Share

Mencari daun racun

Penulis: Mas_Hudi_6902
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-15 12:32:40

"Mari ikut aku," ajak Dipasena sambil beranjak menuju ke ruangan bawah tanah yang ada di dalam rumahnya tersebut. Sementara itu sambil berjalan di belakang Dipasena baik Darto maupun Darso nampak sama-sama berpikir dan bertanya-tanya dalam hati. 

'Apa sebenarnya yang mau sampaikan oleh Gusti Dipasena ini? Kok ngomongin nya sampai diajak ke ruang bawah tanah segala?'

Kemudian begitu mereka bertiga sudah berada di ruang bawah tanah itu, Dipasena pun segera mempersilahkan Darto dan Darso untuk duduk. 

"Duduklah," ujar Dipasena sambil mengulurkan tangan kanannya. 

"Terimakasih Gusti," balas Darto dan Darso dengan kompak. Nampak dua pendekar kembar itu mengambil posisi duduk berhadap-hadapan. 

Untuk sekedar diketahui bahwa ruangan bawah tanah milik Dipasena itu terbilang cukup luas, karena di dalamnya terdapat tujuh buah kursi dengan satu kursi yang berukuran lebih besar berada dipaling ujung, sedangkan ke-enam kursi yang lain nampak

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Mayat Bertuah.   Mampir di penginapan

    "Ya benar sekali, jangankan cuma daun yang ada di jurang dan gunung, sekalian gunungnya juga aku angkat kalau memang imbalannya gede, hahaha ..." timpal Darso sambil terbahak-bahak.Dan setelah menjelang sore hari Darto dan Darso baru keluar batas wilayah Kerajaan Karma Jaya. Dan karena tidak lama lagi mereka berdua sudah mau memasuki hutan, Darso dan Darto nampak menghentikan kudanya."Gimana Darto apakah kita mau lanjut meneruskan perjalanan ini atau cari tempat untuk menginap dulu?" tanya Darso."Kita cari penginapan saja, karena tidak lama lagi kita akan memasuki hutan, kita istirahat saja dulu, sekalian kuda-kuda kita biar istirahat juga," jawab Darto."Baiklah, itu di depan ada penginapan kayaknya," seru Darso."Ya sudah ayo kita ke sana sekarang, heya ..." timpal Darto sambil kembali menghentakkan kudanya. Dan memang benar di depan memang ada

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-17
  • Pendekar Mayat Bertuah.   Gairah si Galuh

    'Hmmm, nampaknya orang ini cakep juga. Yahh ... meski agak jorok sih ... tapi ya udah lah, bagaimana pun juga dia adalah tamuku di malam ini, dia lah rezeki yang Dewata Agung kirimkan buat ku, makanya aku harus bisa memuaskannya malam ini, biar bisa dapat bayaran yang banyak darinya, karena kelihatannya orang ini seperti orang kaya? Yah semoga praduga ku ini tidak salah,' begitulah rentetan gumam si Galuh dalam hatinya.'Pokoknya aku harus segera bisa merayunya, lagian ngapain juga dia itu? Kok malah jalan mondar-mandir di dalam bilik?' ujar hati si Galuh masih berlanjut."Kang Darso ..." seru Galuh dengan suara yang lembut."Hmm," balas Darso dengan suara yang lembut juga."Kakang kenapa sih kok mondar-mandir, mondar-mandir kaya setrika gitu?" ujar Galuh memberanikan diri untuk bertanya."Hehe kamu heran ya?" balas Darso malah balik tanya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-18
  • Pendekar Mayat Bertuah.   Balada cinta si Galuh

    Tapi aku semakin penasaran untuk segera bisa melumat-lumat rudal gila ini. Yah, aku harus bisa mengontrol emosiku, aku tidak boleh gugup, aku harus tenang, biar aku benar-benar bisa menikmati rudal kenyal ini dengan penuh khidmat, hihihi ... kok khidmat sih ... idih ... si Galuh kaya mau berdoa aja,' gumam Galuh nampak mulai bisa mengendalikan emosinya. Yah Galuh memang mulai bisa menguasai perasaannya, dia yang sejak tadi masih terlihat gugup kini nampak mulai sudah bisa tenang.'Benar-benar gila ukuran rudal milik Tuan Darso ini, kira-kira muat enggak ya mulutku ini untuk menampungnya?' ujar Galuh dalam hati.'Tapi aku semakin penasaran untuk segera bisa melumat-lumat rudal gila ini. Yah, aku harus bisa mengontrol emosiku, aku tidak boleh gugup, aku harus tenang, biar aku benar-benar bisa menikmati rudal kenyal ini dengan penuh khidmat, hihihi ... kok khidmat sih ... idih ... si Galuh kaya mau berdoa aja,' gumam Galuh nampak mu

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-19
  • Pendekar Mayat Bertuah.   Semakin panas dan liar

    Namun bukannya melepaskan seperti yang diharapkan oleh si Darso, si Galuh malah kembali memasukkan tombak tumpulnya si Darso itu semakin dalam masuk ke mulutnya, dan karena saking panjangnya tombak tumpulnya si Darso itu, meski Galuh telah memasukkan hingga hampir menyentuh tenggorokan, namun nampaknya belum semuanya tombak tumpulnya si Darso itu bisa masuk ke dalam mulut si Galuh, dan masih tersisa beberapa centimeter.Namanya juga tombak tumpul, yang apabila sudah mau memuntahkan lahar kental, maka tidak bisa lagi untuk ditahan-tahan, dan akhirnya memang benar dengan diiringi suara mengerang yang panjang karena kenikmatan yang memuncak "Aaahhh ..." lahar kental itu pun benar-benar berhamburan dalam mulut si Galuh, dan karena saking banyaknya lahar tersebut, maka mulut Galuh pun sampai penuh terisi lahar hangat putih nan kental itu.Dan karena saking banyaknya pula, maka banyak juga lahar hangat nan kental itu yang akhirnya tertelan oleh Galuh hingga

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-21
  • Pendekar Mayat Bertuah.   Gairah terus berlanjut

    Begitu Darso mau memasukkan jarinya ke belahan gundukan kecil itu tiba-tiba Galuh langsung memegang jari Darso sambil berucap, "Kang Darso ... kok pakai jari sih ...?" tanya Galuh dengan suara yang lembut nan manja."Kenapa gak pakai tombaknya Kakang saja ...? Kan sudah mulai keras lagi ...?" ujar Galuh sambil melirik ke arah tombak tumpulnya Darso yang memang sudah tegang dan terlihat sedang mengangguk-angguk pelan itu. Dan begitu mendengar perkataan Galuh seperti itu Darso pun langsung tersenyum, sesaat dia pandangi wajah wanita cantik itu, lalu dengan suara yang lirih Darso berkata."Sekarang pakai ini dulu sebagai permulaan, nanti baru intinya pakai tombak tumpul ini ...""Ya sudah kalau begitu, terserah Kakang sajalah, yang penting bikin aku puas lho ya ..." balas Galuh yang nampak memilih untuk pasrah.Akhirnya Darso pun mengangkat tangan Galuh yang sedari tadi memegangi jarin

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-22
  • Pendekar Mayat Bertuah.   Klimaks berakhir hutang

    Karena kedua-duanya sudah sama-sama mengeluarkan cairan kentalnya maka untuk ronde yang kali ini nampak begitu terkesan lebih lama untuk mencapai puncak klimaksnya.Dan setelah beberapa lama menggoyang namun belum juga mencapai puncak klimaks, lalu Darso pun berinisiatif untuk merubah posisi, namun sebelum mencabut tombak tumpulnya itu Darso nampak ingin memberi tahu dulu kepada si Galuh."Kita ubah posisi ya ...?" bisik Darso lirih."Iya Kakang ..." timpal Galuh menurut.Lalu dengan perlahan Darso pun mencabut tombak tumpulnya itu dari lobang kenikmatannya si Galuh, dan setelah itu dia meminta Galuh untuk berganti posisi dengan gaya nungging dengan hanya memberi isyarat membalikkan telapak tangan. Dan karena memang sudah cukup berpengalaman dalam urusan mantap-mantap maka ketika Darso memberi isyarat seperti itu Galuh pun langsung faham, lalu dengan tidak pakai nunggu lama akhirnya Galuh

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-23
  • Pendekar Mayat Bertuah.   Tiba di Gunungsari

    Setelah menemukan kata sepakat, masih dari tempatnya itu Darso dan Galuh mendengar cekcok terjadi di bilik tempat Darto dan Ranti berkencan, dan nampaknya keributan pun juga terjadi diantara mereka berdua, dan tentu penyebabnya pun juga sudah bisa ditebak, namun sepertinya mereka berdua belum menemukan kata sepakat.Mendengar keributan yang dialami oleh sahabatnya itu lalu Galuh pun merasa perlu ikutan campur untuk segera bisa membantu mereka menemui kata sepakat seperti yang sudah dia lakukan bersama Darso. Lalu Galuh pun bilang ke Darso untuk menemui sahabatnya itu."Kang Darso tunggu saja disini, saya akan menemui mereka berdua," ujar Galuh sambil bergegas menuju ke bilik yang berada tepat di depan bilik yang dia tempati itu. Dan benar saja tidak lama setelah Galuh menemui mereka berdua akhirnya suara keributan itu pun sudah tidak terdengar lagi, dan selanjutnya setelah merasa menemukan kata sepakat Darso dan Darto pun mohon diri untu

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-23
  • Pendekar Mayat Bertuah.   Cari penginapan lagi

    Pemuda yang memiliki nama Panja itu nampak mulai merasa grogi, namun karena dia merasa sebagai orang yang dianggap pemimpin oleh teman-temannya, akhirnya dia pun mencoba memberanikan diri untuk melangkah maju."Hai, kalian berdua ini sebenarnya manusia atau siluman? Kampung kami tidak mau kedatangan perusuh seperti kalian ini," ujar pemuda yang bernama Panja itu.Mendengar ucapan Panja seperti itu, Darto yang memang sudah mulai marah itu langsung melangkah mendekat, dan begitu sudah berhadapan dengan Panja yang hanya memiliki tinggi di bawah pundaknya itu, Darto pun langsung memegang kedua rahang pemuda itu dengan tangan kanannya. Dan karena saking kuatnya cengkeraman tangan Darto, maka Panja pun langsung berteriak kesakitan."Aduhh! Aduhh! Aduhh ...! Lepas ...!" teriak Panja kesakitan dan meminta untuk supaya dilepaskan. Namun si Darso bukannya melepaskan, dia malah mengangkat rahang pemuda itu ke atas.

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-23

Bab terbaru

  • Pendekar Mayat Bertuah.   Demi Ibu

    Hingga pada akhirnya sang ratu pun bisa kembali nurut meskipun itu masih dirasa berat untuk dijalaninya, dan adapun menangisnya kali ini itu disebabkan dengan tampilan Santana yang terlihat mirip dengan mantan suaminya yang hadir dalam mimpinya semalam. Tau kalau sang bunda sedang merasakan kesedihan akhirnya Pangeran Santana pun terpaksa harus turun tangan untuk mengatasinya, yakni dengan menggunakan kesaktiannya membuat sang ibu disaat melihat Adhinata seperti melihat wajah mendiang Ayahandanya yaitu Biswara.Pangeran Santana nampak memeluk sang bunda, lalu tanpa ada yang mengerti bahwa sebenarnya pemuda sakti itu tengah memasukkan ilmu pengaburan mata pada sang bunda, namun begitu dia selesai memasukkan ilmu pengaburan mata itu tiba-tiba dia langsung ditegur oleh roh sang ayah yang meminta supaya mencabut kembali ajiannya itu tadi.'Santana! Apa-apaan kamu ini? Kenapa kau tega mengaburkan penglihatan ibumu?! Bukankah itu tindakan penyesatan karena telah menipu?!' tanya protes dari

  • Pendekar Mayat Bertuah.   Perjodohan

    Sesaat kemudian nampak Pangeran Santana dan Adhinata saling beradu pandang, kedua orang yang berperan penting dalam penggulingan Raja Arya Dipasena itu sepertinya masih belum mengetahui hal apa yang mesti di lakukan untuk menghadapi putra mendiang Prabu Jayantaka yang tidak lain juga merupakan kakek dari Pangeran Santana sendiri itu."Eh ... begini prajurit, perketat saja dulu penjagaan di tempat Pangeran Cayapata dikurung, saya dan Paman Adhinata juga keluarga yang lain akan berembug guna mencari kesepakatan bagaimana dan cara yang seperti untuk memperlakukan Pangeran Cayapata, kami perlu waktu untuk melakukan itu semua," jawab Pangeran Santana. "Baiklah kalau begitu Pangeran, tapi saya sendiri sekarang jadi takut berjaga di tempat Pangeran Cayapata dikurung," kembali prajurit itu mengungkapkan hal yang sama, dan nampaknya memang dia sudah tidak berani lagi untuk melakukan tugasnya tersebut. Kemudian Pangeran Santana nampak sudah memahami dengan perasaan prajuritnya itu.'Kasian pra

  • Pendekar Mayat Bertuah.   Tantangan

    "Mmm ... lupa sih enggak Anakku ... tapi apakah kamu sudah membicarakannya dengan Paman Adhinata?" tanya sang bunda langsung membuat hati Santana girang bukan main. "Iyyah!!! Uhuuy ...!!!" teriak Santana tidak bisa lagi menutupi rasa girangnya itu, kemudian secara spontan tiba-tiba Santana mengangkat tubuh bundanya sambil berteriak "Terimakasih Sang Hyang Widhi Wasa ... engkau benar-benar mengabulkan keinginanku dan juga keinginan seluruh rakyat Karmajaya ...!!" diperlakukan seperti itu Putri Nirmalasari pun terkejut. "Santana ... Santana ...!! Kamu ini apa-apaan to?!" ujar Putri Nirmalasari sambil memukul pundak putranya itu."Maaf Bu .. habisnya Santana seneng banget Ibu setuju dengan rencana perjodohan ini," jawab Pangeran Santana sambil menurunkan ibunya itu dari gendongan."Iya ... tapi tadi kamu belum jawab ..!" sanggah sang bunda. "Eh .. tenang saja Ibu ... mengenai Paman Adhinata itu sudah apa kata saya pokoknya, dijamin beres pokoknya Bu," balas Santana terlihat sangat beg

  • Pendekar Mayat Bertuah.   Suci

    "Dengarlah Eyang Reksa .. seperti yang sudah aku lakukan pada tubuhmu saat engkau masih menjadi mayat, aku selalu menggunakan mayatmu untuk menjadi sumber kekuatan di Kerajaan Karmajaya ini, bahkan tidak cuma engkau saja, karena selain engkau aku juga menggunakan jasa para dedemit-dedemit itu untuk melakukan hal yang sama sepertimu yaitu membantuku untuk membentengi kekuasaanku agar tetap bisa langgeng selama-lamanya ..." tutur Raja Dipasena seolah sedang menceramahi dua makhluk beda alam itu."Dengarlah Eyang Reksa Jagat .. meskipun engkau tidak menjelaskan kepada ku dengan maksud kebangkitanmu ini namun aku sudah mengerti, dan aku kira semua sudah jelas .. bahwa memang kalian berdua ini masing-masing memang memiliki keinginan yang sama yaitu ingin menjadi pengawal tunggal Kerajaan Karmajaya .. dan aku pun tidak keberatan dengan keinginan kalian berdua," lanjut ceramah sang raja, sungguh rasa percaya diri Raja Dipasena terlalu tinggi sehingga dia tidak menyadari bahwa apa yang ada di

  • Pendekar Mayat Bertuah.   Pendekar

    "Hoh .. rupanya orang itu adalah Pak Tua, yah tidak salah lagi, dan ternyata dia sedang menangkap ikan hanya dengan menggunakan tangan kosong, luar biasa sekali orang tua itu, sebaiknya aku akan menyapanya saja," ujar Adhinata sembari berdiri di pinggiran sungai."Hei Pak Tua ... bolehkah aku membantumu ...?!" seru Adhinata."Silahkan saja ...!" balas Kakek Santana. Lalu Adhinata pun segera turun ke sungai yang airnya sangat jernih dan sejuk itu, dan meskipun tidak terlalu dalam hanya seukuran paha namun aliran air sungai itu terbilang cukup deras dikarenakan memang kondisi tempatnya yang sangat miring dan juga curam. Setelah berada di dalam air Adhinata memperhatikan cara Kakek jelmaan Santana itu menangkap ikan."Bagaimana bisa Pak Tua ini menangkap ikan dengan begitu mudah? Hanya dengan menggunakan tangan kosong dia bisa memunguti ikan-ikan itu, dan rupanya dia juga bisa berjalan di atas air, tak sedikitpun ada air yang membasahi kedua kakinya, bahkan terompahnya sekalipun," tak he

  • Pendekar Mayat Bertuah.   Mencari Pak Tua

    "Hoh apa ini?!" teriak Adhinata nampak begitu terkejut merasakan hal itu, lalu dikarenakan suasana yang sudah mulai suram sebab matahari yang memang hampir tenggelam maka Adhinata pun tidak bisa melihat dengan jelas dengan apa yang sedang berada di dalam air itu atau lebih tepatnya sesuatu yang sedang menjilati kakinya, meskipun dengan kondisi air danau yang begitu jernih.Sementara itu seolah tidak puas dengan cuma menjilati kaki lalu kemudian ular anaconda jadi-jadian itu pun tiba-tiba muncul di depan Adhinata."Hoh!! Astaga! Ular ..!!!" Adhinata terkejut dan langsung melompat ke pinggir danau."Hayo ular brengsek! Maju! Jangan kau kira aku akan takut padamu! Akan aku hadapi kau ..!!" dan seolah mengerti dengan tantangan Adhinata ular anaconda jadi-jadian itu juga langsung meluncur ke arah Adhinata yang telah siap untuk menghadapinya.Dengan gerakannya yang begitu cepat ular jadi-jadian itu langsung menggunakan ciri khasnya dalam menyerang yaitu melilit tubuh lawannya dengan menyabe

  • Pendekar Mayat Bertuah.   Sangat Terkejut

    Sebuah kondisi berbeda dengan yang dirasakan oleh Pangeran Santana, Putra mendiang Biswara yang tengah merasakan bahagia itu terlihat segera ingin memberikan berita bahagia yang baru saja ia dapatkan, maka Pangeran Santana pun segera bergegas mencari Adhinata dengan mendatanginya ke kamar, namun begitu dia melihat kamarnya terbuka dan setelah dilihat-lihat ternyata kosong maka Pangeran Santana pun langsung menuju ke padepokan tempat tinggalnya para murid perguruan, dan betapa kagetnya Santana setelah dari mereka ternyata tidak ada satupun yang mengetahui dengan keberadaan sang gurunya itu."Terus bagaimana ini Gusti Pangeran? Bagaimana dengan nasib kita?" tanya salah satu murid yang bernama Kuda Jeger."Tenanglah dulu Jeger, aku akan segera mencari Guru kalian, aku kira Paman Adhinata belum terlalu jauh meninggalkan tempat ini, kamu dan kalian semua para murid dan para pendekar yang ada tolong kalian tetap menunggu di sini sampai aku berhasil membawa Paman Adhinata kembali," ujar Pang

  • Pendekar Mayat Bertuah.   Mendapatkan Jawaban.

    "Membangkitkan Reksa Jagat?!!" sahut tanya para Dewa sembari memandang Dewa angin dengan melotot, seolah mereka tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya barusan."Yah benar," balas Dewa angin singkat."Tapi apakah itu mungkin? Dan bukankah itu tidak menyalahi kodrat yang Yang Widi Wasa sendiri tentukan? Yaitu adalah tidak mungkin dengan dihidupkannya kembali seseorang yang telah mati untuk kembali ke dunia berjuang untuk menegakkan sebuah keadilan dan menciptakan kedamaian untuk kehidupan umat manusia? Bukankah itu adalah tugas manusia yang masih hidup?" tanya Dewa Api nampak memprotes jawaban dari Dewa Angin."Dengar dulu Dewa Api, tidak mungkin Yang Widi Wasa akan melanggar kodrat yang dia tentukan sendiri, dalam hal ini ... membangkitkan Reksa Jagat bukanlah menjadikannya sebagai layaknya manusia akan tetapi yang di bangunkannya itu adalah jasad dan kekuatannya saja, adapun akal, pikiran, perasaan dan nafsunya tidak lagi," terang Dewa Angin. Namun nampaknya beberapa Dewa bel

  • Pendekar Mayat Bertuah.   Keampuhan Demit Begog.

    Mendengar ucapan Pangeran Santana seperti itu nampak Adhinata tidak bisa menjawab, tatapan matanya menerawang jauh ke arah depan, dan memang dalam pandangannya itu sukma Adhinata tengah melihat seorang wanita yang sangat cantik dan nampak melambai kepadanya, Pangeran Santana yang melihat itu nampak mengangguk-angguk seolah-olah ia sudah tahu dengan apa yang mesti dia lakukan setelah ini.'Paman Adhinata, apa yang kamu lihat Paman? Perempuan?' tanya Santana dan nampak Adhinata mengangguk dengan tidak menoleh pada Santana.'Kalau Paman suka dengan wanita itu .. silahkan Paman hampiri, silahkan Paman ..' lalu benar Adhinata pun segera beranjak menuju ke tempat dimana sesosok wanita cantik itu berdiri, namun setelah berjalan beberapa jengkal tiba-tiba saja Adhinata menghentikan langkahnya karena tanpa dia ketahui bahwa ternyata tepat dihadapannya terdapat sebuah jurang yang cukup dalam, Adhinata nampak kebingungan melihat keadaan itu, dia menoleh ke kanan dan kiri, juga sesekali melihat k

DMCA.com Protection Status