Rasa kagum dan terkejutnya itupun semakin bertambah manakala sinar matahari pagi menerpa dua bongkahan kecil itu dan kemudian memantulkan sinar kilauan yang begitu indah.
"Hah! Apakah yang aku lihat ini? Benarkah ini emas? Hoh ... siapakah anak yang bisa mengeluarkan kotoran emas seperti ini?" ujar Pak Santo bertanya dalam keheranannya. Lalu setelah itu Pak Santo pun segera mengambil dan membersihkan dua bongkahan kecil emas itu dan kemudian kembali melanjutkan tugasnya untuk membersihkan kuil. Dan setelah selesai Pak Santo pun langsung pulang ke rumah untuk menyimpan barang istimewa hasil temuannya itu.
"Nah, sekarang aku akan mencari tahu dari anak-anak itu, siapa diantara mereka yang semalam telah berak di dalam kuil," ujarnya sambil beranjak keluar dari rumah.
Lalu mulailah Pak Santo mendatangi rumah mereka satu persatu, dan karena memang sudah mengenali semua maka Pak Santo pun tidak butuh waktu lama untuk melakukannya, di rumah pertama yang dia sambangi Pa
Begitulah akhirnya Pak Santo pun langsung bergegas pergi ke rumah Pak Kuwu melaporkan atas hilangnya Santana, dan kemudian di hari itu juga pencarian Santana yang melibatkan para warga sekitar lereng gunung Argapura pun dimulai, sementara bocah sakti itu terus bergerak menuju ke arah selatan, semakin jauh dia meninggalkan desa tempat tinggalnya itu hingga akhirnya ketika waktu sudah mulai memasuki petang Santana pun nampak memasuki sebuah perkampungan.'Sepertinya malam akan segera tiba, lebih baik aku bermalam di kampung ini saja, tapi kira-kira siapa ya yang berkenan untuk aku tumpangi ...?' tanya Santana dalam gumamnya. Lalu bocah itupun kembali melangkahkan kakinya menyusuri jalanan desa yang berbatu itu, setelah beberapa saat berjalan tiba-tiba bocah itu menghentikan langkahnya."Itu seperti ada keramaian, apa sebaiknya aku numpang di sana saja ya? Ah enggak ah, aku gak berani ke sana, aku takut, jangan-jangan nanti aku ditolak dan di usir," ujarnya lirih.
"Bersiaplah kau bocah edan ...! Hiyyat ... jiak ...!" Dengan segera Rangsang pun melompat dan kemudian langsung menyerang Bojapradata dengan menyabetkan jari-jari besinya ke arah tubuh bocah sakti itu, dan sepertinya Bojapradata pun menyadari bahwa lawannya kali ini memang benar-benar bermaksud untuk melukainya."Rasakan ini bocah Gembel ... hiyyat, hiyyak!"Wuss, wuss ... sring, sring ...Sabetan jari-jari besi Rangsang terlihat berkelebatan mengarah ke hampir seluruh tubuh Bojapradata, namun dengan gesitnya bocah sakti itu nampak masih bisa menghindarinya, hingga pada suatu saat Rangsang membuka kedua tangannya lebar-lebar dan kemudian melakukan serangan menggunting dan disaat itu juga Bojapradata langsung melompat ke atas dan kedua kakinya menginjak dua pundak Rangsang dan kemudian menghentakkannya."Mampus kau bocah edan ...! Hiyyat ...!" teriak Rangsang penuh dengan amarah."Hup hiyyak ...!"Brougs ..."Uuah ...!"Rangsang
"Baiklah, aku sudah mendapatkan apa yang memang belum aku ketahui kebenarannya, silahkan .. lakukan apa yang memang telah dikuasakan kepadamu Raja iblis .. bersuka cita lah .. sebelum kuasa itu diambil lagi oleh Sang Hyang Widhi Wasa pada saatnya nanti," balas Dewa angin dengan bijak, dan bersamaan dengan itu pula Raja iblis pun langsung meludah ke arah bumi, dan dari ludahnya itu terbentuklah sebuah bola api sebesar genggaman meluncur ke arah dimana Santana atau Bojapradata itu sedang berada.Sementara itu Bojapradata sudah berada di Padepokan Padangkarautan milik Dewa Ndaru, rupanya bocah itu diizinkan untuk bermalam di kediaman Ayahanda dari bocah yang baru saja berseteru dengannya, akan tetapi bukannya ditempatkan di dalam rumah atau ruang tamu bocah malang itu rupanya disuruh tidur di sebuah gudang tempat penyimpanan bahan makanan."Oh ... kenapa malam ini terasa begitu panas? Aneh, padahal diluar langit nampak begitu cerah, hoh ... tubuhku sampai berkeringa
"Aaah ...! Aaah ...!" teriak Dewa Ndaru terlihat masih merunduk dengan kedua tangan memegangi kepalanya, mendengar bisingnya teriakkan pimpinan perguruan itu maka Bojapradata pun langsung membentaknya."Hoe! Diam lah!"Lalu dengan perlahan Dewa Ndaru pun menoleh ke atas, dan betapa terkejutnya ia, matanya langsung terbelalak dan mulutnya menganga manakala melihat kejadian yang sangat sulit untuk diterima oleh akal sehatnya itu, bagaimana tidak? Patung singa seukuran bus itu terlihat disangga oleh Bojapradata hanya dengan menggunakan ujung jari kelingking tangan kirinya saja, dan setelah beberapa saat kemudian nampak Bojapradata menghempaskan patung raksasa itu ke udara."Hiiyyaaah ...!"Patung berbobot puluhan ton itupun langsung melayang dan melesat hingga keluar beteng perguruan tersebut, melihat kejadian itu Dewa Ndaru pun langsung rontok mentalnya, lalu dengan suara yang terdengar agak gugup lelaki empat puluh tahun itu pun berkata."Ba, ba, ba
"Tapi dia telah berani mencelakai murid Ayah," balas Dewa Branjangan berkilah."Ya tapi ..." jawab Luhjingga tertahan dan kemudian langsung disahut oleh Dewa Branjangan."Ya sudah, kalau itu maumu, akan Ayah turuti."Lalu kemudian Dewa Branjangan pun terlihat kembali melangkah mendekati Dewa Ndaru muda yang masih duduk sambil tangannya memegangi dadanya yang masih terasa sakit akibat mendapat pukulan keras dari Dewa Branjangan."Heh anak muda!" panggil Dewa Branjangan."Iya Tuan, a, a, ampuni saya Tuan," jawab Dewa Ndaru muda terlihat ketakutan."Yah, kau memang aku ampuni, dan kau beruntung, meskipun kau telah membunuh dua muridku tapi rupanya Putriku Luhjingga tertarik padamu, dan itu artinya kau harus mau menjadi suaminya," tutur Dewa Branjangan terdengar sangat mengagetkan bagi Dewa Ndaru muda."Apa Tuan! Putri Tuan menginginkan saya?" tanya Dewa Ndaru muda sambil berusaha untuk duduk."Yah benar, dan ingat! Aku tidak ingin
"Mau tanya apa Dewa Ndaru?""Sebenarnya Tuan Bojapradata ini pengikut aliran ilmu hitam atau putih?" tanya Dewa Ndaru nampak begitu penasaran dengan pendekar yang ada di hadapannya itu."Dengar Dewa Ndaru, tidak penting kau mengetahui tentang diriku, apakah aku penganut aliran ilmu putih? Hitam? Apa ijo? Tidak penting! Ingat Dewa Ndaru, yang paling penting saat ini adalah ... pergilah mencari perempuan yang muda dan juga cantik dan segera kawini dia! Cari sebanyak-banyaknya.""Tapi Tuan ..." kembali Dewa Ndaru terlihat seperti orang yang sedang ketakutan."Apalagi ...?" Sergah Bojapradata terlihat begitu jengkel."Kakang ... Kakang ...!" ditengah mereka berdua masih bercakap-cakap tiba-tiba terdengar seruan dari dalam rumah Dewa Ndaru, dan tidak lama kemudian keluarlah seorang wanita setengah baya dengan diikuti tiga bocah yang kemudian langsung berdiri berjajar di sampingnya."Dari tadi kamu cuma ngobrol tidak jelas seperti itu?! Siapa pemu
"Kau jangan berlagak sok hebat! Sungguh muak aku melihat gayamu seperti itu, juih! Kemarilah! Ikutlah bertarung! Bantu si Ndaru menghadapiku! Ayoh, keroyoklah aku! Sepuluh pendekar macam kalian aku sama sekali tidak takut menghadapinya!"Mendapat gertakan dan juga umpatan dari pendekar wanita tua seperti itu Bojapradata akhirnya terusik juga, dia yang bermaksud untuk hanya menjadi penonton kini bermaksud untuk ikutan bermain meskipun tidak secara langsung.Sementara itu jauh di alam kayangan rupanya apa yang tengah terjadi di Perguruan Padangkarautan itu juga tengah disorot oleh para penghuninya, adalah Raja iblis dan Dewa angin yang memang masing-masing mendapat kewenangan atas diri Santana. Nampak kedua penghuni alam kayangan itu tengah berdebat berusaha untuk bisa mengambil haknya masing-masing."Wahai Raja iblis, kiranya apa yang telah kau lakukan pada Santana sudahlah cukup, suruh anak buahmu untuk segera meninggalkan bocah itu!" seru Dewa angin."De
Sementara itu pertarungan antara Dewa Ndaru dan Luhjingga nampaknya masih terus berlangsung, bahkan setelah cukup lama waktu yang mereka lewati nampaknya belum ada tanda-tanda akan ada yang kalah atau menyerah, dan sepertinya Bojapradata sendiri sudah mulai merasa bosen dengan pertunjukan yang dilihatnya itu."Heh, sebaiknya aku sudahi saja pertarungan ini, akan aku ambil alih saja posisi Dewa Ndaru, hep hiyyak ...!"Wuss, wuss, wuss ...Bojapradata segera melompat ke udara, tubuhnya terlihat terbang mengitari Dewa Ndaru dan Luhjingga yang masih berjibaku untuk saling mencari kelemahan lawannya itu, tahu kalau Bojapradata terbang di atasnya nampak Luhjingga menjadi marah lalu secara diam-diam pendekar wanita itu meraih senjata khususnya yaitu tusuk konde emas dan kemudian langsung melemparkannya ke arah Bojapradata."Hup hiyyat!"Wuss ... ssst."Aah ..."Buks ...Sungguh sebuah serangan yang sangat berkelas, melalui gerak dan w
Hingga pada akhirnya sang ratu pun bisa kembali nurut meskipun itu masih dirasa berat untuk dijalaninya, dan adapun menangisnya kali ini itu disebabkan dengan tampilan Santana yang terlihat mirip dengan mantan suaminya yang hadir dalam mimpinya semalam. Tau kalau sang bunda sedang merasakan kesedihan akhirnya Pangeran Santana pun terpaksa harus turun tangan untuk mengatasinya, yakni dengan menggunakan kesaktiannya membuat sang ibu disaat melihat Adhinata seperti melihat wajah mendiang Ayahandanya yaitu Biswara.Pangeran Santana nampak memeluk sang bunda, lalu tanpa ada yang mengerti bahwa sebenarnya pemuda sakti itu tengah memasukkan ilmu pengaburan mata pada sang bunda, namun begitu dia selesai memasukkan ilmu pengaburan mata itu tiba-tiba dia langsung ditegur oleh roh sang ayah yang meminta supaya mencabut kembali ajiannya itu tadi.'Santana! Apa-apaan kamu ini? Kenapa kau tega mengaburkan penglihatan ibumu?! Bukankah itu tindakan penyesatan karena telah menipu?!' tanya protes dari
Sesaat kemudian nampak Pangeran Santana dan Adhinata saling beradu pandang, kedua orang yang berperan penting dalam penggulingan Raja Arya Dipasena itu sepertinya masih belum mengetahui hal apa yang mesti di lakukan untuk menghadapi putra mendiang Prabu Jayantaka yang tidak lain juga merupakan kakek dari Pangeran Santana sendiri itu."Eh ... begini prajurit, perketat saja dulu penjagaan di tempat Pangeran Cayapata dikurung, saya dan Paman Adhinata juga keluarga yang lain akan berembug guna mencari kesepakatan bagaimana dan cara yang seperti untuk memperlakukan Pangeran Cayapata, kami perlu waktu untuk melakukan itu semua," jawab Pangeran Santana. "Baiklah kalau begitu Pangeran, tapi saya sendiri sekarang jadi takut berjaga di tempat Pangeran Cayapata dikurung," kembali prajurit itu mengungkapkan hal yang sama, dan nampaknya memang dia sudah tidak berani lagi untuk melakukan tugasnya tersebut. Kemudian Pangeran Santana nampak sudah memahami dengan perasaan prajuritnya itu.'Kasian pra
"Mmm ... lupa sih enggak Anakku ... tapi apakah kamu sudah membicarakannya dengan Paman Adhinata?" tanya sang bunda langsung membuat hati Santana girang bukan main. "Iyyah!!! Uhuuy ...!!!" teriak Santana tidak bisa lagi menutupi rasa girangnya itu, kemudian secara spontan tiba-tiba Santana mengangkat tubuh bundanya sambil berteriak "Terimakasih Sang Hyang Widhi Wasa ... engkau benar-benar mengabulkan keinginanku dan juga keinginan seluruh rakyat Karmajaya ...!!" diperlakukan seperti itu Putri Nirmalasari pun terkejut. "Santana ... Santana ...!! Kamu ini apa-apaan to?!" ujar Putri Nirmalasari sambil memukul pundak putranya itu."Maaf Bu .. habisnya Santana seneng banget Ibu setuju dengan rencana perjodohan ini," jawab Pangeran Santana sambil menurunkan ibunya itu dari gendongan."Iya ... tapi tadi kamu belum jawab ..!" sanggah sang bunda. "Eh .. tenang saja Ibu ... mengenai Paman Adhinata itu sudah apa kata saya pokoknya, dijamin beres pokoknya Bu," balas Santana terlihat sangat beg
"Dengarlah Eyang Reksa .. seperti yang sudah aku lakukan pada tubuhmu saat engkau masih menjadi mayat, aku selalu menggunakan mayatmu untuk menjadi sumber kekuatan di Kerajaan Karmajaya ini, bahkan tidak cuma engkau saja, karena selain engkau aku juga menggunakan jasa para dedemit-dedemit itu untuk melakukan hal yang sama sepertimu yaitu membantuku untuk membentengi kekuasaanku agar tetap bisa langgeng selama-lamanya ..." tutur Raja Dipasena seolah sedang menceramahi dua makhluk beda alam itu."Dengarlah Eyang Reksa Jagat .. meskipun engkau tidak menjelaskan kepada ku dengan maksud kebangkitanmu ini namun aku sudah mengerti, dan aku kira semua sudah jelas .. bahwa memang kalian berdua ini masing-masing memang memiliki keinginan yang sama yaitu ingin menjadi pengawal tunggal Kerajaan Karmajaya .. dan aku pun tidak keberatan dengan keinginan kalian berdua," lanjut ceramah sang raja, sungguh rasa percaya diri Raja Dipasena terlalu tinggi sehingga dia tidak menyadari bahwa apa yang ada di
"Hoh .. rupanya orang itu adalah Pak Tua, yah tidak salah lagi, dan ternyata dia sedang menangkap ikan hanya dengan menggunakan tangan kosong, luar biasa sekali orang tua itu, sebaiknya aku akan menyapanya saja," ujar Adhinata sembari berdiri di pinggiran sungai."Hei Pak Tua ... bolehkah aku membantumu ...?!" seru Adhinata."Silahkan saja ...!" balas Kakek Santana. Lalu Adhinata pun segera turun ke sungai yang airnya sangat jernih dan sejuk itu, dan meskipun tidak terlalu dalam hanya seukuran paha namun aliran air sungai itu terbilang cukup deras dikarenakan memang kondisi tempatnya yang sangat miring dan juga curam. Setelah berada di dalam air Adhinata memperhatikan cara Kakek jelmaan Santana itu menangkap ikan."Bagaimana bisa Pak Tua ini menangkap ikan dengan begitu mudah? Hanya dengan menggunakan tangan kosong dia bisa memunguti ikan-ikan itu, dan rupanya dia juga bisa berjalan di atas air, tak sedikitpun ada air yang membasahi kedua kakinya, bahkan terompahnya sekalipun," tak he
"Hoh apa ini?!" teriak Adhinata nampak begitu terkejut merasakan hal itu, lalu dikarenakan suasana yang sudah mulai suram sebab matahari yang memang hampir tenggelam maka Adhinata pun tidak bisa melihat dengan jelas dengan apa yang sedang berada di dalam air itu atau lebih tepatnya sesuatu yang sedang menjilati kakinya, meskipun dengan kondisi air danau yang begitu jernih.Sementara itu seolah tidak puas dengan cuma menjilati kaki lalu kemudian ular anaconda jadi-jadian itu pun tiba-tiba muncul di depan Adhinata."Hoh!! Astaga! Ular ..!!!" Adhinata terkejut dan langsung melompat ke pinggir danau."Hayo ular brengsek! Maju! Jangan kau kira aku akan takut padamu! Akan aku hadapi kau ..!!" dan seolah mengerti dengan tantangan Adhinata ular anaconda jadi-jadian itu juga langsung meluncur ke arah Adhinata yang telah siap untuk menghadapinya.Dengan gerakannya yang begitu cepat ular jadi-jadian itu langsung menggunakan ciri khasnya dalam menyerang yaitu melilit tubuh lawannya dengan menyabe
Sebuah kondisi berbeda dengan yang dirasakan oleh Pangeran Santana, Putra mendiang Biswara yang tengah merasakan bahagia itu terlihat segera ingin memberikan berita bahagia yang baru saja ia dapatkan, maka Pangeran Santana pun segera bergegas mencari Adhinata dengan mendatanginya ke kamar, namun begitu dia melihat kamarnya terbuka dan setelah dilihat-lihat ternyata kosong maka Pangeran Santana pun langsung menuju ke padepokan tempat tinggalnya para murid perguruan, dan betapa kagetnya Santana setelah dari mereka ternyata tidak ada satupun yang mengetahui dengan keberadaan sang gurunya itu."Terus bagaimana ini Gusti Pangeran? Bagaimana dengan nasib kita?" tanya salah satu murid yang bernama Kuda Jeger."Tenanglah dulu Jeger, aku akan segera mencari Guru kalian, aku kira Paman Adhinata belum terlalu jauh meninggalkan tempat ini, kamu dan kalian semua para murid dan para pendekar yang ada tolong kalian tetap menunggu di sini sampai aku berhasil membawa Paman Adhinata kembali," ujar Pang
"Membangkitkan Reksa Jagat?!!" sahut tanya para Dewa sembari memandang Dewa angin dengan melotot, seolah mereka tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya barusan."Yah benar," balas Dewa angin singkat."Tapi apakah itu mungkin? Dan bukankah itu tidak menyalahi kodrat yang Yang Widi Wasa sendiri tentukan? Yaitu adalah tidak mungkin dengan dihidupkannya kembali seseorang yang telah mati untuk kembali ke dunia berjuang untuk menegakkan sebuah keadilan dan menciptakan kedamaian untuk kehidupan umat manusia? Bukankah itu adalah tugas manusia yang masih hidup?" tanya Dewa Api nampak memprotes jawaban dari Dewa Angin."Dengar dulu Dewa Api, tidak mungkin Yang Widi Wasa akan melanggar kodrat yang dia tentukan sendiri, dalam hal ini ... membangkitkan Reksa Jagat bukanlah menjadikannya sebagai layaknya manusia akan tetapi yang di bangunkannya itu adalah jasad dan kekuatannya saja, adapun akal, pikiran, perasaan dan nafsunya tidak lagi," terang Dewa Angin. Namun nampaknya beberapa Dewa bel
Mendengar ucapan Pangeran Santana seperti itu nampak Adhinata tidak bisa menjawab, tatapan matanya menerawang jauh ke arah depan, dan memang dalam pandangannya itu sukma Adhinata tengah melihat seorang wanita yang sangat cantik dan nampak melambai kepadanya, Pangeran Santana yang melihat itu nampak mengangguk-angguk seolah-olah ia sudah tahu dengan apa yang mesti dia lakukan setelah ini.'Paman Adhinata, apa yang kamu lihat Paman? Perempuan?' tanya Santana dan nampak Adhinata mengangguk dengan tidak menoleh pada Santana.'Kalau Paman suka dengan wanita itu .. silahkan Paman hampiri, silahkan Paman ..' lalu benar Adhinata pun segera beranjak menuju ke tempat dimana sesosok wanita cantik itu berdiri, namun setelah berjalan beberapa jengkal tiba-tiba saja Adhinata menghentikan langkahnya karena tanpa dia ketahui bahwa ternyata tepat dihadapannya terdapat sebuah jurang yang cukup dalam, Adhinata nampak kebingungan melihat keadaan itu, dia menoleh ke kanan dan kiri, juga sesekali melihat k