Home / All / Pendekar Lembah Iblis / Bab 7 Bertemu Masalah

Share

Bab 7 Bertemu Masalah

Author: Langit Biru
last update Last Updated: 2021-08-08 08:54:41

Limey menunjuk tangannya, “Belum yakin juga. tapi kita coba ke utara.”

“Apa itu ke arah keluar? Bagaimana kamu tahu utara atau selatan?” tanya Kinan heran.

Limey menghela napas, lalu berkata, “ Kita lihat sarang laba-laba saja.”

“Kenapa dengan sarang laba-laba?”

“Laba-laba suka membuat sarang menghadap selatan. Kita ambil arah sebaliknya.” Terang Limey kemudian.

“Wow, aku baru tahu…” desis Kinan. Keduanya kemudian memandangi sekitar, mencari sarang laba-laba ditengah hutan dan rerumputan tinggi.

Sekitar beberapa menit kemudian, mereka berhasil menemukan seekor laba-laba tengah berdiri dengan gagah ditengah sarang miliknya. Melihat hal tersebut, kemudian Kinan dan Limey mengambil arah sebaliknya dari arah sarang laba-laba itu.

“Kamu yakin memilih utara, ada apa di utara?”

“Aku tidak tahu pasti, tapi kita harus bergegas keluar dari hutan ini kak. Sebelum malam.”

Kinan memegang lengannya, tegang. Tapi dia tetap berjalan. Limey mengeluarkan kembali hpnya dari dalam tasnya, segera melihat sinyal. Hp dalam keadaan tanpa sinyal sama sekali, dan tanpa petunjuk lokasi. Dengan gelisah dimasukkan kembali hpnya ke dalam tas.

Cukup lama juga mereka berjalan, menyusuri hutan yang sedikit terasa mengerikan. Lama-lama Kinan jadi bingung sendiri. hutan apa ini, sedari tadi bahkan Kinan tidak melihat ada orang melintas, kalau ini cagar alam di Pangandaran, pasti akan berpapasan dengan orang atau minimal gubuk penjaga.

Ternyata sudah sejam mereka berjalan, belum ada satu orang pun yang mereka temui. Tepat saat Kinan berpikir begitu, mendadak dari atas pohon terdengar siulan angin, disusul dengan tiga bayangan yang melesat turun. Kinan dan Limey pun menghentikan langkah mereka, menatap dengan mata menyipit pada ke tiga orang bertampang sangar dihadapan mereka. Pakaian tiga orang itu hitam-hitam. Ketiganya menyeringai senang ketika melihat Kinan dan Limey.

“Hehehehe, cewek—cantik-cantik lagi!! Bisa kita jual, atau jadi gundik hehehehe!” ucap mereka sambil terkekeh-kekeh.

Kinan terkejut, langsung dengan sigap tubuhnya merapat ke arah Limey, dan berbisik, “Mei, mereka…”

“Sssst! Orang jahat. Iya sepertinya.”

“Kok bisa? Bagaimana ini?”

Limey memperhatikan ketika orang tersebut, yang tengah mengais-ngais berewok mereka. “Ssst! Kakak bisa ngadepin mereka.” Bisiknya pada Kinan.

“Nggak tahu, mereka kayaknya kuat-kuat.”

“Nggak apa-apa, tahan mereka sebentar. Di tas ada hairspray dan korek, cukup bikin ledakan untuk melarikan diri, yang penting ada kesempatan. Kakak siap?”

Kinan mengangguk.

“Oke, Kita mulai. Satu, dua….TIGA!!” tepat ketika Limey berteriak Tiga, Kinan segera melompat menendang salah satu pria berewok itu.

Tendangan Kinan hanya kena tempat kosong, karena saat itu pria brewok tersebut menangkap kaki Kinan dan menguncinya. Kinan sigap, dengan satu kaki lagi disapunya tubuh ke udara, menghantam iga musuhnya, dan kena dengan telak. Si brewok mundur dua tindak lalu membetulkan letak bajunya yang agak lecet sedikit. Seringai mengembang dari bibirnya yang penuh cambang.

“Wuihhhh, galak juga…jadi makin menarik hehehehe…” serunya sambil tertawa.

Anehnya dua temannya yang lain hanya tertawa-tawa saja melihat semua kejadian tersebut. keduanya seakan tidak tertarik untuk bergerak membantu, hanya memegang ikat pinggang hitamnya sambil terkekeh-kekeh geli.

Kinan segera ambil sikap, menyusun kuda-kuda. Limey memperhatikan ketiga orang tersebut dengan ujung matanya, mengambil sikap waspada. Pikirannya sedang berkejar-kejaran mencari celah dan waktu yang tepat.

“Nah Nona manis, keluarkan semua kemampuanmu…” si brewok kembali bergerak, tampak santai dan menunggu sikap selanjutnya.

Kinan bergerak agak pelan menunggu kesempatan, lalu kemudian memutar kakinya cepat dengan sapuan bergerak menyerang. Si brewok sudah siap, kali ini menghindar dengan pintar, malah dengan tangannya dia memukul kaki Kinan. Kinan terdorong ke belakang dan terjengkang. Kakinya seperti patah, seakan Kinan dihantam pemukul bisbol.

“Jangan sampai luka, nanti susah jualnya!!” salah satu teman si brewok berteriak spontan ketika melihat Kinan sudah terjengkang.

“Tenang…hanya diberi sedikit Imdok. Tidak akan parah, paling patah!” seru si brewok sambil mengais-ngais jambangnya.

Imdok? Limey agak kaget mendengar ucapan dari si brewok. Segera dia menatap ke arah Kinan yang sudah mengaduh-aduh sambil mengepit kakinya dengan tangan. Keadaan Kinan tidak begitu baik, Limey jadi agak cemas. Lalu kemudian tangannya terulur mencari sesuatu di dalam tasnya. Tangannya sudah berhasil menggenggam hair spray di dalam tas.

Si brewok tertawa-tawa, dan kemudian berjalan mendekat ke arah Kinan yang sedang berusaha berdiri sambil memegangi kakinya yang serasa patah—dan mungkin memang patah.

Si brewok mendekat perlahan-lahan, dan Limey tidak menyia-nyiakan kesempatan, dia berlari melesat mendekati Kinan dan menghadang tepat di depan brewok, mengeluarkan hair spray dan segera menyemprotnya di arah si brewok. Si brewok terkejut, kaget dan segera menghindar. Matanya jadi terasa pedih. teman-teman brewok memperhatikan sambil terheran-heran.

“Kak, bangun!!” Limey berteriak, dan Kinan berusaha dengan tertatih berdiri. Lalu Limey mengeluarkan korek api gas dari tasnya dan segera menyemburkan hair spray hingga menyulut api menjadi besar. Si brewok kaget, segera menjauhi Limey beberapa tindak.

Dengan tidak menyia-nyiakan kesempatan Limey segera membuat ledakan kecil dari hair spray yang disulut api sambil berteriak memanggil nama Kinan. Mendengar aba-aba tersebut, Kinan segera meloncat dan berusaha berlari ke arah berlawanan. Mereka berdua berlari secepat mungkin, menjauhi para penjahat tersebut. Tapi malangnya, salah seorang dari para penjegal justru melompat ke atas pohon dengan ringannya mengejar kedua gadis tersebut. Kini kejar-kejaran pun terjadi.

Sayangnya, kemampuan berlari Kinan terhambat karena kakinya. Kaki yang nyeri tersebut membuatnya terjatuh karena tidak kuat.

“Kak!!!” Limey menjerit, langkahnya terhenti, ingin segera membantu Kinan bangun, tapi musuh sudah mengejar dengan cepat. Sekali melenting musuh sudah tepat berdiri di depan mereka. Kini wajah Kinan dan Limey pucat, tapi Kinan tidak mau menyerah, segera berusaha berdiri dan mendorong Limey agar berdiri di belakangnya.

“Cepat lari!!” seru Kinan pada Limey yang berada di balik punggungnya.

“Ninggalin kakak? Nggak mau!”

“Lari! Kalau di sini kita berdua bisa ketangkap!” Kinan masih berkata dengan kesal.

“Kakak gimana?!!” seru Limey panik.

“Percaya aja!” kini Kinan memasang kuda-kuda lagi dengan serius, walau kakinya sudah setengah pincang. Bila dia harus mati hari ini, setidaknya Kinan sudah melakukan perlawanan.

Seumur hidup baru kali ini Kinan serius menghadapi seseorang, dan dengan seluruh kemampuannya, karena Kinan tahu, kali ini yang dihadapinya adalah orang jahat yang bisa menghantam dengan sentuhan bagai dihantam batu raksasa. Semua kemampuan yang dipunyanya dia keluarkan, Aikido, karate dan taekwondo.

Kinan menyerang, dengan kaki siap menedang. Ternyata musuh dengan enteng mengelak, bahkan kemudian memukul balik kaki Kinan dengan tangan. Kinan buru-buru menarik kakinya, lalu mendekati orang tersebut dan langsung menyarangkan pukulan. Sekali lagi orang tersebut berkelit, dan dengan segera mengincar perut Kinan yang terbuka. Mendapat serangan mendadak begitu, Kinan menggunakan kedua tangannya menangkis tendangan yang masuk, dan menggunakan kaki lawan yang terkunci untuk mendorongnya jatuh, sayangnya lawannya dengan ringan melentingkan tubuhnya, menggunakan hentakan Kinan sebagai tenaga tambahan untuk meloncat. Dalam hitungan menit saja, Kinan sudah kewalahan. Serangan lawan tidak terduga, dan kelincahan tubuhnya pun luar biasa.

Related chapters

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 8 Bertemu Penolong

    Kinan merasa, kekuatannya tidak sanggup menyarangkan pukulan pada laki-laki berewok tersebut. Dan, tendangan terakhir dari laki-laki itu telak menghantam iga kiri Kinan, kontan tubuh Kinan terbanting ke samping sambil meringkuk kesakitan. Pukulan bagai beton raksasa tersebut memaksa Kinan terbaring dan melenguh kesakitan tanpa bisa kembali berdiri dengan benar.“Kak!!” Limey berlari memburu Kinan, memeriksa keadaan Kinan. Cidera dalam, agak memar, tapi tidak sampai pendarahan dalam.Berpikir….berpikir…segera berpikir! Limey memacu kerja otaknya, memikirkan cara agar lolos dari mulut buaya. Tapi, dengan keadaan Kinan yang terbaring tidak berdaya di tanah, Limey sudah tidak tahu lagi mesti bagaimana. Kini si brewok tersebut menghampiri Kinan yang masih meringkuk dan berusaha berdiri, tapi dengan kejam laki-laki itu menendang Kinan hingga jatuh tersungkur dan pingsan. Limey ingin menjerit, tapi matanya awas melihat 2 o

    Last Updated : 2021-08-08
  • Pendekar Lembah Iblis   BAB 9 Transaksi Menguntungkan

    “Hei—di dunia ini tidak ada yang gratis, Nona… lima ribu ditambah dua ribu, jadi tujuh ribu Zeni. Aku ingin uang kontan! Bagaimana?” jawab Amon masih tidak bergerak di tempat. Limey tidak sanggup lagi menahan Kinan yang terlihat kepayahan dengan napas menderu, Limey mengangguk, “Baik, aku bayar. Tapi tolong kakakku….” “Nah, begitu!!” seru Amon berseri yang langsung memegang tubuh Kinan yang hampir ambruk karena tidak kuat berdiri. “Dudukkan dia!” ucap Amon yang segera dipatuhi Limey. Kinan di dudukkan dan disandarkan pada sebatang pohon. Amon memeriksa luka Kinan dan terutama kakinya yang bengkak, biru dan patah. Beberapa saat kemudian meraba kaki Kinan dan menariknya sehingga Kinan menjerit. Terdengar bunyi krak! Amon mengangguk. “Tulangnya sudah tersambung lagi. tinggal pendarahan dalam saja. Dengan obat, memarnya akan hilang beberapa hari. Tapi….” Amon memeriksa nadi

    Last Updated : 2021-09-24
  • Pendekar Lembah Iblis   BAB 10 Hubungan Tuan dan Pelayan

    Limey tersenyum, “Saya tahu, maka itu saya akan membayarnya dengan sesuatu yang jauh lebih menguntungkan buat anda?” tawar gadis bermata biru itu. Amon tersenyum, agak mengejek, “Apa? kamu akan membayar dengan tubuhmu?” tanya Amon setengah mengejek. “Kau!!” Kinan hampir berdiri, tapi Limey yang ada di dekatnya mencegah dengan gerakan tangannya. “Jangan halangi aku Mei, dia sudah bicara kurang ajar sama kamu!!” “KAK!” mendadak Limey menyebut kata kakak yang membuat gerakan Kinan lagi-lagi terkunci. “tapi Mei….” Limey mengeleng, “Tenang…..” ucapnya perlahan. Amon memperhatian hal tersebut, tersenyum. Hebat juga, pikir Amon. Ketenangan Limey ketika diejek tidak menghilangkan kewarasan otaknya. Amon semakin tertarik dengan kedua bersaudari tersebut. “Memangnya kau mau membayarku dengan apa?” tanya Amon lagi dengan angkuh.

    Last Updated : 2021-09-24
  • Pendekar Lembah Iblis   BAB 11 Hari Yang Panjang

    “Salah satu pulau di wilayah sini.” Jawab Kinan segera. Mendadak Amon menghentikan lagi langkahnya, dan kemudian memutar tubuhnya kembali menghadap ke arah dua saudara tersebut, matanya menyipit tidak suka. “Kamu anggap aku bodoh ya? Mau coba-coba berbohong padaku!” Amon mendelik, “sekedar pemberitahuan, itu—“ tunjuk Amon pada mata Limey, Limey mengerutkan keningnya, bingung. “Memangnya ada manusia yang punya mata berwarna seperti itu? Apa kalian monster, atau jangan-jangan penghuni hutan ini?” Kinan tidak suka sebutan terakhir yang diucapkan Amon, dia merasa sebutan itu seakan mengejek tentang Limey. Limey menghela napas, “Apa benar tidak pernah ada orang yang bermata sepertiku?” tanyanya dengan heran. “Begitulah…” Limey melirik ke arah Kinan sekilas, lalu tersenyum simpul, “Mungkin tuan benar, saya adalah siluman yang tersesat di hutan ini.” &n

    Last Updated : 2021-09-24
  • Pendekar Lembah Iblis   BAB 12 Sang Pembunuh Bayaran

    “Itu masalahnya…” Limey menghela napas, “Karena itu, kita tidak bisa pulang, kak.” Kinan sekali lagi mengacak rambutnya, “AAARG, tahu begitu tadi harusnya aku ambil lagi kuncinya!!!” Limey tersenyum, merasa geli melihat gaya kesal Kinan. “Tapi itu nggak mungkin kak. Mana kita sempat kepikiran akan seperti ini jadinya. Aku malah sempat berpikir akan mati kebakar.” “Sialan! Kalau saja enggak ada kebakaran itu?! kalau aja nggak ada ledakan brengsek itu, kita pasti udah senang-senang!!!” Kinan segera bangkit, mengepal tangannya dengan emosi. Mendadak pintu menjeblak terbuka. Amon masuk dengan tampang senang. “Kita ada kerjaan!” seru Amon. “Kerjaan?” Limey bertanya heran. “Ya, kerjaan, dan latihan buatmu bocah!” “Jangan panggil aku bocah!!” Amon mendekat ke arah Kinan, lalu mengacak-a

    Last Updated : 2021-09-24
  • Pendekar Lembah Iblis   BAB 13 Seni Tenaga Dalam Bernama Imdok

    “Kenapa Tuan mengajarkan ilmu berbahaya itu?” Amon berdiri, “Dengar L, Dengan kemampuan kakakmu, butuh setengah tahun hanya untuk menguasai imdok level pertama. Kita tidak punya waktu untuk menunggu selama itu, kita akan berburu uang.” “Tuan tidak perlu menyuruhnya untuk ikut kan?” Amon tersenyum, “Salah..ini akan jadi latihan yang baik untuk bocah itu!” Limey hendak berbicara lagi, tapi tangan Amon sudah mengulur mencegah, “dengar L, aku masih ingat perjanjian kita. aku akan menjadikan bocah itu muridku, seperti yang kamu minta. Aku gurunya, aku tahu yang terbaik!” lalu Amon segera mengambil pedang buntungnya, memandang ke arah Limey yang masih memandangnya dengan mata seperti memohon. Pemuda itu mendesah, rasanya semakin merepotkan membawa perempuan dalam hidupnya. Lalu, dengan bersikap cuek, Amon pun pergi keluar. Di depan pintu Amon bertemu Kinan yang baru selesai mandi dan hendak naik ke atas, tangan Amon langsung meraih lengan Kinan. Kin

    Last Updated : 2021-09-24
  • Pendekar Lembah Iblis   BAB 14 Senyo Gelap

    Kinan menatap Amon dengan pandangan bingung. Kenapa tiba-tiba sang guru meminta dia mengulurkan tangan. Namun, dengan sikap tanpa curiga, gadis itu mengulurkan tangan kanannya. Amon meminta satu tangan lagi, “Yang kiri juga!” Kinan memberikan tangan kirinya, kini kedua tangan Kinan berada dalam kekuasaan Amon. Amon mencari sesuatu di titik nadi Kinan, lalu kemudian menekannya. Tangan Amon bersinar dan mendadak Kinan merasa seperti ada gelombang besar yang mengalir dengan cepat di perutnya, melingkar-lingkar dan terasa panas. Lalu, Kinan merasa sesuatu setajam pisau menghujam dadanya hingga membuat gadis itu menjerit. “Sakitttt!!!!” teriak gadis itu. Alih-alih mendengar, Amon tetap memusatkan tenaganya pada kedua tangan Kinan. Kinan merasakan kejang, dan dia tidak bisa mengendalikan diri. Seolah-olah tubuhnya dipenuhi gelombang kejut yang menyerang berkali-kali. Tubuh gadis itu tersentak sentak dengan hebat. Amon tidak melepaskan genggam

    Last Updated : 2021-09-26
  • Pendekar Lembah Iblis   BAB 15 Tuan Buta

    Sesaat suasana terasa sunyi. Kinan hanya dapat mendengar desah napasnya sendiri. tapi mendadak sebuah benda terbang dengan kecepatan tinggi, menyisakan siulan panjang yang menakutkan. Amon segera menyambar tubuh Kinan dan meloncat menjauhi pohon tempat mereka bernaung. Sekarang keduanya sudah berdiri menjejak tanah. Kinan segera menengadahkan kepalanya dengan cepat. Tampak olehnya, benda hitam panjang tertancap di dahan pohon tempatnya berdiri. Posisinya tepat di kepala. “Ternyata ada tikus-tikus lain. Ada dua….” Suara laki-laki memegang tongkat itu menyeringai, “Apa kalian begitu ingin menangkapku?” Amon memandang laki-laki di depannya. Pakaiannya compang camping, rambutnya awut-awutan. Cara berdirinya agak ngawur. lelaki itu memegang tongkat, terlihat menggerakkan tongkatnya. Kinan pun merasa ganjil, dan kemudian merasa bahwa laki-laki dihadapannya itu buta. “Apa kamu Senyo gelap?” Amon bertanya dengan sika

    Last Updated : 2021-09-26

Latest chapter

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 106 Aku Miliknya

    LukaDua tahun yang laluAmon terbangun dalam kondisi tubuh terluka. Bebat di sekujur dada tampak memerah oleh lumuran darah yang masih merembes dari bakal luka. Lelaki itu melihat ke kiri dan ke kanan, sunyi. Sebuah ruangan yang terbuat dari gubuk dengan tempat tidur dari dipan dilapis kain lapisan jerami. Di samping tempat tidurnya ada jendela yang separuh terbuka, menampakkan latar belakang pemandangan sebuah hutan yang terlihat sedikit jauh. Lalu mendadak pintu di sampingnya terbuka. Kinan datang membawa nampan dan menahannya dengan sisi tangan ketika tangan lainnya membuka engsel pintu.Kinan terperangah menemukan gurunya duduk sambil menatap ke arah jendela luar yang setengah terbuka.“Guru! Padahal jendela sudah sengaja aku tutup agar tidak masuk angin yang terlalu kuat!” Kinan buru-buru meletakkan nampan di meja lantas dia berjalan memutar menutup jendela.Amo

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 105 Pertemuan Tak Terduga

    Limey menjadi kelimpungan dan gelagapan. Dia tidak menyangka bahwa akan ada yang bertanya tentang Sion, rasa malunya langsung merebak tidak terkendali. Semua yang terjadi barusan seolah terpapar di depan mata, membuat Limey menelan ludah.Dengan gugup gadis itu mencoba mencari alasan, “Ah, dia tadi pergi ke hutan untuk mencari binatang buruan…” jawab Limey sekenanya.“Ah, omong-omong tentang binatang buruang, aku juga sudah lapar,” Bixi langsung memukul perutnya dan sadar bahwa dia belum makan dari tadi.“Bagaimana kalau aku pergi berburu kak!” tawar Gillian.“menarik, aku juga ikut, sudah lama aku tidak berburu, kita cari rusa yang besar dan kita panggang dagingnya. Aku jadi ingat makanan yang kau berikan padaku sebelum ini.”“Ayo kalau begitu!” Gilian langsung mengangguk, kedua lelaki itu segera turun menggunakan ilmu meringankan diri. Terdengar gelak tawa dari keduanya, terpantul

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 104 Yang Terluka

    Setelah Siulan keras, sebuah suara menyentak memanggil nama Limey.“Mey!!”Mendengar namanya dipanggil, gadis itu memutar arah pandanganya ke asal suara. Dari arah utara, tidak terlalu jauh, dua orang lelaki tengah berjalan ke arahnya. Lelaki yang satu tengah menggendong seseorang di bahu, dan lelaki yang satu lagi dengan tidak sabar melentingkan tubuh untuk berlari secepatnya mendekati Limey.“mey!” panggilnya lagi setelah sampai dihadapan Limey.“Gillian?” Limey membelalakkan matanya ketika melihat Gillian datang.“Aku membawa seseorang untuk kau tolong, dia adik kelimaku!” seru Gillian sambil menunjuk ke arah Bixi yang datang. Bixi pun kemudian melompat dengan sangat cepat, sehingga Limey seolah melihat Bixi berjalan layaknya hantu.Bixi sampai di depan Limey dan kemudian membungkuk untuk meletakkan Amon yang berada di dalam panggulannya.“Dia butuh perawatan. Dan aku rasa kau o

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 103 Racun yang keluar

    Wajah Sion tampak mulai memerah, tubuhnya bergetar. Tampak uap-uap berwarna merah menguar dari sekujur tubuhnya. Sesuatu seolah menggeliat di dalam perutnya, memusar, berputar dan menyebar di dalam tubuh.Sion tahu sensasi apa itu. Itu adalah pembukaan level imdok. Biasanya, ketika seseorang telah mencapai batas imdoknya, tubuh akan membuka kunci imdok pada level selanjutnya. Selama ini Sion tidak pernah bisa naik level dari enam ke tujuh, seberat apapun dia berusaha. Level imdok hanya sampai pintu gerbang, dan Sion selalu tidak memiliki kunci untuk membuka pintu Imdok.beberapa kali lelaki itu mencoba membuka paksa Imdok level tujuh, namun berbeda dengan pembukaan paksa level imdok pertama dan kedua, imdok tingkat tinggi tidak bisa dipaksakan. gelombangnya amat dasyat, dan bisa saja menghancurkan orang yang mencoba paksa. aliran tenaga dalam pasti akan berbalik, lalu menghujam seluruh aliran darah sebelum meledak.Sion tidak pernah melihat orang yang meledak ka

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 103 penyatuan

    Sekarang Limey menatap ke arah Sion, lalu dia bertanya, “Sion, menurutmu aneh tidak warna mataku?”Sion memperhatikan, “Kenapa? Matamu sangat indah menurutku, seperti warna langit.”Limey langsung menepuk dahinya sendiri. Sion selama ini buta, dia tidak pernah melihat warna mata orang lain, jadi baginya warna mata Limey itu biasa saja.“Kau pernah tidak bertemu orang yang bermata sama denganku?”Sion tercenung, lantas menggeleng, “Memang selama ini tidak ada yang memiliki warna mata sepertimu, tapi kurasa karena aku belum pernah bertemu dengan orang-orang yang bermata seperti itu.” jelas Sion.Limey menghela napas, “Kau tahu, di tempatku warna mata ini hanya salah satu warna mata lain. Ada yang memiliki mata berwarna hijau, cokelat, hitam seperti mata kalian semua.”“Oh…” Sion menanggapi dengan tenang, tidak

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 102 Ayo Kita Menikah

    Kedua orang saudara seperguruan itu berlari, sebelum mengambil jeda untuk melompat. Tangan keduanya dihantamkan ke depan. Amon dengan pedang buntungnya, dan Gillian dengan tapak dewanya. Warna pedang Amon berpendar, warna tangan Gillian berubah biru. Mereka akan saling hantam, dan kemungkinan keduanya akan terluka parah.Dalam pandangan Amon, Gillian serupa monster yang tengah mengulurkan cakarnya ke arah Amon, hingga pemuda itu bersiap menyalurkan imdoknya pada pedang untuk saling berbenturan, dan kalau berhasil membelah sang monster.Bixi membuka mata, melihat semua yang terjadi, lantas dia bergerak, tubuhnya diangkat terbang seringan bulu. Penyatuan kepribadian Bixi kecil dan dirinya membuat Bixi akhirnya benar-benar menguasai jurus bidadari. Dengan lesatan luar biasa, dia berada di tengah keduanya yang siap beradu tenaga dalam. Bixi mengulurkan tangannya untuk menghantam sisi samping Gillian dan Amon secara bersama-sama.Amon dan

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 101 Menyatukan Kesadaran

    Bixi melompat ke luar dan berlari dari gerbang Air. Percuma bertahan disana, selama Bixi dewasa tertidur, Bixi kecil hanya bisa berusaha agar tubuh milik mereka bersama tidak sampai terluka. Aduh! Bixi kecil mengeluh, karena kesadaran dirinya yang lain masih tertidur, padahal dia tahu untuk mengatasi pertarungan tingkat tinggi, dia membutuhkan Bixi dewasa mengambil alih kesadaran. Tampaknya obat yang masuk ke dalam tubuh Bixi telah berhasil menidurkan Bixi, namun membangunkan Bixi yang lain.Di lain Sisi, Amon dalam kondisi kemarahan yang aneh mengejar Bixi. Tangannya memegang pedang buntung miliknya. Benda yang seperti pedang berkarat itu memiliki daya hancur luar biasa bila dipadukan dengan penggunaan imdok. Amon pun keluar dari pintu labirin dan mengejar sampai depan gerbang. Matanya seolah bersinar dan ada api di dalamya.Sebenarnya, Racun halusinogen dari serbuk-serbuk mawar sudah terhisap dan mengubah kesadaran Amon. Apa yang amon liha

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 100 Menawarkan Racun

    Sion terperangah, dia memperhatikan wajah Limey baik-baik, kebingungan. “Kau bilang apa?”Limey mengulang ucapannya, “Aku akan menjadi penawarmu.” jawab Limey.Sion menunduk, mengepalkan genggamannya, buku-buku jarinya menengang. Lalu dengan setengah bergetar lelaki itu berkata, “Kau tahu apa yang kau katakan? Kau tahu efek dari yang kau katakan dari Mey?”Limey mengangguk. Sebenarnya tangan gadis itu sudah gemetaran, ketakutan melanda hatinya seperti badai, tapi dia mencoba tegar dan menyembunyikan perasaannya yang kacau. Namun seolah paham, Sion langsung mengambil tangan gadis itu, dan merasakan getaran pada tangan itu, “Lihat!” seru Sion, “Kau gemetar….”Limey buru-buru menarik tangannya kembali, lalu berkata cepat-cepat, “Aku bukan gemetar karena takut padamu….aku hanya tidak pernah melakukannya…”

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 99 Pengorbanan

    Limey menghela napas, “Seperti yang tadi aku bilang. Bila kau yang terkena racun,maka yang harus meminum penawar ini adalah pihak perempuan, lalu kalian harus bercinta untuk memindahkan penawar itu ditubuhmu dan memusnahkannya.” wajah Limey sampai memerah ketika menjelaskan hal tersebut.Sion merasa kakinya mendadak lemas, dia langsung menjatuhkan diri pada salah satu kursi bambu ditempat itu. Wajahnya menjadi memerah karena malu mendengar penuturan Limey.“Kalau begitu berarti aku akan mati.” desis Sion dengan lemah.“Tidak, enggak bisa begitu! Aku akan membuatkan lagi pil dewa secepatnya, lalu kita akan cari lagi cara lain! Jangan putus asa!” seru LImey yang langsung mendekat ke arah Sion, berlutut di sisi lelaki itu sambil memegang lutut Sion.Sion menggeleng, “percuma Mey. Sudahlah, lupakan saja. Itu adalah obat terjahat yang pernah aku dengar….&rd

DMCA.com Protection Status