"Cayapata sungguh kamu tidak pantas untuk menjadi seorang Raja! Karena prilakumu itu tidak lebih dari tindakannya seorang bajingan! Juih ...!" ujar Putri Nirmalasari mengumpat sambil meludah ke arah samping.
Tahu kalau adiknya itu tidak ingin menyerah begitu saja untuk mau menuruti kemauannya, maka akhirnya Prabu Cayapata pun ingin menggunakan cara kekerasan untuk bisa melumpuhkannya.
'Aku harus mentotok Nirmalasari, yah sepertinya perempuan ini tidak bisa dinikmati dengan cara baik-baik, baiklah kalau memang itu kemauan mu, akan aku turuti,' ujar batin Prabu Cayapata.
"Berkata-kata lah sesukamu Nirmalasari, sekalipun kamu menghinaku, menyamakan ku dengan bajingan, begal, atau apalah, itu terserah! Yang penting nyatanya aku adalah seorang Raja yang memiliki segala-segalanya."
"Dengarlah Nirmalasari semua yang ada di bumi Karmajaya ini semuanya adalah milikku, bumi, air, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusianya semuanya adalah milikku! Dan harus menuruti apa
Lalu betapa terkejutnya mereka bertiga begitu melihat tubuh Putri Nirmalasari tergeletak pingsan di pelataran kolam pemandian dengan tanpa mengenakan sehelai kain pun, dan bahkan terlihat juga di bagian sekitar lubang kenikmatannya itu terdapat sperma yang berceceran."Oh Putri Nirmalasari ... sungguh malang nasibmu, huhu ... huhu ... huhu ..." dan akhirnya tangis mereka pun pecah dengan memeluk tubuh Putri Nirmalasari.Sesaat kemudian kedua Dayang itu pun segera memakaikan baju sang Putri dan kemudian berusaha untuk mengangkat tubuhnya untuk selanjutnya dibawa masuk ke dalam Istana Kaputren, dengan susah payah mereka berdua mengangkat tubuh sang Putri, terbesit dalam pikiran mereka untuk minta tolong kepada dua Prajurit jaga namun setelah mengingat mereka tidak memperdulikan dengan apa yang tadi dialami oleh Putri Nirmalasari akhirnya mereka berdua pun jadi enggan untuk melakukannya.Lalu setelah berhasil membawa masuk dan membaringkan tubuh Putri Nirmalasari d
"Berangkatlah secara diam-diam, kamu tidak perlu banyak membawa bekal istriku, bawalah bawaan seperlunya saja," ujar Biswara berpesan."Baiklah Kakang, kalau begitu besok pagi aku akan membawa Santana berangkat ke lereng gunung Argapura," ujar Putri Nirmalasari membalas."Bagus, berangkatlah, naiklah seekor kuda untuk menemani perjalanan kalian berdua, dan sekarang istirahatlah ... selamat tinggal istriku ..." dan kemudian Putri Nirmalasari pun langsung memejamkan kedua matanya sambil merangkul Putranya untuk tidur.Keesokan paginya seperti yang sudah dia rencanakan, Putri Nirmalasari pun terlihat juga sudah mempersiapkan semua keperluan yang hendak dia bawa, yakni berupa beberapa potong pakaian dan sedikit perbekalan makanan, lalu dengan mengendarai seekor kuda dengan tanpa adanya kereta sang Putri pun mulai menjalankan tunggangannya itu dengan mendudukkan sang Putra yakni Pangeran Santana di depannya.Kebetulan juga hari itu memang suasana di sekitaran
"Dan inilah yang akan membuat riwayatmu habis Cayapata! Sebentar lagi kamu juga akan segera menyusul Ibu dan Ayahmu ke alam baka, hehehe ... hehehe ..." ujar Dipasena nampak begitu merasa bahagia dan jumawa.Disaat masih merasa yakin dengan rencana pembunuhannya itu tiba-tiba saja terbesit dalam pikiran Arya Dipasena sebuah rencana lain."Tapi apa ya perlu orang seperti Cayapata itu harus aku bunuh? Bukankah saat ini dia itu tidak lebih dari seekor kera yang sudah masuk perangkap ku, yang bisa saja aku buat mainan untuk sebuah hiburan? Yah ... sepertinya memang tidak perlu aku membunuhnya karena itu malah membuang-buang waktu dan membuat aku repot saja," ujar Arya Dipasena yang nampak meralat rencana yang sudah dipersiapkan itu."Daripada harus aku bunuh lebih baik Cayapata itu akan aku pasung saja dikandang kuda, biar bisa aku jadikan tontonan kalau sewaktu-waktu aku sedang butuh hiburan, hehehe ... hehehe ...!" kembali Arya Dipasena terkekeh-kekeh dalam kesend
"Eits! Kamu mulai saat ini jangan panggil aku dengan sebutan Gusti Patih! Tapi panggil aku Gusti Prabu Arya Dipasena ... mengerti? Hahahaha ... hahahaha ....! Karena saat ini aku telah resmi menjadi Raja, akulah saat ini yang menjadi pemimpin di Karmajaya ini, dengarkan itu!" ucap Arya Dipasena dengan tegas."Baik Gusti Prabu Arya Dipasena ... akan segera kami laksanakan titah Gusti Prabu ..." sahut dua prajurit itu. Dan memang benar akhirnya Raja Karmajaya itu pun langsung diseret oleh dua orang Prajurit itu ke tempat kandang kuda dan kemudian langsung diikat dengan rantai yang cukup besar di tiap masing-masing kaki dan kedua tangannya.Lalu mulai saat itulah akhirnya Arya Dipasena pun langsung menobatkan dirinya sendiri sebagai Raja baru di Kerajaan Karmajaya mendongkel kepemimpinan Raja Cayapata, dan karena hampir seluruh punggawa Kerajaan yang ada saat itu juga merupakan bentukan dari Arya Dipasena sendiri maka begitu ia memproklamirkan dirinya sebagai Raja yang ba
"Ayo buruan! Hari ini tugas kita banyak, menyirami sayuran kita yang sudah mulai layu itu," seru Putri Nirmalasari."Iya-iya Bunda ..." jawab bocah berumur sepuluh tahun itu."Makanya kalau malam itu jangan banyak begadang! Jadi ngantuk gini to akhirnya ...?" ucap Putri Nirmalasari nampak mencela kebiasaan Putranya tersebut.Lalu dengan gelagat masih terlihat malas Santana melangkah menuju ke arah dapur."Lho, lho, lho ...! Ayo berangkat ... ini lho sarapannya sudah Ibu bawakan, nanti kamu makan di ladang saja," seru Putri Nirmalasari. Lalu mereka berdua pun segera bergegas melangkah menuju ke ladang.untuk sekedar diketahui bahwa saat ini ladang yang digarap oleh Putri Nirmalasari dan Santana itu mereka dapatkan dari menyewa, karena sewaktu keluar dari Istana Karmajaya dulu sang Putri memang membawa beberapa keping uang yang hanya cukup untuk menyewa tidak untuk membeli, dan adapun lahan Biswara yang dulu di titipkan pada tetangganya yang bernama
"Aku yakin pasti kesaktiannya itu adalah titisan dari Ayahnya yang bernama Biswara itu, tapi seingatku orang yang bernama Biswara itu mukanya jelek, lha tapi bocah ini wajahnya kok ganteng sekali, yah mungkin saja dia itu niru Ibunya, karena sebenarnya ibunya itu perempuan yang cantik tapi saat ini sudah tidak lagi karena kulitnya sudah hitam dan mukanya juga sudah kusam," lanjut ujar Pak Suripto dengan masih tertegun melihat kejadian aneh bin ajaib terpampang di depan matanya.Begitulah akhirnya Santana pun langsung mengerjakan semua tugasnya itu hingga selesai, lalu setelah itu mereka berdua langsung pulang ke rumah mereka, satu-satunya peninggalan Biswara yang masih tersisa yang tidak ikut diambil oleh Pak Suripto.Berbicara mengenai Santana, meskipun berwatak keras tapi sebenarnya dia itu tergolong anak yang penurut pada sang Bunda, ya meskipun itu tidak berarti bahwa semua apa yang diperintahkan oleh Bunda Nirmalasari akan dia patuhi, karena memang kenyataannya ma
"Lalu bagaimana ini?" tanya remaja yang terlihat paling dewasa."Tahu lah, pokoknya aku gak ikut-ikut," sahut salah satu dari mereka"Aku juga," timpal satunya lagi."Aku juga," dan begitulah akhirnya mereka bersembilan itu pun langsung beranjak kabur dari dalam kuil itu dengan meninggalkan dua gundukan kotoran yang baunya sangat menyengat itu.Sementara itu Santana sendiri setelah keluar dari kuil tadi rupanya tidak berani langsung masuk ke dalam rumah, setelah membersihkan diri dan ganti baju yang memang kebetulan sudah ada di luar rumah bocah itu terlihat hanya duduk-duduk di teras rumahnya, perasaan bersalah dan takut kena marah cukup berkecamuk dalam pikirannya, apalagi dengan sang Bunda yang nyata-nyata sudah berpesan untuk tidak berbuat macam-macam kalau berada di dalam kuil.Sesaat kemudian nampak Santana terlihat melamun, tatapan matanya menerawang jauh menembus keheningan malam yang sebentar lagi akan segera berakhir, dari kejauhan
Rasa kagum dan terkejutnya itupun semakin bertambah manakala sinar matahari pagi menerpa dua bongkahan kecil itu dan kemudian memantulkan sinar kilauan yang begitu indah."Hah! Apakah yang aku lihat ini? Benarkah ini emas? Hoh ... siapakah anak yang bisa mengeluarkan kotoran emas seperti ini?" ujar Pak Santo bertanya dalam keheranannya. Lalu setelah itu Pak Santo pun segera mengambil dan membersihkan dua bongkahan kecil emas itu dan kemudian kembali melanjutkan tugasnya untuk membersihkan kuil. Dan setelah selesai Pak Santo pun langsung pulang ke rumah untuk menyimpan barang istimewa hasil temuannya itu."Nah, sekarang aku akan mencari tahu dari anak-anak itu, siapa diantara mereka yang semalam telah berak di dalam kuil," ujarnya sambil beranjak keluar dari rumah.Lalu mulailah Pak Santo mendatangi rumah mereka satu persatu, dan karena memang sudah mengenali semua maka Pak Santo pun tidak butuh waktu lama untuk melakukannya, di rumah pertama yang dia sambangi Pa
Hingga pada akhirnya sang ratu pun bisa kembali nurut meskipun itu masih dirasa berat untuk dijalaninya, dan adapun menangisnya kali ini itu disebabkan dengan tampilan Santana yang terlihat mirip dengan mantan suaminya yang hadir dalam mimpinya semalam. Tau kalau sang bunda sedang merasakan kesedihan akhirnya Pangeran Santana pun terpaksa harus turun tangan untuk mengatasinya, yakni dengan menggunakan kesaktiannya membuat sang ibu disaat melihat Adhinata seperti melihat wajah mendiang Ayahandanya yaitu Biswara.Pangeran Santana nampak memeluk sang bunda, lalu tanpa ada yang mengerti bahwa sebenarnya pemuda sakti itu tengah memasukkan ilmu pengaburan mata pada sang bunda, namun begitu dia selesai memasukkan ilmu pengaburan mata itu tiba-tiba dia langsung ditegur oleh roh sang ayah yang meminta supaya mencabut kembali ajiannya itu tadi.'Santana! Apa-apaan kamu ini? Kenapa kau tega mengaburkan penglihatan ibumu?! Bukankah itu tindakan penyesatan karena telah menipu?!' tanya protes dari
Sesaat kemudian nampak Pangeran Santana dan Adhinata saling beradu pandang, kedua orang yang berperan penting dalam penggulingan Raja Arya Dipasena itu sepertinya masih belum mengetahui hal apa yang mesti di lakukan untuk menghadapi putra mendiang Prabu Jayantaka yang tidak lain juga merupakan kakek dari Pangeran Santana sendiri itu."Eh ... begini prajurit, perketat saja dulu penjagaan di tempat Pangeran Cayapata dikurung, saya dan Paman Adhinata juga keluarga yang lain akan berembug guna mencari kesepakatan bagaimana dan cara yang seperti untuk memperlakukan Pangeran Cayapata, kami perlu waktu untuk melakukan itu semua," jawab Pangeran Santana. "Baiklah kalau begitu Pangeran, tapi saya sendiri sekarang jadi takut berjaga di tempat Pangeran Cayapata dikurung," kembali prajurit itu mengungkapkan hal yang sama, dan nampaknya memang dia sudah tidak berani lagi untuk melakukan tugasnya tersebut. Kemudian Pangeran Santana nampak sudah memahami dengan perasaan prajuritnya itu.'Kasian pra
"Mmm ... lupa sih enggak Anakku ... tapi apakah kamu sudah membicarakannya dengan Paman Adhinata?" tanya sang bunda langsung membuat hati Santana girang bukan main. "Iyyah!!! Uhuuy ...!!!" teriak Santana tidak bisa lagi menutupi rasa girangnya itu, kemudian secara spontan tiba-tiba Santana mengangkat tubuh bundanya sambil berteriak "Terimakasih Sang Hyang Widhi Wasa ... engkau benar-benar mengabulkan keinginanku dan juga keinginan seluruh rakyat Karmajaya ...!!" diperlakukan seperti itu Putri Nirmalasari pun terkejut. "Santana ... Santana ...!! Kamu ini apa-apaan to?!" ujar Putri Nirmalasari sambil memukul pundak putranya itu."Maaf Bu .. habisnya Santana seneng banget Ibu setuju dengan rencana perjodohan ini," jawab Pangeran Santana sambil menurunkan ibunya itu dari gendongan."Iya ... tapi tadi kamu belum jawab ..!" sanggah sang bunda. "Eh .. tenang saja Ibu ... mengenai Paman Adhinata itu sudah apa kata saya pokoknya, dijamin beres pokoknya Bu," balas Santana terlihat sangat beg
"Dengarlah Eyang Reksa .. seperti yang sudah aku lakukan pada tubuhmu saat engkau masih menjadi mayat, aku selalu menggunakan mayatmu untuk menjadi sumber kekuatan di Kerajaan Karmajaya ini, bahkan tidak cuma engkau saja, karena selain engkau aku juga menggunakan jasa para dedemit-dedemit itu untuk melakukan hal yang sama sepertimu yaitu membantuku untuk membentengi kekuasaanku agar tetap bisa langgeng selama-lamanya ..." tutur Raja Dipasena seolah sedang menceramahi dua makhluk beda alam itu."Dengarlah Eyang Reksa Jagat .. meskipun engkau tidak menjelaskan kepada ku dengan maksud kebangkitanmu ini namun aku sudah mengerti, dan aku kira semua sudah jelas .. bahwa memang kalian berdua ini masing-masing memang memiliki keinginan yang sama yaitu ingin menjadi pengawal tunggal Kerajaan Karmajaya .. dan aku pun tidak keberatan dengan keinginan kalian berdua," lanjut ceramah sang raja, sungguh rasa percaya diri Raja Dipasena terlalu tinggi sehingga dia tidak menyadari bahwa apa yang ada di
"Hoh .. rupanya orang itu adalah Pak Tua, yah tidak salah lagi, dan ternyata dia sedang menangkap ikan hanya dengan menggunakan tangan kosong, luar biasa sekali orang tua itu, sebaiknya aku akan menyapanya saja," ujar Adhinata sembari berdiri di pinggiran sungai."Hei Pak Tua ... bolehkah aku membantumu ...?!" seru Adhinata."Silahkan saja ...!" balas Kakek Santana. Lalu Adhinata pun segera turun ke sungai yang airnya sangat jernih dan sejuk itu, dan meskipun tidak terlalu dalam hanya seukuran paha namun aliran air sungai itu terbilang cukup deras dikarenakan memang kondisi tempatnya yang sangat miring dan juga curam. Setelah berada di dalam air Adhinata memperhatikan cara Kakek jelmaan Santana itu menangkap ikan."Bagaimana bisa Pak Tua ini menangkap ikan dengan begitu mudah? Hanya dengan menggunakan tangan kosong dia bisa memunguti ikan-ikan itu, dan rupanya dia juga bisa berjalan di atas air, tak sedikitpun ada air yang membasahi kedua kakinya, bahkan terompahnya sekalipun," tak he
"Hoh apa ini?!" teriak Adhinata nampak begitu terkejut merasakan hal itu, lalu dikarenakan suasana yang sudah mulai suram sebab matahari yang memang hampir tenggelam maka Adhinata pun tidak bisa melihat dengan jelas dengan apa yang sedang berada di dalam air itu atau lebih tepatnya sesuatu yang sedang menjilati kakinya, meskipun dengan kondisi air danau yang begitu jernih.Sementara itu seolah tidak puas dengan cuma menjilati kaki lalu kemudian ular anaconda jadi-jadian itu pun tiba-tiba muncul di depan Adhinata."Hoh!! Astaga! Ular ..!!!" Adhinata terkejut dan langsung melompat ke pinggir danau."Hayo ular brengsek! Maju! Jangan kau kira aku akan takut padamu! Akan aku hadapi kau ..!!" dan seolah mengerti dengan tantangan Adhinata ular anaconda jadi-jadian itu juga langsung meluncur ke arah Adhinata yang telah siap untuk menghadapinya.Dengan gerakannya yang begitu cepat ular jadi-jadian itu langsung menggunakan ciri khasnya dalam menyerang yaitu melilit tubuh lawannya dengan menyabe
Sebuah kondisi berbeda dengan yang dirasakan oleh Pangeran Santana, Putra mendiang Biswara yang tengah merasakan bahagia itu terlihat segera ingin memberikan berita bahagia yang baru saja ia dapatkan, maka Pangeran Santana pun segera bergegas mencari Adhinata dengan mendatanginya ke kamar, namun begitu dia melihat kamarnya terbuka dan setelah dilihat-lihat ternyata kosong maka Pangeran Santana pun langsung menuju ke padepokan tempat tinggalnya para murid perguruan, dan betapa kagetnya Santana setelah dari mereka ternyata tidak ada satupun yang mengetahui dengan keberadaan sang gurunya itu."Terus bagaimana ini Gusti Pangeran? Bagaimana dengan nasib kita?" tanya salah satu murid yang bernama Kuda Jeger."Tenanglah dulu Jeger, aku akan segera mencari Guru kalian, aku kira Paman Adhinata belum terlalu jauh meninggalkan tempat ini, kamu dan kalian semua para murid dan para pendekar yang ada tolong kalian tetap menunggu di sini sampai aku berhasil membawa Paman Adhinata kembali," ujar Pang
"Membangkitkan Reksa Jagat?!!" sahut tanya para Dewa sembari memandang Dewa angin dengan melotot, seolah mereka tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya barusan."Yah benar," balas Dewa angin singkat."Tapi apakah itu mungkin? Dan bukankah itu tidak menyalahi kodrat yang Yang Widi Wasa sendiri tentukan? Yaitu adalah tidak mungkin dengan dihidupkannya kembali seseorang yang telah mati untuk kembali ke dunia berjuang untuk menegakkan sebuah keadilan dan menciptakan kedamaian untuk kehidupan umat manusia? Bukankah itu adalah tugas manusia yang masih hidup?" tanya Dewa Api nampak memprotes jawaban dari Dewa Angin."Dengar dulu Dewa Api, tidak mungkin Yang Widi Wasa akan melanggar kodrat yang dia tentukan sendiri, dalam hal ini ... membangkitkan Reksa Jagat bukanlah menjadikannya sebagai layaknya manusia akan tetapi yang di bangunkannya itu adalah jasad dan kekuatannya saja, adapun akal, pikiran, perasaan dan nafsunya tidak lagi," terang Dewa Angin. Namun nampaknya beberapa Dewa bel
Mendengar ucapan Pangeran Santana seperti itu nampak Adhinata tidak bisa menjawab, tatapan matanya menerawang jauh ke arah depan, dan memang dalam pandangannya itu sukma Adhinata tengah melihat seorang wanita yang sangat cantik dan nampak melambai kepadanya, Pangeran Santana yang melihat itu nampak mengangguk-angguk seolah-olah ia sudah tahu dengan apa yang mesti dia lakukan setelah ini.'Paman Adhinata, apa yang kamu lihat Paman? Perempuan?' tanya Santana dan nampak Adhinata mengangguk dengan tidak menoleh pada Santana.'Kalau Paman suka dengan wanita itu .. silahkan Paman hampiri, silahkan Paman ..' lalu benar Adhinata pun segera beranjak menuju ke tempat dimana sesosok wanita cantik itu berdiri, namun setelah berjalan beberapa jengkal tiba-tiba saja Adhinata menghentikan langkahnya karena tanpa dia ketahui bahwa ternyata tepat dihadapannya terdapat sebuah jurang yang cukup dalam, Adhinata nampak kebingungan melihat keadaan itu, dia menoleh ke kanan dan kiri, juga sesekali melihat k