Limey tersenyum, “Saya tahu, maka itu saya akan membayarnya dengan sesuatu yang jauh lebih menguntungkan buat anda?” tawar gadis bermata biru itu.
Amon tersenyum, agak mengejek, “Apa? kamu akan membayar dengan tubuhmu?” tanya Amon setengah mengejek.
“Kau!!” Kinan hampir berdiri, tapi Limey yang ada di dekatnya mencegah dengan gerakan tangannya. “Jangan halangi aku Mei, dia sudah bicara kurang ajar sama kamu!!”
“KAK!” mendadak Limey menyebut kata kakak yang membuat gerakan Kinan lagi-lagi terkunci.
“tapi Mei….”
Limey mengeleng, “Tenang…..” ucapnya perlahan.
Amon memperhatian hal tersebut, tersenyum. Hebat juga, pikir Amon. Ketenangan Limey ketika diejek tidak menghilangkan kewarasan otaknya. Amon semakin tertarik dengan kedua bersaudari tersebut.
“Memangnya kau mau membayarku dengan apa?” tanya Amon lagi dengan angkuh.
“Dengan diri saya. Tapi bukan tubuh. Saya akan memberikan tenaga dan pikiran saya pada pada anda. Dengan kata lain, saya menjadi pelayan anda.”
Amon tersentak, lalu memandangi Limey seolah-olah perempuan dihadapannya tengah memuntahkan darah berwarna biru. Suasana hening sejenak, lalu kemudian Amon tertawa. Tertawa dengan begitu keras hingga burung-burung yang ada disekeliling mereka terganggu dengan cara tawa Amon.
“Pelayan katamu? Memangnya kamu bisa apa?” tanyanya di sela-sela tawa dan terlihat lelah karena tertawa cukup lama.
“Saya cukup punya kepercayaan diri untuk memberikan kecerdasan dan keahlian saya untuk melayani anda. Sebagai ganti atas pengawalan anda kepada kami keluar dari hutan ini dan menjadikan kakak saya sebagai murid anda. Saya rasa tidak ada penawaran yang lebih baik dari ini.” terang Limey penuh kepercayaan diri.
“Percaya diri sekali, memangnya kamu sangat hebat sampai bisa punya kepercayaan diri seperti itu?”
“Saya mempercayai diri saya dan kemampuan saya. Saya tidak akan melakukan penawaran sebaik ini pada siapa pun.” Ucap Limey dengan tegas dan penuh percaya diri.
Amon terperangah, tidak disangka gadis kecil dihadapannya berani melakukan tawar menawar padanya. Dipandanginya Limey dan Kinan bergantian. Menarik…pikir pemuda itu.
Baru kali ini Amon bertemu gadis penuh percaya diri seperti Limey. Baru kali ini dia melihat keberanian dan kenekatan pada sorot mata Limey yang berwarna biru.
“Hahahahaha, menarik!” suara tawa Amon bergetar di udara, dia merasa geli sendiri oleh kekagumannya. Amon telah terpikat oleh kecerdasan perempuan kecil dihadapannya. “Baiklah bocah, sesuai keinginanmu, aku setuju. Lagipula aku tidak pernah punya pelayan, sepertinyaitu akan sangat menarik sekali. Aku akan mengawal kalian keluar dan mengajari bocah yang satu lagi beladiri.”
“Baik, kita sepakat kalau begitu…..” tambah Limey.
“Sepakat, dan mulai sekarang, kau harus memanggilku tuan.” Ucap Amon.
“Limey!!!” Kinan hampir protes.
“Ada apa bocah, kamu keberatan? Tapi perjanjian sudah dibuat, dan mulai sekarang kamu harus memanggilku guru, bocah. Karena mulai sekarang aku akan mengajarimu ilmu bela diri, mengerti!!” Amon mendelik ke arah Kinan.
“Siapa sudi jadi muridmu kalau harus menjadikan adikku pelayanmu!!” sentak Kinan marah.
“Hahahaha! Tidak apa-apa kau tidak mau belajar silat dariku, tapi tetap saja adikmu jadi pelayanku. Tidak terlalu berpengaruh padaku kok…..”
“Kau!!” tubuh Kinan bergetar karena marah, tapi mendadak Limey membelai tangan Kinan sambil menggeleng lembut.
“Kak, tenanglah…….”
“Tapi…..”
“Maaf tuan, bolehkan saya berbicara berdua saja dengan kakak saya?” Limey segera meminta ijin pada Amon.
“Terserah saja……” Amon segera memutar tubuhnya dan mendadak dia melenting menjauh. Kini tinggal Kinan dan Limey yang duduk berduaan di tengah naungan sebatang pohon. Angin berhembus semilir, menerbangkan rambut Limey yang panjang.
“Kak….mengertilah….” ucap Limey setelah Amon pergi.
“Apanya yang harus dimengerti. Bagaimana mungkin kamu merendahkan diri dihadapan cowok aneh yang gila uang itu!!” seru Kinan emosi.
“Kak, tolong pahami. Setelah situasi tadi kita tidak bisa di sini terus berkeliaran. Kita sekarang ada di dunia lain yang tidak kita mengerti. Ini bukan dunia kita. Entah bagaimana, tapi sepertinya kunci tersebut membukakan pintu untuk ke dunia lain.”
“Hah? Maksudmu kita terlempar ke ‘dunia lain’”
“Mungkin itu nama yang pas. Tapi, di mana pun kita terlempar, ini bukan dunia yang ‘aman’. Sebelum kita tahu di mana ini paling tidak kita harus punya informasi yang tepat. Amon adalah sumberi informasi yang tepat. Aku memintanya menjadi guru kakak agar kita punya waktu untuk mengorek informasi, juga pelindung bagi kita yang tidak mengerti apa-apa. kakak mengerti kan?”
“Tapi, kenapa kamu harus jadi pelayan. Kalau itu biar aku saja….”
Limey menggeleng, “Nggak kak. Aku punya kesabaran lebih besar dalam menghadapi laki-laki itu, sedang kakak enggak. Lagipula kalau kakak belajar ilmu beladiri padanya suatu saat nanti kalau terjadi apa-apa, aku bisa mengandalkan kakak.”
“Limey!” Kinan segera memeluk Limey, adiknya, “Padahal aku ingin menjagamu. Tapi kenapa jadi begini…..”
“Nggak apa-apa. yang penting kita bisa selamat. Walau harus pakai cara licik sekalipun, aku ingin memastikan bahwa kita selamat.” Limey menatap kakaknya. Kinan hanya diam. Sorot mata Limey begitu kuat, di dalamnya ada tekat yang kuat.
***
Kinan benar-benar menjadi ‘agak’ patuh. Setelah Amon kembali. Dia segera menunduk meminta maaf, setelah itu memanggilnya dengan sebutan ‘guru’ yang sampai membuat Kinan harus menahan buncahan kemarahan di dalam kepalanya. Apalagi ketika Amon secara semena-mena menetapkan bahwa Limey harus memanggilnya tuan.
Setelah luka Kinan agak membaik—Amon tidak bersedia menunggu hingga membaik benar—mereka kini melanjutkan perjalanan.
“Ini adalah hutan setan. Termasuk hutan yang angker. kalau tidak hapal jalan di sini, kita bisa tersesat. Persis seperti disembunyikan setan kan?” Amon tampak bersikap hendak menakut-nakuti, tapi ditanggapi dengan dingin oleh ke dua adik kakak tersebut, Amon memalingkan muka agak jengkel.
“Setelah keluar dari hutan ini, kita akan tiba di mana tuan?”
“Desa para penjiarah. Namanya memang aneh, tapi itu termasuk desa yang ramai. Kalau kita terus ke arah selatan desa, kita bisa masuk ke gerbang batu. Perbatasan kota pelabuhan. Tentu saja tempat itu terkenal karena di sana adalah surga para pedagang. Makanannya enak, banyak barang-barang bagus dan segalanya. Tapi tampaknya kita tidak akan bisa cepat tiba di desa, butuh waktu dua hari penuh dengan jalan seperti ini untuk keluar dari hutan.”
Kinan merasa agak kesal, merasa seakan kata-kata itu menyindirnya.
“Kamu punya sesuatu yang menarik di balik tasmu itu?” Amon menunjuk pada tas milik Limey. Limey melihat ke arah tasnya.
“Hanya makanan kecil, dan beberapa perlengkapan.”
Mendadak Amon terhenti, lalu kemudian memandang ke arah Limey dan Kinan bergantian.
“Ada apa tuan?” tanya Limey heran.
“Kalian ini sebenarnya berasal dari mana?” tanya Amon kemudian.
“Itu….”
“Jangan membodohiku. ingat, kau siapa sekarang. PE-LA-YAN-KU!” Amon mengucapkan kata pelayan dengan persatu suku kata untuk menegaskan posisi Limey. Kinan yang melihat tampak mengepalkan tangannya dengan emosi yang seperti menggelegak di kepala.
Limey diam, matanya melirik ke arah Kinan yang berjalan di sisinya. Kinan mengangkat bahu, menyerahkan semua keputusan pada Limey.
“Kami berasal dari sebuah pulau...” ucap Limey.
“Pulau? Pulau mana?”
novel akan diposting setiap JUmat dan MInggu, pantengin terus ya
“Salah satu pulau di wilayah sini.” Jawab Kinan segera. Mendadak Amon menghentikan lagi langkahnya, dan kemudian memutar tubuhnya kembali menghadap ke arah dua saudara tersebut, matanya menyipit tidak suka. “Kamu anggap aku bodoh ya? Mau coba-coba berbohong padaku!” Amon mendelik, “sekedar pemberitahuan, itu—“ tunjuk Amon pada mata Limey, Limey mengerutkan keningnya, bingung. “Memangnya ada manusia yang punya mata berwarna seperti itu? Apa kalian monster, atau jangan-jangan penghuni hutan ini?” Kinan tidak suka sebutan terakhir yang diucapkan Amon, dia merasa sebutan itu seakan mengejek tentang Limey. Limey menghela napas, “Apa benar tidak pernah ada orang yang bermata sepertiku?” tanyanya dengan heran. “Begitulah…” Limey melirik ke arah Kinan sekilas, lalu tersenyum simpul, “Mungkin tuan benar, saya adalah siluman yang tersesat di hutan ini.” &n
“Itu masalahnya…” Limey menghela napas, “Karena itu, kita tidak bisa pulang, kak.” Kinan sekali lagi mengacak rambutnya, “AAARG, tahu begitu tadi harusnya aku ambil lagi kuncinya!!!” Limey tersenyum, merasa geli melihat gaya kesal Kinan. “Tapi itu nggak mungkin kak. Mana kita sempat kepikiran akan seperti ini jadinya. Aku malah sempat berpikir akan mati kebakar.” “Sialan! Kalau saja enggak ada kebakaran itu?! kalau aja nggak ada ledakan brengsek itu, kita pasti udah senang-senang!!!” Kinan segera bangkit, mengepal tangannya dengan emosi. Mendadak pintu menjeblak terbuka. Amon masuk dengan tampang senang. “Kita ada kerjaan!” seru Amon. “Kerjaan?” Limey bertanya heran. “Ya, kerjaan, dan latihan buatmu bocah!” “Jangan panggil aku bocah!!” Amon mendekat ke arah Kinan, lalu mengacak-a
“Kenapa Tuan mengajarkan ilmu berbahaya itu?” Amon berdiri, “Dengar L, Dengan kemampuan kakakmu, butuh setengah tahun hanya untuk menguasai imdok level pertama. Kita tidak punya waktu untuk menunggu selama itu, kita akan berburu uang.” “Tuan tidak perlu menyuruhnya untuk ikut kan?” Amon tersenyum, “Salah..ini akan jadi latihan yang baik untuk bocah itu!” Limey hendak berbicara lagi, tapi tangan Amon sudah mengulur mencegah, “dengar L, aku masih ingat perjanjian kita. aku akan menjadikan bocah itu muridku, seperti yang kamu minta. Aku gurunya, aku tahu yang terbaik!” lalu Amon segera mengambil pedang buntungnya, memandang ke arah Limey yang masih memandangnya dengan mata seperti memohon. Pemuda itu mendesah, rasanya semakin merepotkan membawa perempuan dalam hidupnya. Lalu, dengan bersikap cuek, Amon pun pergi keluar. Di depan pintu Amon bertemu Kinan yang baru selesai mandi dan hendak naik ke atas, tangan Amon langsung meraih lengan Kinan. Kin
Kinan menatap Amon dengan pandangan bingung. Kenapa tiba-tiba sang guru meminta dia mengulurkan tangan. Namun, dengan sikap tanpa curiga, gadis itu mengulurkan tangan kanannya. Amon meminta satu tangan lagi, “Yang kiri juga!” Kinan memberikan tangan kirinya, kini kedua tangan Kinan berada dalam kekuasaan Amon. Amon mencari sesuatu di titik nadi Kinan, lalu kemudian menekannya. Tangan Amon bersinar dan mendadak Kinan merasa seperti ada gelombang besar yang mengalir dengan cepat di perutnya, melingkar-lingkar dan terasa panas. Lalu, Kinan merasa sesuatu setajam pisau menghujam dadanya hingga membuat gadis itu menjerit. “Sakitttt!!!!” teriak gadis itu. Alih-alih mendengar, Amon tetap memusatkan tenaganya pada kedua tangan Kinan. Kinan merasakan kejang, dan dia tidak bisa mengendalikan diri. Seolah-olah tubuhnya dipenuhi gelombang kejut yang menyerang berkali-kali. Tubuh gadis itu tersentak sentak dengan hebat. Amon tidak melepaskan genggam
Sesaat suasana terasa sunyi. Kinan hanya dapat mendengar desah napasnya sendiri. tapi mendadak sebuah benda terbang dengan kecepatan tinggi, menyisakan siulan panjang yang menakutkan. Amon segera menyambar tubuh Kinan dan meloncat menjauhi pohon tempat mereka bernaung. Sekarang keduanya sudah berdiri menjejak tanah. Kinan segera menengadahkan kepalanya dengan cepat. Tampak olehnya, benda hitam panjang tertancap di dahan pohon tempatnya berdiri. Posisinya tepat di kepala. “Ternyata ada tikus-tikus lain. Ada dua….” Suara laki-laki memegang tongkat itu menyeringai, “Apa kalian begitu ingin menangkapku?” Amon memandang laki-laki di depannya. Pakaiannya compang camping, rambutnya awut-awutan. Cara berdirinya agak ngawur. lelaki itu memegang tongkat, terlihat menggerakkan tongkatnya. Kinan pun merasa ganjil, dan kemudian merasa bahwa laki-laki dihadapannya itu buta. “Apa kamu Senyo gelap?” Amon bertanya dengan sika
Dzingggg!!! suara jarum panjang menderu seram. Apakah aku akan mati? pikir Kinan ketika melihat desingan jarum panjang penuh tenaga tersebut mengarah ke keningnya. Kinan memejamkan mata, tak sanggup melawan kecepatan luar biasa dari jarum tersebut. mungkin inilah rasanya akhir. akh, sayang sekali, Kinan belum berhasil mencari cara keluar dari tempat mengerikan ini dan membawa LImey menjauhi bahaya. Mendadak Amon bergerak ke depan, menghalau dengan pedangnya jarum panjang tersebut, tapi tak urung satu jarum tak mampu ditangkis, dan langsung bersarang pada tulang belikatnya. Amon langsung jatuh setengah terduduk sambil memegangi jarum tersebut. darah meleleh kental dari bakal bahunya. “Guru!!” sentak Kinan. “Ukh….” Amon memegang sela-sela jarum. “Hebat, dari sepuluh jarum, kamu bisa menangkis 9. Imdokmu tidak bisa diremehkan.” Seru si Buta sambil kembali bersikap biasa.
Limey menyentuh lengan Amon dengan lembut, lalu melepaskan cengkraman tangan Amon. “Tuan, di dunia ini saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada kami berdua. Saya tidak bisa silat, tapi Kinan berbeda. Bagi saya, kakak saya sangat penting, Untuk seterusnya pun, saya hanya bisa percaya pada tuan. Karena itu tuan tidak boleh mati…..” ucap Limey. “Khu…ha.ha.ha.ha, aku jadi tidak bisa memberi komentar atas tindakanmu tadi. Apa itu tindakan cerdas, atau tindakan tolol.” Amon tertawa, namun dia merasakan dadanya sesak dan sakit. “Tuan tidak perlu mengomentarinya….” Limey menatap kea rah Amon, lalu dengan halus berucap kembali, “tapi, saya pasti akan menolong tuan. Bagi saya tuan masih sangat berguna, dan saya pun bisa berguna untuk tuan.” “Tapi bocah, aku tidak suka berhutang. Aku tidak akan menganggap yang tadi itu hutang!” Amon meludah, yang keluar hanya cipratan darah. Limey menggeleng, “T
Hari menjelang sore, hujan yang lebat telah berhenti. Limey menarik selubung pakaian yang menyelimuti dirinya dan Amon. Disentuhnya tubuh Amon yang tertidur setelah menerima transfer panas tubuhnya. Bibir Amon tampak agak berwarna, walau masih terlihat pucat. Pendarahan Amon juga sudah terhenti. gadis bermata biru itu mendesah lega. kekhawatirannya terhadap kondisi Amon berkurang. lelaki itu sudah membaik, dan itu membuat dia lega. lalu diambilnya pakaian dalam miliknya yang terserak di dekat kakinya. Limey segera mengenakan kembali pakaiannya yang bau keringat dan penuh darah yang sudah mengering. Udara sehabis hujan membuat gadis itu lapar. Amon tampak mulai bergerak-gerak. “Sudah bangun?” tanya Limey, ketika Amon membuka matanya dan memandang ke arah Limey. Amon menatapi LImey, dia memandangi tubuh gadis itu yang sudah berbalut pakaian, tadi, baru saja dia menyadari bahwa gadis itu melepas bagian atas pakaiannya hingga
LukaDua tahun yang laluAmon terbangun dalam kondisi tubuh terluka. Bebat di sekujur dada tampak memerah oleh lumuran darah yang masih merembes dari bakal luka. Lelaki itu melihat ke kiri dan ke kanan, sunyi. Sebuah ruangan yang terbuat dari gubuk dengan tempat tidur dari dipan dilapis kain lapisan jerami. Di samping tempat tidurnya ada jendela yang separuh terbuka, menampakkan latar belakang pemandangan sebuah hutan yang terlihat sedikit jauh. Lalu mendadak pintu di sampingnya terbuka. Kinan datang membawa nampan dan menahannya dengan sisi tangan ketika tangan lainnya membuka engsel pintu.Kinan terperangah menemukan gurunya duduk sambil menatap ke arah jendela luar yang setengah terbuka.“Guru! Padahal jendela sudah sengaja aku tutup agar tidak masuk angin yang terlalu kuat!” Kinan buru-buru meletakkan nampan di meja lantas dia berjalan memutar menutup jendela.Amo
Limey menjadi kelimpungan dan gelagapan. Dia tidak menyangka bahwa akan ada yang bertanya tentang Sion, rasa malunya langsung merebak tidak terkendali. Semua yang terjadi barusan seolah terpapar di depan mata, membuat Limey menelan ludah.Dengan gugup gadis itu mencoba mencari alasan, “Ah, dia tadi pergi ke hutan untuk mencari binatang buruan…” jawab Limey sekenanya.“Ah, omong-omong tentang binatang buruang, aku juga sudah lapar,” Bixi langsung memukul perutnya dan sadar bahwa dia belum makan dari tadi.“Bagaimana kalau aku pergi berburu kak!” tawar Gillian.“menarik, aku juga ikut, sudah lama aku tidak berburu, kita cari rusa yang besar dan kita panggang dagingnya. Aku jadi ingat makanan yang kau berikan padaku sebelum ini.”“Ayo kalau begitu!” Gilian langsung mengangguk, kedua lelaki itu segera turun menggunakan ilmu meringankan diri. Terdengar gelak tawa dari keduanya, terpantul
Setelah Siulan keras, sebuah suara menyentak memanggil nama Limey.“Mey!!”Mendengar namanya dipanggil, gadis itu memutar arah pandanganya ke asal suara. Dari arah utara, tidak terlalu jauh, dua orang lelaki tengah berjalan ke arahnya. Lelaki yang satu tengah menggendong seseorang di bahu, dan lelaki yang satu lagi dengan tidak sabar melentingkan tubuh untuk berlari secepatnya mendekati Limey.“mey!” panggilnya lagi setelah sampai dihadapan Limey.“Gillian?” Limey membelalakkan matanya ketika melihat Gillian datang.“Aku membawa seseorang untuk kau tolong, dia adik kelimaku!” seru Gillian sambil menunjuk ke arah Bixi yang datang. Bixi pun kemudian melompat dengan sangat cepat, sehingga Limey seolah melihat Bixi berjalan layaknya hantu.Bixi sampai di depan Limey dan kemudian membungkuk untuk meletakkan Amon yang berada di dalam panggulannya.“Dia butuh perawatan. Dan aku rasa kau o
Wajah Sion tampak mulai memerah, tubuhnya bergetar. Tampak uap-uap berwarna merah menguar dari sekujur tubuhnya. Sesuatu seolah menggeliat di dalam perutnya, memusar, berputar dan menyebar di dalam tubuh.Sion tahu sensasi apa itu. Itu adalah pembukaan level imdok. Biasanya, ketika seseorang telah mencapai batas imdoknya, tubuh akan membuka kunci imdok pada level selanjutnya. Selama ini Sion tidak pernah bisa naik level dari enam ke tujuh, seberat apapun dia berusaha. Level imdok hanya sampai pintu gerbang, dan Sion selalu tidak memiliki kunci untuk membuka pintu Imdok.beberapa kali lelaki itu mencoba membuka paksa Imdok level tujuh, namun berbeda dengan pembukaan paksa level imdok pertama dan kedua, imdok tingkat tinggi tidak bisa dipaksakan. gelombangnya amat dasyat, dan bisa saja menghancurkan orang yang mencoba paksa. aliran tenaga dalam pasti akan berbalik, lalu menghujam seluruh aliran darah sebelum meledak.Sion tidak pernah melihat orang yang meledak ka
Sekarang Limey menatap ke arah Sion, lalu dia bertanya, “Sion, menurutmu aneh tidak warna mataku?”Sion memperhatikan, “Kenapa? Matamu sangat indah menurutku, seperti warna langit.”Limey langsung menepuk dahinya sendiri. Sion selama ini buta, dia tidak pernah melihat warna mata orang lain, jadi baginya warna mata Limey itu biasa saja.“Kau pernah tidak bertemu orang yang bermata sama denganku?”Sion tercenung, lantas menggeleng, “Memang selama ini tidak ada yang memiliki warna mata sepertimu, tapi kurasa karena aku belum pernah bertemu dengan orang-orang yang bermata seperti itu.” jelas Sion.Limey menghela napas, “Kau tahu, di tempatku warna mata ini hanya salah satu warna mata lain. Ada yang memiliki mata berwarna hijau, cokelat, hitam seperti mata kalian semua.”“Oh…” Sion menanggapi dengan tenang, tidak
Kedua orang saudara seperguruan itu berlari, sebelum mengambil jeda untuk melompat. Tangan keduanya dihantamkan ke depan. Amon dengan pedang buntungnya, dan Gillian dengan tapak dewanya. Warna pedang Amon berpendar, warna tangan Gillian berubah biru. Mereka akan saling hantam, dan kemungkinan keduanya akan terluka parah.Dalam pandangan Amon, Gillian serupa monster yang tengah mengulurkan cakarnya ke arah Amon, hingga pemuda itu bersiap menyalurkan imdoknya pada pedang untuk saling berbenturan, dan kalau berhasil membelah sang monster.Bixi membuka mata, melihat semua yang terjadi, lantas dia bergerak, tubuhnya diangkat terbang seringan bulu. Penyatuan kepribadian Bixi kecil dan dirinya membuat Bixi akhirnya benar-benar menguasai jurus bidadari. Dengan lesatan luar biasa, dia berada di tengah keduanya yang siap beradu tenaga dalam. Bixi mengulurkan tangannya untuk menghantam sisi samping Gillian dan Amon secara bersama-sama.Amon dan
Bixi melompat ke luar dan berlari dari gerbang Air. Percuma bertahan disana, selama Bixi dewasa tertidur, Bixi kecil hanya bisa berusaha agar tubuh milik mereka bersama tidak sampai terluka. Aduh! Bixi kecil mengeluh, karena kesadaran dirinya yang lain masih tertidur, padahal dia tahu untuk mengatasi pertarungan tingkat tinggi, dia membutuhkan Bixi dewasa mengambil alih kesadaran. Tampaknya obat yang masuk ke dalam tubuh Bixi telah berhasil menidurkan Bixi, namun membangunkan Bixi yang lain.Di lain Sisi, Amon dalam kondisi kemarahan yang aneh mengejar Bixi. Tangannya memegang pedang buntung miliknya. Benda yang seperti pedang berkarat itu memiliki daya hancur luar biasa bila dipadukan dengan penggunaan imdok. Amon pun keluar dari pintu labirin dan mengejar sampai depan gerbang. Matanya seolah bersinar dan ada api di dalamya.Sebenarnya, Racun halusinogen dari serbuk-serbuk mawar sudah terhisap dan mengubah kesadaran Amon. Apa yang amon liha
Sion terperangah, dia memperhatikan wajah Limey baik-baik, kebingungan. “Kau bilang apa?”Limey mengulang ucapannya, “Aku akan menjadi penawarmu.” jawab Limey.Sion menunduk, mengepalkan genggamannya, buku-buku jarinya menengang. Lalu dengan setengah bergetar lelaki itu berkata, “Kau tahu apa yang kau katakan? Kau tahu efek dari yang kau katakan dari Mey?”Limey mengangguk. Sebenarnya tangan gadis itu sudah gemetaran, ketakutan melanda hatinya seperti badai, tapi dia mencoba tegar dan menyembunyikan perasaannya yang kacau. Namun seolah paham, Sion langsung mengambil tangan gadis itu, dan merasakan getaran pada tangan itu, “Lihat!” seru Sion, “Kau gemetar….”Limey buru-buru menarik tangannya kembali, lalu berkata cepat-cepat, “Aku bukan gemetar karena takut padamu….aku hanya tidak pernah melakukannya…”
Limey menghela napas, “Seperti yang tadi aku bilang. Bila kau yang terkena racun,maka yang harus meminum penawar ini adalah pihak perempuan, lalu kalian harus bercinta untuk memindahkan penawar itu ditubuhmu dan memusnahkannya.” wajah Limey sampai memerah ketika menjelaskan hal tersebut.Sion merasa kakinya mendadak lemas, dia langsung menjatuhkan diri pada salah satu kursi bambu ditempat itu. Wajahnya menjadi memerah karena malu mendengar penuturan Limey.“Kalau begitu berarti aku akan mati.” desis Sion dengan lemah.“Tidak, enggak bisa begitu! Aku akan membuatkan lagi pil dewa secepatnya, lalu kita akan cari lagi cara lain! Jangan putus asa!” seru LImey yang langsung mendekat ke arah Sion, berlutut di sisi lelaki itu sambil memegang lutut Sion.Sion menggeleng, “percuma Mey. Sudahlah, lupakan saja. Itu adalah obat terjahat yang pernah aku dengar….&rd