itu lari ketakutan. “Siapa yang telah mengirimku ke tempat ini!” Zhao Lin tersandung kaki sendiri dan membuat ia tersungkur. Entah kenapa kakinya tiba-tiba tidak bisa digerakkan sehingga ia tidak bisa lagi berlari. Sosok Naga tersebut telah berada tepat di depan Zhao Lin. Keringat dingin membasahi sekujur tubuh bocah itu. Ia takut dirinya akan menjadi santa
Mata Zhao Lin terbuka secara perlahan. Ia mendapati dirinya tengah terbaring di atas sebuah ranjang. Sempat ia berpikir bahwa apa yang ia alami sebelumnya adalah mimpi, tapi energi dari Sang Naga terasa baginya membuat ia yakin itu bukanlah mimpi. “Akhirnya kamu sadar juga!” ucap Zhuan Zhu yang berada di samping Zhao Lin. “Apa yang kualami barusan, mimpi atau nyata!” “Kamu mimpi apa?” tanya Zhuan Zhu. “Mimpi bertemu Naga!” Jawab Zhao Lin. “Apa Naga memasuki tubuhmu?” “Ya!” “Apa kamu merasakan energi yang berbeda?” “Ya!” Zhuan Zhu terdiam untuk sesaat. Apa yang dialami oleh Zhao Lin juga pernah ia alami. Perbedaannya, Zhuan Zhu tidak pernah berkomunikasi dengan Sang Naga. Tubuhnya langsung dimasuki Sang Naga tanpa mengatakan sepatah kata pun. “Aku juga pernah mengalami mimpi sepertimu. Setelah itu, aku merasakan peningkatan kekuatan dalam diriku.” Ucap Zhuan Zhu. “Apa yang dikatakan Sang Naga padamu?” tanya Zhao Lin. Zhuan Zhu merasa heran dengan pertanyaan Zhao Ling mengin
Satu tahun berlalu, kini Zhao Lin telah menguasai teknik dasar beladiri. Ada perbedaan yang sangat jauh yang ia rasakan antara latihan yang diberikan oleh Zhuan Zhu dengan yang ia dapat di sekte Lampion Merah. Sekte Lampion Merah lebih berfokus pada Tenaga Dalam sehingga latihan teknik dasar menjadi kurang diperhatikan. Selanjutnya, Zhao Lin akan mempelajari teknik lanjutan. Zhuan Zhu memperlihatkan sebuah gerakan dan meminta Zhao Lin untuk menirukannya. Teknik tersebut bernama Jurus Sembilan Langkah. Tenaga Dalam Zhao Lin masih terus dikunci mengingat Jurus Sembilan Langkah bisa dipelajari tanpa Tenaga Dalam. Percobaan pertama Zhao Lin menggunakan Jurus Sembilan Langkah sudah membuat Zhuan Zhu terkesan. Bocah itu dengan cepat menangkap apa yang ia ajari. “Kamu lebih cepat memahami apa yang kuajarkan. Bahkan Xiao Yan dan Yin Yiyue tidak secepat kamu dalam mempelajari jurus ini. Aku yakin dalam waktu kurang dari satu tahun kamu sudah bisa menguasainya.” Ada sembilan pola langkah
Lima tahun sudah Zhao Lin berlatih di bawah bimbingan Zhuan Zhu. Bocah kecil itu kini telah tumbuh menjadi seorang pemuda tampan. Ada begitu banyak perbedaan yang terjadi sejak pertama ia sampai di Desa Merak. Dari yang awalnya seorang bocah yang tidak bisa mengumpulkan Tenaga Dalam sampai menjadi pemuda dengan lebih dari seribu lingkaran Tenaga Dalam. Dari yang awalnya seorang sampah beladiri menjadi seorang jenis yang tiada tara. Namun, perubahan yang paling mencolok adalah hilangnya rasa dendam Zhao Lin pada Zhuan Zhu. Pemuda itu kini telah bisa memaklumi apa yang terjadi. Apa yang terjadi pada keluarganya adalah sebuah kecelakaan, bukan disebabkan oleh Sang Guru. Zhuan Zhu mengajak Zhao Lin berbicara empat mata. Di sebuah ruangan kecil di kediaman Sang Guru, mereka berdua duduk saling berhadapan. “Sudah lima tahun berlalu, kamu sudah mencapai titik ini. Bakatmu melebihi Xiao Yan dan Yin Yiyue. Aku yakin kelak kamu akan bisa mengatasi Kekua
“Biksu An Lushan benar! Lin Tian menciptakan Kitab Mata Angin setelah keluar dari Sungai Perak. Namun, setelah itu dia memberikan kitab itu kepada sekte Sungai Perak. Sudah jelas kitab itu milik kami.” Balas Lin Jingshan. Lima sekte besar aliran putih terbagi ke dalam dua kelompok. Pulau Bunga Persik, Gunung Lima Kuil dan Telaga Dewi adalah kelompok yang ingin kelima Kitab Langit kembali dikunci ke dalam Peti Pengetahuan. Sedangkan Sungai Perak dan Lampion Merah memilih untuk menolak rencana tersebut. Namun, hubungan Sungai Perak dan Lampion Merah tidak baik karena saling berebut Kitab Mata Angin. Itu membuat kelompk pertama dalam posisi kuat, apalagi Serikat Pengemis juga sependapat dengan mereka. “Ketua Li! Sejak tadi anda diam saja. Apa Pulau Bunga Persik telah merubah pikirannya. Aku dengar ada beberapa orang dari kalian yang menguasai Seni Tanah. Apa kalian diam-diam mempelajari Kitab Tanah Murni!” ucap Ketua sekte Telaga Dewi, Xia Liruo, kepada Li Zheng
“Mungkin anak Zhao Ming mengetahui tentang informasi tersebut. Lima tahun lalu, salah seorang muridku bertemu dengan anak Zhao Ming di kediaman keluarga Wei. Ia memiliki sebuah kekuatan yang sangat misterius. Ketua Chen... apa kamu mengetahuinya!” ucap Li Zhenghe. Chen Shou menjadi terkejut dengan perkataan Li Zhenghe. Ketua sekte Lampion Merah itu menceritakan apa yang terjadi dengan Zhao Lin lima tahun lalu. Seorang gadis muda telah menculiknya tepat saat malam penyerangan sekte Taring pedang. Hingga saat ini, tidak diketahui bagaimana kabar anak itu. Terlebih lagi, Li Zhenghe mengungkapkan bahwa Zhao Lin terlihat memiliki hubungan baik dengan seorang gadis yang kemunggkinan merupakan penculik itu. Murid Li Zhenghe, Wang Maorong, sempat menduga bahwa gadis itu berasal dari sekte Lampion Merah, tapi Chen Shou menjelaskan bahwa ia sama sekali tidak mengenalnya. Chen Shou juga menjelaskan jurus tak dikenal yang digunakan oleh gadis itu hingga membuat a