Beranda / Semua / Pendekar Lembah Iblis / BAB 17 Di tengah Hujan

Share

BAB 17 Di tengah Hujan

Penulis: Langit Biru
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-26 16:10:01

Limey menyentuh lengan Amon dengan lembut, lalu melepaskan cengkraman tangan Amon. “Tuan, di dunia ini saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada kami berdua. Saya tidak bisa silat, tapi Kinan berbeda. Bagi saya, kakak saya sangat penting, Untuk seterusnya pun, saya hanya bisa percaya pada tuan. Karena itu tuan tidak boleh mati…..” ucap Limey.

 “Khu…ha.ha.ha.ha, aku jadi tidak bisa memberi komentar atas tindakanmu tadi. Apa itu tindakan cerdas, atau tindakan tolol.” Amon tertawa, namun dia merasakan dadanya sesak dan sakit.

“Tuan tidak perlu mengomentarinya….” Limey menatap kea rah Amon, lalu dengan halus berucap kembali, “tapi, saya pasti akan menolong tuan. Bagi saya tuan masih sangat berguna, dan saya pun bisa berguna untuk tuan.”

“Tapi bocah, aku tidak suka berhutang. Aku tidak akan menganggap yang tadi itu hutang!” Amon meludah, yang keluar hanya cipratan darah.

Limey menggeleng, “Tidak perlu, hanya saja tuan harus tetap tepati janji tuan. Untuk Kak Kinan. Dengan begitu, saya akan menganggap bahwa kita berdua tidak saling berhutang.”

 Amon terdiam, dipandanginya Limey. Mata biru gadis itu tampak sungguh-sungguh dan penuh tekat.  Mata yang sangat indah dan sebenarnya mata yang langka. Amon tidak pernah melihat seseorang memiliki mata biru selama hidupnya, dan baru kali ini dia melihat mata seindah itu. Seolah warna biru itu menghisapnya untuk patuh. Amon tertunduk, menghela napas lalu tersenyum. Mendadak hujan turun perlahan-lahan. Limey kaget langsung menengadahkan kepala.

“Gawat…” desis Limey. “Hujan” erangnya, lalu kemudian segera menarik tangan Amon dan meletakkannya di pundak, “Tuan…kita harus cari tempat berteduh!”

Pikiran gadis itu sudah mulai liar menduga-duga. Hujan bisa memperburuk keadaan. Suhu yang dingin bisa membuat nyawa sang tuan dalam bahaya. Amon berjalan terpincang-pincang di sisi gadis itu, napas Amon memburu, dan air sudah melimpahi kepala dan pundaknya. Sesaat Amon merasa suhu air terasa sangat dingin seperti es.

Limey terus berjalan, memaksa menyeret Amon yang lemah. Dia harus mencari tempat berteduh bagaimanapun caranya. Hujan sangat berbahaya. Gadis itu celingukan kiri dan kanan, yang dia dapat hanya rimbunan pohon dan semak belukar, namun belum menemukan tempat berteduh yang memadai. Setelah mencari beberapa saat, mata Limey tertuju pada sebuah cekungan di balik bebatuan. Dengan segera gadis itu mendekat. Bila dugaannya tidak salah, itu adalah goa. Kalaupun tidak, cekungan itu cukup untuk tempat berteduh sementara.

Ketika mereka semakin dekat, harapan Limey menjadi kenyataan. Ternyata tempat itu adalah goa. Cukup besar dan dalam.

“Tuan Goa!!” seru Limey girang. Amon yang masih terengah-engah karena merasakan mulai kehilangan kekuatannya hanya bereaksi sedikit. Hujan kini sudah mulai deras.

Limey membawa Amon masuk, meletakkannya di sisi goa, menyenderkannya dengan hati-hati. Baju Amon penuh darah yang kini menjadi basah oleh hujan.

Amon mendadak mengigil, air hujan dan luka serta kehilangan banyak darah membuat dia mulai kedinginan. Bahkan Amon sendiri tidak bisa mengerahkan tenaga dalamnya hanya sekedar untuk menghangatkan diri. Tubuhnya bergetar hebat.

“Dingin…”erang Amon sambil melingkarkan tangannya ke dada, namun itu tidak mengurangi rasa dinginnya, tapi malah menimbulkan nyeri.

Limey segera mendekat ke arah Amon, dengan cermat diperiksanya Amon. Kepala, tangan, ketiak dan luka di beberapa tubuh Amon. Suhu tubuh Amon menurun dengan sangat cepat.

“Gejala syok” bisik Limey pada diri sendiri. Gejala itu muncul karena kehilangan banyak darah.

“Tuan…..tuan…” Limey menepuk-nepuk pipi Amon  memastikan bahwa Amon tidak teridur atau hilang kesadaran, tapi Amon tetap gemetar kedinginan, matanya pun terlihat mulai mengecil hampir hilang kesadaran.

Ini Gawat! Pikir Limey. Membiarkan seseorang dengan gejala syok tertidur akan mempercepat kematian mereka. Tubuh penderita akan semakin menurun suhunya, dan kemudian penderita bisa saja sewaktu-waktu berhenti bernapas.

Pikir Mey…pikir! Limey memaksa dirinya sendiri untuk segera mencari cara. Dia tidak bisa membiarkan Amon mati. Tidak sekarang. Tubuh Amon masih gemetaran. Bibirnya mulai membiru. Lelaki ini kondisinya memburuk, bukan hanya luka luar yang dideritanya namun luka dalam menggerogoti kondisi Amon.

Satu-satunya cara membuat api. Tapi tidak mungkin membuat api, disini tidak ada kayu bakar. Tubuh Amon harus dihangatkan. Limey terlihat panik, lalu kemudian terpikir sesuatu. Napasnya menghela berat. Bila tidak bisa membuat api, ada satu cara lagi agar bisa mengembalikan suhu tubuh manusia. Yaitu dengan menggunakan suhu tubuh manusia lainnya, terlebih lawan jenis.

Limey pernah membacanya bagaimana  seseorang berusaha bertahan dari hawa dingin di gunung es, dan mereka memilih untuk saling berpelukan.

 Limey menghela napas, gadis itu kemudian melakukan sesuatu yang diyakininya hanya sebagai salah satu jalan terbaik saat ini. Dia mulai membuka pakaiannya. Amon terkejut ketika melihat Limey melepas pakaiannya.

“Kau…..ma—u…a—pa?” suara Amon gemetaran.

“Mentransfer panas tubuh. Untuk menghangatkan tubuh manusia, paling bagus dengan panas tubuh manusia lainnya.” Limey segera menanggalkan seluruh pakaiannya hingga hampir telanjang. LImey pun mendekat ke arah Amon, membuka pakaian Amon yang basah helai demi helai. lalu dengan perlahan Limey mulai mengeringkan tubuh Amon menggunakan pakaian LImey.

Amon menatap LImey, pikirannya menjadi kacau. baru kali ini dia melihat tubuh perempuan dalam keadaan nyaris bugil. Limey melepas bra yang dikenakannya, sehingga kedua belah payudaranya terlihat.

Amon tercekat. kini, Limey mendekat lalu memeluk Amon, mengetatkan kulitnya dan kulit AMon untuk saling bersentuhan.

AMon dapat merasakan aliran hangat menjalari tubuhnya. rasa mengigilnya mulai berkurang karena dia dapat merasakan aroma harus dan panas tubuh Limey yang menggenjot panas tubuhnya naik.

Limey menarik pakaiannya untuk menyelubungi tubuhnya dan Amon, melindungi dari udara dingin yang masih berhembus bersama hujan.

sunyi dan hanya terdengar suara deras hujan dan detak jantungnya sendiri. AMon merasa nyaman. ternyata tubuh perempuan sehalus sutra dan hangat seperti bara api.

“Kurang hangatkah?” tanya Limey berbisik. Gadis itu semakin mendekat ke arah tubuh Amon, merapat demikian erat. 

tangan Amon bergerak, menyentuh kulit Limey yang lembut, ada sesuatu yang menjalar dan bergerak di bawah perutnya. Lalu dengan segera, ditariknya pinggang LImey hingga tubuh gadis itu semakin ketat dalam dekapan Amon. payudaranya yang putih dan lembut mengempit dada Amon.

perlahan-lahan rasa gemetar yang semula tidak tertahankan kini mereda. yang ada hanya rasa nyaman seperti duduk di pinggiran api unggun.

Limey menatap wajah Amon yang demikian dekat, begitupun AMon. mata keduanya bertemu.

selama hidup Amon, di dalam kesendirian petualangannya, dan perasaan bebas, kini pemuda itu merasa seperti terperangkap. tertanggap oleh mata berwarna biru itu. 

napas keduanya seolah seirama, dan keduanya dapat mendengar detak jantung masing masing yang seperti ketukan dengan nuansa irama indah.

Hujan di luar sangat lebat, suaranya demikian keras dan menggema di dalam gua. Sedangkan Kinan sedang berlari menuju rumah tabib dan pingsan di depan pintu rumah sang tabib.

Bab terkait

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 18 Berpisah

    Hari menjelang sore, hujan yang lebat telah berhenti. Limey menarik selubung pakaian yang menyelimuti dirinya dan Amon. Disentuhnya tubuh Amon yang tertidur setelah menerima transfer panas tubuhnya. Bibir Amon tampak agak berwarna, walau masih terlihat pucat. Pendarahan Amon juga sudah terhenti. gadis bermata biru itu mendesah lega. kekhawatirannya terhadap kondisi Amon berkurang. lelaki itu sudah membaik, dan itu membuat dia lega. lalu diambilnya pakaian dalam miliknya yang terserak di dekat kakinya. Limey segera mengenakan kembali pakaiannya yang bau keringat dan penuh darah yang sudah mengering. Udara sehabis hujan membuat gadis itu lapar. Amon tampak mulai bergerak-gerak. “Sudah bangun?” tanya Limey, ketika Amon membuka matanya dan memandang ke arah Limey. Amon menatapi LImey, dia memandangi tubuh gadis itu yang sudah berbalut pakaian, tadi, baru saja dia menyadari bahwa gadis itu melepas bagian atas pakaiannya hingga

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-27
  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 19 Perjalanan Berdua

    Teriakan Kinan membuat Amon terkejut. Sesaat Amon merasakan perasaan tidak enak. Ada apa? apa yang terjadi di sana! Tanya Amon dalam hati. Tapi pedang si brewok terus saja mengincar tajam, mau tidak mau Amon mundur dan melenting dengan cepat untuk dapat menarik napas sebentar. “Cih, terpaksa kalau begini!” Amon segera menotok nadi leher dan kepala, lalu kemudian menggunakan cara pernapasan yang agak aneh. Lalu kemudian Amon merasa ada tenaga meluap dari dalam tubuhnya. “Aku benci harus melakukan ini, terpaksa membuka satu segel imdok. Imdok tingkat enam, Sul!!” lalu mendadak Amon bergerak super cepat, dan tenaga penuh segera menghunuskan pedangnya ke samping. Lalu keduanya bentrok, kecepatan dan kekuatan Amon telah menghancurkan pedang milik si Brewok, bahkan membuat tubuh brewok terpotong jadi dua. Tanpa sempat menjerit, si brewok mati. Amon segera mengatur pernapasan, pembuluh darahnya kacau dan jantungnya mulai berdetak terlalu cepat, tubuh Amon terhuyung

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-27
  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 20 Yang Hidup

    Sungai di bawah jurang memang deras. derunya begitu keras, memekakkan telinga. Siapa pun yang jatuh dari atas akan hancur berkeping-keping—itu seharusnya. Tapi tampaknya itu tidak berlaku bagi Limey, karena saat itu dari kerimbunan pohon yang menutupi sebuah gubuk kecil, tampak Limey keluar. Yang paling menarik, dia muncul dalam keadaan sehat.Limey diam, berdiri si sisi sungai. Air sungai deras, mengalir dan menghantam bebatuan sungai. Angin berhembus kencang menerbangkan rambut dan jubah yang dikenakan gadis bermata biru itu. Suara derasnya aliran sungai seakan hendak memecah sunyi yang bertumpuk di antara dinding-dinding batu cadas.Limey tidak sedang ingin berdiam, dia lalu mencari cara agar bisa melompati batu-batuan sungai yang saling terpisah. Dengan hati-hati Limey mencari tempat berpijak yang tepat sambil meneriakkan sebuah nama“Tuan…tuan senyo!!” Panggil Limey pada salah satu sisi sungai. Suara Limey bergema di sekitar jurang

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-05
  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 21 Sebuah Rencana Mencari Tabib Sakti

    “Bukan melihat, tapi mendengar. Pendengaranku tidak buruk. Aku bisa membedakan bunyi benda yang semakin berat.” Ucap Limey.Sion diam, lalu kemudian kembali sibuk menghitung kembali.“Maaf, pertanyaanku terlalu pribadi ya?” tanya Limey lagi.Sion diam, mendesah lalu menggerakkan kotak tersebut. suara gemerincing di dalamnya terdengar keras dan berisik. "Mungkin isi kotak inilah alasan aku membunuh.”“Heh? Maksudnya,” Limey bertanya heran.“Aku butuh uang, yang banyak untuk berobat.” Ucap Sion.“Berobat? Apa kamu sakit?”“Bisa dibilang begitu,” jawab Sion, lalu kemudian berjalan mengambil tongkatnya dan membawa kotak ke sudut rumah, meletakkan kotak tersebut, lalu berkata “Aku selalu ingin bisa melihat. Ingin melihat langit, pohon, sungai dan warna. Untuk itulah aku mengumpulkan uang. Dahulu seseorang pernah mengatakannya padaku, bahwa untuk bisa meliha

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-06
  • Pendekar Lembah Iblis   BAB 22 Penyergapan Sia-Sia

    Mereka berjalan terus sampai matahari sudah condong ke barat. Sion mendekat ke arah Limey dan memelankan jalannya. pemuda itu sadar, gadis yang berjalan bersamanya tidak memiliki imdok, bahkan mungkin hanya sekedar melangkah cepat saja perempuan itu pasti akan berlari dan akan kelelahan.belum lama mereka berjalan menyusuri hutan, telinga Sion yang memang sangat peka dapat mendengar suara gemerisik tetumbuhan yang tidak biasa. bahkan Sion bisa merasakan bahwa ada udara yang bergesek dan bergetar karena langkah kaki. pemuda buta itu lantas segera mengamit tangan Limey yang berjalan di sebelahnya.“Kita diikuti orang.” desis Sion ketika sudah sejajar dengan LImey. mendengar itu wajah LImey langsung berubah.Seakan mengerti Limey mengangguk, lalu berbisik balik, “Lalu, aku harus bagaimana?”“Tenanglah. Nanti mereka juga akan menampakkan diri.” ucap Sion masih dengan nada rendah. bisa saja Sion melompat dan menyergap para p

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-08
  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 23 Maucian

    Puncak putus asa terletak di pulau agak terpencil. Untuk mencapai ke sana, butuh tiga hari perjalanan dengan kuda, setelah itu menaiki sampan sampai separuh hari baru kemudian mereka akan sampai ke pulau.Tidak semua orang yang berada di pesisir pantai mau mengawal sampai ke pulau itu, mereka menolak karena di wilayah pulau dikurung oleh banyak karang-karang tajam. Sion dan Limey harus mencari seseorang yang bersedia mengantar dan jago dalam menghapal jalan.“Kalau ingin pergi ke pulau Putus Asa, kau bisa mengandalkan Maucian. dia seorang pelaut paling mumpuni di pesisir ini.” Terang seorang nelayan kepada Limey. “Hanya saja bayaran Maucian mahal.”Limey memandang kea rah Sion, Sion yang mendengar keterangan tersebut mengangguk, lalu ucapnya. “Antarkan saja kami pada si Maucian itu.”Si nelayan tersebut mengangguk lalu kemudian memberi isyarat pada kedua tamunya untuk mengikuti dirinya ke tempat si Maucian.Sion

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-08
  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 24 Tabib Gila

    Tentu saja yang pertama kali menginformasikan hal itu adalah Limey, dan Sion dengan gerak lincah memukul-mukulkan tongkatnya ke tanah dan terus masuk ke dalam rumah. Limey masuk ke dalam gubuk yang berantakan, dan menemukan seorang laki-laki tua yang terluka parah.“Bagaimana perawakannya?” tanya Sion ketika Limey menginformasikan ada yang terluka.“Tua, jenggot dan alisnya panjang. Sion, bisa tolong aku mengangkatnya, aku nggak kuat!”Sion membantu Limey. Laki-laki tua itu dibaringkan di dipan reyot yang ada di ujung ruangan. Dipan itu sama berantakannya. Semua benda yang ada terserak dan berguling tidak beraturan. Buku-buku berantakan. Limey segera memeriksa keadaan laki-laki tua tersebut, pertama diperiksanya lengan nadi, tapi terkejut karena Limey merasa ada yang aneh pada tangan laki-laki tua tersebut. tubuh lelaki itu lumpuh, aliran darahnya sendiri terasa aneh. tidak normal.“Sion!” panggil Limey cepat.Si

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-08
  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 25 Belajar Pengobatan

    Sion diam, kekesalan yang dirasakannya membuncah, Sion memukulkan tongkatnya pada kotak uangnya, kotak uang pecah berantakan dihantam imdok. Uang-uang Zeni berceceran, ketika melihat uang tersebut, Limey teringat Amon yang mata duitan, ada rasa aneh masuk ke dalam hatinya. di sini, di sebuah tempat di pengasingan yang sepi, puluhan juta Zeni bertebaran tanpa arti ketika seseorang kecewa kehilangan keinginannya.Limey mendekat, lalu kemudian memegang lengan Sion, dipandangnya Tabib Gila, “Tuan tabib, bagi Sion anda adalah harapan terakhirnya…” ucap Limey.“Maaf, aku tidak bisa menolongmu!” Tabib Gila menunduk. "Tangan dan kakiku sudah tidak bisa dipakai bekerja seperti dahulu. kalau saja aku sempat menurunkan kemampuan terakhirku pada seseorang, mungkin aku masih bisa sembuh." ucap Tabib gila dengan perasaan masgul.Ketika keadaan terasa demikian menyedihkan, mendadak Sion langsung memeluk Limey. Limey terkejut, Sion menggerakkan ta

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-08

Bab terbaru

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 106 Aku Miliknya

    LukaDua tahun yang laluAmon terbangun dalam kondisi tubuh terluka. Bebat di sekujur dada tampak memerah oleh lumuran darah yang masih merembes dari bakal luka. Lelaki itu melihat ke kiri dan ke kanan, sunyi. Sebuah ruangan yang terbuat dari gubuk dengan tempat tidur dari dipan dilapis kain lapisan jerami. Di samping tempat tidurnya ada jendela yang separuh terbuka, menampakkan latar belakang pemandangan sebuah hutan yang terlihat sedikit jauh. Lalu mendadak pintu di sampingnya terbuka. Kinan datang membawa nampan dan menahannya dengan sisi tangan ketika tangan lainnya membuka engsel pintu.Kinan terperangah menemukan gurunya duduk sambil menatap ke arah jendela luar yang setengah terbuka.“Guru! Padahal jendela sudah sengaja aku tutup agar tidak masuk angin yang terlalu kuat!” Kinan buru-buru meletakkan nampan di meja lantas dia berjalan memutar menutup jendela.Amo

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 105 Pertemuan Tak Terduga

    Limey menjadi kelimpungan dan gelagapan. Dia tidak menyangka bahwa akan ada yang bertanya tentang Sion, rasa malunya langsung merebak tidak terkendali. Semua yang terjadi barusan seolah terpapar di depan mata, membuat Limey menelan ludah.Dengan gugup gadis itu mencoba mencari alasan, “Ah, dia tadi pergi ke hutan untuk mencari binatang buruan…” jawab Limey sekenanya.“Ah, omong-omong tentang binatang buruang, aku juga sudah lapar,” Bixi langsung memukul perutnya dan sadar bahwa dia belum makan dari tadi.“Bagaimana kalau aku pergi berburu kak!” tawar Gillian.“menarik, aku juga ikut, sudah lama aku tidak berburu, kita cari rusa yang besar dan kita panggang dagingnya. Aku jadi ingat makanan yang kau berikan padaku sebelum ini.”“Ayo kalau begitu!” Gilian langsung mengangguk, kedua lelaki itu segera turun menggunakan ilmu meringankan diri. Terdengar gelak tawa dari keduanya, terpantul

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 104 Yang Terluka

    Setelah Siulan keras, sebuah suara menyentak memanggil nama Limey.“Mey!!”Mendengar namanya dipanggil, gadis itu memutar arah pandanganya ke asal suara. Dari arah utara, tidak terlalu jauh, dua orang lelaki tengah berjalan ke arahnya. Lelaki yang satu tengah menggendong seseorang di bahu, dan lelaki yang satu lagi dengan tidak sabar melentingkan tubuh untuk berlari secepatnya mendekati Limey.“mey!” panggilnya lagi setelah sampai dihadapan Limey.“Gillian?” Limey membelalakkan matanya ketika melihat Gillian datang.“Aku membawa seseorang untuk kau tolong, dia adik kelimaku!” seru Gillian sambil menunjuk ke arah Bixi yang datang. Bixi pun kemudian melompat dengan sangat cepat, sehingga Limey seolah melihat Bixi berjalan layaknya hantu.Bixi sampai di depan Limey dan kemudian membungkuk untuk meletakkan Amon yang berada di dalam panggulannya.“Dia butuh perawatan. Dan aku rasa kau o

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 103 Racun yang keluar

    Wajah Sion tampak mulai memerah, tubuhnya bergetar. Tampak uap-uap berwarna merah menguar dari sekujur tubuhnya. Sesuatu seolah menggeliat di dalam perutnya, memusar, berputar dan menyebar di dalam tubuh.Sion tahu sensasi apa itu. Itu adalah pembukaan level imdok. Biasanya, ketika seseorang telah mencapai batas imdoknya, tubuh akan membuka kunci imdok pada level selanjutnya. Selama ini Sion tidak pernah bisa naik level dari enam ke tujuh, seberat apapun dia berusaha. Level imdok hanya sampai pintu gerbang, dan Sion selalu tidak memiliki kunci untuk membuka pintu Imdok.beberapa kali lelaki itu mencoba membuka paksa Imdok level tujuh, namun berbeda dengan pembukaan paksa level imdok pertama dan kedua, imdok tingkat tinggi tidak bisa dipaksakan. gelombangnya amat dasyat, dan bisa saja menghancurkan orang yang mencoba paksa. aliran tenaga dalam pasti akan berbalik, lalu menghujam seluruh aliran darah sebelum meledak.Sion tidak pernah melihat orang yang meledak ka

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 103 penyatuan

    Sekarang Limey menatap ke arah Sion, lalu dia bertanya, “Sion, menurutmu aneh tidak warna mataku?”Sion memperhatikan, “Kenapa? Matamu sangat indah menurutku, seperti warna langit.”Limey langsung menepuk dahinya sendiri. Sion selama ini buta, dia tidak pernah melihat warna mata orang lain, jadi baginya warna mata Limey itu biasa saja.“Kau pernah tidak bertemu orang yang bermata sama denganku?”Sion tercenung, lantas menggeleng, “Memang selama ini tidak ada yang memiliki warna mata sepertimu, tapi kurasa karena aku belum pernah bertemu dengan orang-orang yang bermata seperti itu.” jelas Sion.Limey menghela napas, “Kau tahu, di tempatku warna mata ini hanya salah satu warna mata lain. Ada yang memiliki mata berwarna hijau, cokelat, hitam seperti mata kalian semua.”“Oh…” Sion menanggapi dengan tenang, tidak

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 102 Ayo Kita Menikah

    Kedua orang saudara seperguruan itu berlari, sebelum mengambil jeda untuk melompat. Tangan keduanya dihantamkan ke depan. Amon dengan pedang buntungnya, dan Gillian dengan tapak dewanya. Warna pedang Amon berpendar, warna tangan Gillian berubah biru. Mereka akan saling hantam, dan kemungkinan keduanya akan terluka parah.Dalam pandangan Amon, Gillian serupa monster yang tengah mengulurkan cakarnya ke arah Amon, hingga pemuda itu bersiap menyalurkan imdoknya pada pedang untuk saling berbenturan, dan kalau berhasil membelah sang monster.Bixi membuka mata, melihat semua yang terjadi, lantas dia bergerak, tubuhnya diangkat terbang seringan bulu. Penyatuan kepribadian Bixi kecil dan dirinya membuat Bixi akhirnya benar-benar menguasai jurus bidadari. Dengan lesatan luar biasa, dia berada di tengah keduanya yang siap beradu tenaga dalam. Bixi mengulurkan tangannya untuk menghantam sisi samping Gillian dan Amon secara bersama-sama.Amon dan

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 101 Menyatukan Kesadaran

    Bixi melompat ke luar dan berlari dari gerbang Air. Percuma bertahan disana, selama Bixi dewasa tertidur, Bixi kecil hanya bisa berusaha agar tubuh milik mereka bersama tidak sampai terluka. Aduh! Bixi kecil mengeluh, karena kesadaran dirinya yang lain masih tertidur, padahal dia tahu untuk mengatasi pertarungan tingkat tinggi, dia membutuhkan Bixi dewasa mengambil alih kesadaran. Tampaknya obat yang masuk ke dalam tubuh Bixi telah berhasil menidurkan Bixi, namun membangunkan Bixi yang lain.Di lain Sisi, Amon dalam kondisi kemarahan yang aneh mengejar Bixi. Tangannya memegang pedang buntung miliknya. Benda yang seperti pedang berkarat itu memiliki daya hancur luar biasa bila dipadukan dengan penggunaan imdok. Amon pun keluar dari pintu labirin dan mengejar sampai depan gerbang. Matanya seolah bersinar dan ada api di dalamya.Sebenarnya, Racun halusinogen dari serbuk-serbuk mawar sudah terhisap dan mengubah kesadaran Amon. Apa yang amon liha

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 100 Menawarkan Racun

    Sion terperangah, dia memperhatikan wajah Limey baik-baik, kebingungan. “Kau bilang apa?”Limey mengulang ucapannya, “Aku akan menjadi penawarmu.” jawab Limey.Sion menunduk, mengepalkan genggamannya, buku-buku jarinya menengang. Lalu dengan setengah bergetar lelaki itu berkata, “Kau tahu apa yang kau katakan? Kau tahu efek dari yang kau katakan dari Mey?”Limey mengangguk. Sebenarnya tangan gadis itu sudah gemetaran, ketakutan melanda hatinya seperti badai, tapi dia mencoba tegar dan menyembunyikan perasaannya yang kacau. Namun seolah paham, Sion langsung mengambil tangan gadis itu, dan merasakan getaran pada tangan itu, “Lihat!” seru Sion, “Kau gemetar….”Limey buru-buru menarik tangannya kembali, lalu berkata cepat-cepat, “Aku bukan gemetar karena takut padamu….aku hanya tidak pernah melakukannya…”

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 99 Pengorbanan

    Limey menghela napas, “Seperti yang tadi aku bilang. Bila kau yang terkena racun,maka yang harus meminum penawar ini adalah pihak perempuan, lalu kalian harus bercinta untuk memindahkan penawar itu ditubuhmu dan memusnahkannya.” wajah Limey sampai memerah ketika menjelaskan hal tersebut.Sion merasa kakinya mendadak lemas, dia langsung menjatuhkan diri pada salah satu kursi bambu ditempat itu. Wajahnya menjadi memerah karena malu mendengar penuturan Limey.“Kalau begitu berarti aku akan mati.” desis Sion dengan lemah.“Tidak, enggak bisa begitu! Aku akan membuatkan lagi pil dewa secepatnya, lalu kita akan cari lagi cara lain! Jangan putus asa!” seru LImey yang langsung mendekat ke arah Sion, berlutut di sisi lelaki itu sambil memegang lutut Sion.Sion menggeleng, “percuma Mey. Sudahlah, lupakan saja. Itu adalah obat terjahat yang pernah aku dengar….&rd

DMCA.com Protection Status