"Aaah ...! Aaah ...!" teriak Dewa Ndaru terlihat masih merunduk dengan kedua tangan memegangi kepalanya, mendengar bisingnya teriakkan pimpinan perguruan itu maka Bojapradata pun langsung membentaknya.
"Hoe! Diam lah!"
Lalu dengan perlahan Dewa Ndaru pun menoleh ke atas, dan betapa terkejutnya ia, matanya langsung terbelalak dan mulutnya menganga manakala melihat kejadian yang sangat sulit untuk diterima oleh akal sehatnya itu, bagaimana tidak? Patung singa seukuran bus itu terlihat disangga oleh Bojapradata hanya dengan menggunakan ujung jari kelingking tangan kirinya saja, dan setelah beberapa saat kemudian nampak Bojapradata menghempaskan patung raksasa itu ke udara.
"Hiiyyaaah ...!"
Patung berbobot puluhan ton itupun langsung melayang dan melesat hingga keluar beteng perguruan tersebut, melihat kejadian itu Dewa Ndaru pun langsung rontok mentalnya, lalu dengan suara yang terdengar agak gugup lelaki empat puluh tahun itu pun berkata.
"Ba, ba, ba
"Tapi dia telah berani mencelakai murid Ayah," balas Dewa Branjangan berkilah."Ya tapi ..." jawab Luhjingga tertahan dan kemudian langsung disahut oleh Dewa Branjangan."Ya sudah, kalau itu maumu, akan Ayah turuti."Lalu kemudian Dewa Branjangan pun terlihat kembali melangkah mendekati Dewa Ndaru muda yang masih duduk sambil tangannya memegangi dadanya yang masih terasa sakit akibat mendapat pukulan keras dari Dewa Branjangan."Heh anak muda!" panggil Dewa Branjangan."Iya Tuan, a, a, ampuni saya Tuan," jawab Dewa Ndaru muda terlihat ketakutan."Yah, kau memang aku ampuni, dan kau beruntung, meskipun kau telah membunuh dua muridku tapi rupanya Putriku Luhjingga tertarik padamu, dan itu artinya kau harus mau menjadi suaminya," tutur Dewa Branjangan terdengar sangat mengagetkan bagi Dewa Ndaru muda."Apa Tuan! Putri Tuan menginginkan saya?" tanya Dewa Ndaru muda sambil berusaha untuk duduk."Yah benar, dan ingat! Aku tidak ingin
"Mau tanya apa Dewa Ndaru?""Sebenarnya Tuan Bojapradata ini pengikut aliran ilmu hitam atau putih?" tanya Dewa Ndaru nampak begitu penasaran dengan pendekar yang ada di hadapannya itu."Dengar Dewa Ndaru, tidak penting kau mengetahui tentang diriku, apakah aku penganut aliran ilmu putih? Hitam? Apa ijo? Tidak penting! Ingat Dewa Ndaru, yang paling penting saat ini adalah ... pergilah mencari perempuan yang muda dan juga cantik dan segera kawini dia! Cari sebanyak-banyaknya.""Tapi Tuan ..." kembali Dewa Ndaru terlihat seperti orang yang sedang ketakutan."Apalagi ...?" Sergah Bojapradata terlihat begitu jengkel."Kakang ... Kakang ...!" ditengah mereka berdua masih bercakap-cakap tiba-tiba terdengar seruan dari dalam rumah Dewa Ndaru, dan tidak lama kemudian keluarlah seorang wanita setengah baya dengan diikuti tiga bocah yang kemudian langsung berdiri berjajar di sampingnya."Dari tadi kamu cuma ngobrol tidak jelas seperti itu?! Siapa pemu
"Kau jangan berlagak sok hebat! Sungguh muak aku melihat gayamu seperti itu, juih! Kemarilah! Ikutlah bertarung! Bantu si Ndaru menghadapiku! Ayoh, keroyoklah aku! Sepuluh pendekar macam kalian aku sama sekali tidak takut menghadapinya!"Mendapat gertakan dan juga umpatan dari pendekar wanita tua seperti itu Bojapradata akhirnya terusik juga, dia yang bermaksud untuk hanya menjadi penonton kini bermaksud untuk ikutan bermain meskipun tidak secara langsung.Sementara itu jauh di alam kayangan rupanya apa yang tengah terjadi di Perguruan Padangkarautan itu juga tengah disorot oleh para penghuninya, adalah Raja iblis dan Dewa angin yang memang masing-masing mendapat kewenangan atas diri Santana. Nampak kedua penghuni alam kayangan itu tengah berdebat berusaha untuk bisa mengambil haknya masing-masing."Wahai Raja iblis, kiranya apa yang telah kau lakukan pada Santana sudahlah cukup, suruh anak buahmu untuk segera meninggalkan bocah itu!" seru Dewa angin."De
Sementara itu pertarungan antara Dewa Ndaru dan Luhjingga nampaknya masih terus berlangsung, bahkan setelah cukup lama waktu yang mereka lewati nampaknya belum ada tanda-tanda akan ada yang kalah atau menyerah, dan sepertinya Bojapradata sendiri sudah mulai merasa bosen dengan pertunjukan yang dilihatnya itu."Heh, sebaiknya aku sudahi saja pertarungan ini, akan aku ambil alih saja posisi Dewa Ndaru, hep hiyyak ...!"Wuss, wuss, wuss ...Bojapradata segera melompat ke udara, tubuhnya terlihat terbang mengitari Dewa Ndaru dan Luhjingga yang masih berjibaku untuk saling mencari kelemahan lawannya itu, tahu kalau Bojapradata terbang di atasnya nampak Luhjingga menjadi marah lalu secara diam-diam pendekar wanita itu meraih senjata khususnya yaitu tusuk konde emas dan kemudian langsung melemparkannya ke arah Bojapradata."Hup hiyyat!"Wuss ... ssst."Aah ..."Buks ...Sungguh sebuah serangan yang sangat berkelas, melalui gerak dan w
"Bagaimana ini Rangsang, sepertinya orang itu bermaksud mau membunuh kita ... waduh bagaimana ini ...?""Entahlah Rajasa aku sendiri juga takut, tapi bagaimana kalau kita mohon ampun padanya dan juga pada Ayahanda Dewa Ndaru, barangkali mereka mau berbelas kasihan pada kita," ucap Rangsang memberikan usulannya."Baiklah, aku setuju, kalau begitu ayo kita coba," timpal Rajasa terlihat langsung setuju dengan pendapat saudaranya itu."Tuan Pendekar, ampunilah kita berdua ... janganlah kau suruh Ayah kami Dewa Ndaru membunuh kita ... ketahuilah Tuan Pendekar ... kemarin sore kita memang berbuat salah pada adik Tuan pendekar yang bernama Bojapradata itu, dan sekarang ini kita benar-benar sangat menyesal," ucap Rajasa nampak memulai acara melobinya."Dan tadi itu sebenarnya kita sudah bermaksud mau minta maaf Tuan Pendekar, akan tetapi sayangnya adik Tuan pendekar tidak ada," ucap Rangsang, dan rupanya mereka berdua belum tahu dengan siapa saat ini mereka
"Sebenarnya dia itu sejenis kita bangsa jin kita atau murni bangsa manusia? Dan sebenarnya apakah yang diperjuangkannya itu? Kok bisa-bisanya membunuh Luhjingga tapi tidak dengan Dewa Ndaru? Padahal mereka berdua itu adalah sepasang pendekar yang sama-sama penganut aliran ilmu hitam? Siapa sebenarnya pemuda itu paduka Raja iblis?" tutur Demit Begog menyampaikan semua uneg-unegnya."Oh, oh, oh ... jadi masalah itu? Hahaha ... hahaha ... hahaha ...!" lagi-lagi Raja iblis melepaskan tawa lebarnya, dan meskipun merasa tidak sabar namun Demit Begog tetap tidak berani berbuat apa-apa selain menahan diri."Dengarlah Begog, pemuda itu bernama Santana, dia itu murni bangsa manusia sebelumnya, dan pengikut aliran ilmu putih, bahkan bukan cuma itu, pemuda itu juga sudah dipersiapkan oleh Sang Hyang Widhi Wasa sebagai calon penegak keadilan pembawa kedamaian bagi kehidupan umat manusia, adapun kondisinya saat ini itu tidak lebih dari cara Yang Widhi Wasa untuk memperlengkap keprib
"Wewe. Wewe adalah memedi yang diperkirakan sebagai istri/pasangan Genderuwa (hantu aja nggak jomblo), orang jawa menggambarkan wewe ini sebagai perempuan tua menakutkan dengan badan kurus dan penuh keriput, dia itu memiliki wajah yang sangat buruk juga seram, buah dada yang menggelambir sampai tanah memedi ini sering membawa kabur anak anak manusia, disembunyikan baik di suatu tempat atau disela-sela buah dadanya, lalu juga ada Kuntilanak atau disebut juga punthianak, adalah memedi perempuan berwajah cantik dengan rambut terurai sampai ke tanah, beda dengan Wewe karena dia tidak punya pasangan, akan tetapi Kuntilanak itu dikatakan tidak mempunyai alat kelamin, dan sebagai gantinya hanya ada lubang menganga yang selalu bergerak ke sekujur tubuh, oleh karena itu mereka kadang juga disebut sebagai sundel bolong yang biasa tertawa melengking, dan yang terakhir adalah ..." sengaja Raja iblis menghentikan ucapannya.Siapa yang terakhir Tuan Raja?" tanya Demit Begog terlihat begitu
"Bagus kalau kalian berdua telah masuk ke alam gaib, kita para dedemit tidak perlu lagi repot-repot datang ke alam nyatamu," ujar Demit Begog memulai pembicaraannya dan kemudian langsung disahut oleh demit yang lain."Heh Dewa Ndaru! Aku tidak senang ada pendatang baru yang berani berbuat onar di sini, kenapa kau terlihat malah bersahabat dengannya?" tanya Demit Bulgur pada Dewa Ndaru yang memang sebenarnya mereka memang sudah saling mengenal."Aku rasa aku tidak perlu lagi repot-repot menjawabnya Bulgur, sebab itu semua sudah dijelaskan oleh Pemimpinmu Demit Begog," jawab Dewa Ndaru yang rupanya sudah mendapatkan bisikan dari Bojapradata, dan itu otomatis membuat para dedemit itupun merasa heran.'Hoh ... rupanya Dewa Ndaru sudah mengetahui dengan apa yang baru saja kami alami,' ucap batin para dedemit itu sambil terbengong-bengong. Dan terbengongnya itu makin bertambah manakala Bojapradata menambahi ucapan Dewa Ndaru tadi."Heh Begog, Bulgur, Baong dan
Hingga pada akhirnya sang ratu pun bisa kembali nurut meskipun itu masih dirasa berat untuk dijalaninya, dan adapun menangisnya kali ini itu disebabkan dengan tampilan Santana yang terlihat mirip dengan mantan suaminya yang hadir dalam mimpinya semalam. Tau kalau sang bunda sedang merasakan kesedihan akhirnya Pangeran Santana pun terpaksa harus turun tangan untuk mengatasinya, yakni dengan menggunakan kesaktiannya membuat sang ibu disaat melihat Adhinata seperti melihat wajah mendiang Ayahandanya yaitu Biswara.Pangeran Santana nampak memeluk sang bunda, lalu tanpa ada yang mengerti bahwa sebenarnya pemuda sakti itu tengah memasukkan ilmu pengaburan mata pada sang bunda, namun begitu dia selesai memasukkan ilmu pengaburan mata itu tiba-tiba dia langsung ditegur oleh roh sang ayah yang meminta supaya mencabut kembali ajiannya itu tadi.'Santana! Apa-apaan kamu ini? Kenapa kau tega mengaburkan penglihatan ibumu?! Bukankah itu tindakan penyesatan karena telah menipu?!' tanya protes dari
Sesaat kemudian nampak Pangeran Santana dan Adhinata saling beradu pandang, kedua orang yang berperan penting dalam penggulingan Raja Arya Dipasena itu sepertinya masih belum mengetahui hal apa yang mesti di lakukan untuk menghadapi putra mendiang Prabu Jayantaka yang tidak lain juga merupakan kakek dari Pangeran Santana sendiri itu."Eh ... begini prajurit, perketat saja dulu penjagaan di tempat Pangeran Cayapata dikurung, saya dan Paman Adhinata juga keluarga yang lain akan berembug guna mencari kesepakatan bagaimana dan cara yang seperti untuk memperlakukan Pangeran Cayapata, kami perlu waktu untuk melakukan itu semua," jawab Pangeran Santana. "Baiklah kalau begitu Pangeran, tapi saya sendiri sekarang jadi takut berjaga di tempat Pangeran Cayapata dikurung," kembali prajurit itu mengungkapkan hal yang sama, dan nampaknya memang dia sudah tidak berani lagi untuk melakukan tugasnya tersebut. Kemudian Pangeran Santana nampak sudah memahami dengan perasaan prajuritnya itu.'Kasian pra
"Mmm ... lupa sih enggak Anakku ... tapi apakah kamu sudah membicarakannya dengan Paman Adhinata?" tanya sang bunda langsung membuat hati Santana girang bukan main. "Iyyah!!! Uhuuy ...!!!" teriak Santana tidak bisa lagi menutupi rasa girangnya itu, kemudian secara spontan tiba-tiba Santana mengangkat tubuh bundanya sambil berteriak "Terimakasih Sang Hyang Widhi Wasa ... engkau benar-benar mengabulkan keinginanku dan juga keinginan seluruh rakyat Karmajaya ...!!" diperlakukan seperti itu Putri Nirmalasari pun terkejut. "Santana ... Santana ...!! Kamu ini apa-apaan to?!" ujar Putri Nirmalasari sambil memukul pundak putranya itu."Maaf Bu .. habisnya Santana seneng banget Ibu setuju dengan rencana perjodohan ini," jawab Pangeran Santana sambil menurunkan ibunya itu dari gendongan."Iya ... tapi tadi kamu belum jawab ..!" sanggah sang bunda. "Eh .. tenang saja Ibu ... mengenai Paman Adhinata itu sudah apa kata saya pokoknya, dijamin beres pokoknya Bu," balas Santana terlihat sangat beg
"Dengarlah Eyang Reksa .. seperti yang sudah aku lakukan pada tubuhmu saat engkau masih menjadi mayat, aku selalu menggunakan mayatmu untuk menjadi sumber kekuatan di Kerajaan Karmajaya ini, bahkan tidak cuma engkau saja, karena selain engkau aku juga menggunakan jasa para dedemit-dedemit itu untuk melakukan hal yang sama sepertimu yaitu membantuku untuk membentengi kekuasaanku agar tetap bisa langgeng selama-lamanya ..." tutur Raja Dipasena seolah sedang menceramahi dua makhluk beda alam itu."Dengarlah Eyang Reksa Jagat .. meskipun engkau tidak menjelaskan kepada ku dengan maksud kebangkitanmu ini namun aku sudah mengerti, dan aku kira semua sudah jelas .. bahwa memang kalian berdua ini masing-masing memang memiliki keinginan yang sama yaitu ingin menjadi pengawal tunggal Kerajaan Karmajaya .. dan aku pun tidak keberatan dengan keinginan kalian berdua," lanjut ceramah sang raja, sungguh rasa percaya diri Raja Dipasena terlalu tinggi sehingga dia tidak menyadari bahwa apa yang ada di
"Hoh .. rupanya orang itu adalah Pak Tua, yah tidak salah lagi, dan ternyata dia sedang menangkap ikan hanya dengan menggunakan tangan kosong, luar biasa sekali orang tua itu, sebaiknya aku akan menyapanya saja," ujar Adhinata sembari berdiri di pinggiran sungai."Hei Pak Tua ... bolehkah aku membantumu ...?!" seru Adhinata."Silahkan saja ...!" balas Kakek Santana. Lalu Adhinata pun segera turun ke sungai yang airnya sangat jernih dan sejuk itu, dan meskipun tidak terlalu dalam hanya seukuran paha namun aliran air sungai itu terbilang cukup deras dikarenakan memang kondisi tempatnya yang sangat miring dan juga curam. Setelah berada di dalam air Adhinata memperhatikan cara Kakek jelmaan Santana itu menangkap ikan."Bagaimana bisa Pak Tua ini menangkap ikan dengan begitu mudah? Hanya dengan menggunakan tangan kosong dia bisa memunguti ikan-ikan itu, dan rupanya dia juga bisa berjalan di atas air, tak sedikitpun ada air yang membasahi kedua kakinya, bahkan terompahnya sekalipun," tak he
"Hoh apa ini?!" teriak Adhinata nampak begitu terkejut merasakan hal itu, lalu dikarenakan suasana yang sudah mulai suram sebab matahari yang memang hampir tenggelam maka Adhinata pun tidak bisa melihat dengan jelas dengan apa yang sedang berada di dalam air itu atau lebih tepatnya sesuatu yang sedang menjilati kakinya, meskipun dengan kondisi air danau yang begitu jernih.Sementara itu seolah tidak puas dengan cuma menjilati kaki lalu kemudian ular anaconda jadi-jadian itu pun tiba-tiba muncul di depan Adhinata."Hoh!! Astaga! Ular ..!!!" Adhinata terkejut dan langsung melompat ke pinggir danau."Hayo ular brengsek! Maju! Jangan kau kira aku akan takut padamu! Akan aku hadapi kau ..!!" dan seolah mengerti dengan tantangan Adhinata ular anaconda jadi-jadian itu juga langsung meluncur ke arah Adhinata yang telah siap untuk menghadapinya.Dengan gerakannya yang begitu cepat ular jadi-jadian itu langsung menggunakan ciri khasnya dalam menyerang yaitu melilit tubuh lawannya dengan menyabe
Sebuah kondisi berbeda dengan yang dirasakan oleh Pangeran Santana, Putra mendiang Biswara yang tengah merasakan bahagia itu terlihat segera ingin memberikan berita bahagia yang baru saja ia dapatkan, maka Pangeran Santana pun segera bergegas mencari Adhinata dengan mendatanginya ke kamar, namun begitu dia melihat kamarnya terbuka dan setelah dilihat-lihat ternyata kosong maka Pangeran Santana pun langsung menuju ke padepokan tempat tinggalnya para murid perguruan, dan betapa kagetnya Santana setelah dari mereka ternyata tidak ada satupun yang mengetahui dengan keberadaan sang gurunya itu."Terus bagaimana ini Gusti Pangeran? Bagaimana dengan nasib kita?" tanya salah satu murid yang bernama Kuda Jeger."Tenanglah dulu Jeger, aku akan segera mencari Guru kalian, aku kira Paman Adhinata belum terlalu jauh meninggalkan tempat ini, kamu dan kalian semua para murid dan para pendekar yang ada tolong kalian tetap menunggu di sini sampai aku berhasil membawa Paman Adhinata kembali," ujar Pang
"Membangkitkan Reksa Jagat?!!" sahut tanya para Dewa sembari memandang Dewa angin dengan melotot, seolah mereka tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya barusan."Yah benar," balas Dewa angin singkat."Tapi apakah itu mungkin? Dan bukankah itu tidak menyalahi kodrat yang Yang Widi Wasa sendiri tentukan? Yaitu adalah tidak mungkin dengan dihidupkannya kembali seseorang yang telah mati untuk kembali ke dunia berjuang untuk menegakkan sebuah keadilan dan menciptakan kedamaian untuk kehidupan umat manusia? Bukankah itu adalah tugas manusia yang masih hidup?" tanya Dewa Api nampak memprotes jawaban dari Dewa Angin."Dengar dulu Dewa Api, tidak mungkin Yang Widi Wasa akan melanggar kodrat yang dia tentukan sendiri, dalam hal ini ... membangkitkan Reksa Jagat bukanlah menjadikannya sebagai layaknya manusia akan tetapi yang di bangunkannya itu adalah jasad dan kekuatannya saja, adapun akal, pikiran, perasaan dan nafsunya tidak lagi," terang Dewa Angin. Namun nampaknya beberapa Dewa bel
Mendengar ucapan Pangeran Santana seperti itu nampak Adhinata tidak bisa menjawab, tatapan matanya menerawang jauh ke arah depan, dan memang dalam pandangannya itu sukma Adhinata tengah melihat seorang wanita yang sangat cantik dan nampak melambai kepadanya, Pangeran Santana yang melihat itu nampak mengangguk-angguk seolah-olah ia sudah tahu dengan apa yang mesti dia lakukan setelah ini.'Paman Adhinata, apa yang kamu lihat Paman? Perempuan?' tanya Santana dan nampak Adhinata mengangguk dengan tidak menoleh pada Santana.'Kalau Paman suka dengan wanita itu .. silahkan Paman hampiri, silahkan Paman ..' lalu benar Adhinata pun segera beranjak menuju ke tempat dimana sesosok wanita cantik itu berdiri, namun setelah berjalan beberapa jengkal tiba-tiba saja Adhinata menghentikan langkahnya karena tanpa dia ketahui bahwa ternyata tepat dihadapannya terdapat sebuah jurang yang cukup dalam, Adhinata nampak kebingungan melihat keadaan itu, dia menoleh ke kanan dan kiri, juga sesekali melihat k