Limey menjadi kelimpungan dan gelagapan. Dia tidak menyangka bahwa akan ada yang bertanya tentang Sion, rasa malunya langsung merebak tidak terkendali. Semua yang terjadi barusan seolah terpapar di depan mata, membuat Limey menelan ludah.
Dengan gugup gadis itu mencoba mencari alasan, “Ah, dia tadi pergi ke hutan untuk mencari binatang buruan…” jawab Limey sekenanya.
“Ah, omong-omong tentang binatang buruang, aku juga sudah lapar,” Bixi langsung memukul perutnya dan sadar bahwa dia belum makan dari tadi.
“Bagaimana kalau aku pergi berburu kak!” tawar Gillian.
“menarik, aku juga ikut, sudah lama aku tidak berburu, kita cari rusa yang besar dan kita panggang dagingnya. Aku jadi ingat makanan yang kau berikan padaku sebelum ini.”
“Ayo kalau begitu!” Gilian langsung mengangguk, kedua lelaki itu segera turun menggunakan ilmu meringankan diri. Terdengar gelak tawa dari keduanya, terpantul
LukaDua tahun yang laluAmon terbangun dalam kondisi tubuh terluka. Bebat di sekujur dada tampak memerah oleh lumuran darah yang masih merembes dari bakal luka. Lelaki itu melihat ke kiri dan ke kanan, sunyi. Sebuah ruangan yang terbuat dari gubuk dengan tempat tidur dari dipan dilapis kain lapisan jerami. Di samping tempat tidurnya ada jendela yang separuh terbuka, menampakkan latar belakang pemandangan sebuah hutan yang terlihat sedikit jauh. Lalu mendadak pintu di sampingnya terbuka. Kinan datang membawa nampan dan menahannya dengan sisi tangan ketika tangan lainnya membuka engsel pintu.Kinan terperangah menemukan gurunya duduk sambil menatap ke arah jendela luar yang setengah terbuka.“Guru! Padahal jendela sudah sengaja aku tutup agar tidak masuk angin yang terlalu kuat!” Kinan buru-buru meletakkan nampan di meja lantas dia berjalan memutar menutup jendela.Amo
Amon mengerang dalam hati, Baginya kedua perempuan yang baru dipungutnya itu sekarang jadi hal yang menyulitkan untuknya. Pertama, keduanya tidak menghasilkan uang sama sekali—dan pastinya menghabiskan uang, bukannya mereka juga perlu makan dan Amonlah yang harus menanggung semuanya— kedua, cewek-cewek ini payah, lemah! Sampai rasanya Amon bisa saja melemparkan sebuah ranting pohon dan keduanya akan terjerembab jatuh akibat hantaman benda itu. Bayangkan, mereka berdua tidak memiliki Imdok, dan bagaimana dua orang gadis belia, yang terserak di belantara hutan ini tidak punya kemampuan membela diri?! Mereka ingin mati digilas perampok apa?! Atau mereka ingin menyediakan dirinya menjadi budak!Amon sebenarnya berkali-kali menyesali menolong keduanya. Menjadi orang baik yang butuh uang itu repot!Amon Cuma memandangi dua gadis belia itu yang berjalan di belakangnya, terseok-seok, lemas dan terlihat tidak bertenaga. Wajar saja, karena
Limey, gadis cantik dengan mata biru dan rambut sebahu itu tampak memunguti ranting yang bertebaran di sekeliling hutan. Agar aman, Limey memilih mencari ranting tidak jauh dari tempat Amon istirahat.Limey tidak ingin mencari resiko seperti ketika tadi dia dan kakaknya diserang, belum lama ini mereka baru saja berhasil lolos, dan Limey tidak ingin kejar-kejaran dengan para penjahat melukai Kinan lagi. di tempat yang agak jauh, tampak Kinan membantunya dengan susah payah mengumpulkan ranting. Gadis itu harus terseok seok membungkuk, karena kakinya yang bengkak membuatnya kesulitan dalam memposisikan diri.“Kak, nggak usah bantu. Kakak masih sakit.” Cegah Limey ketika Kinan berusaha membantunya memunguti ranting.“Biar aja.” Jawab Kinan sambil tetap memunguti ranting. Dia mencoba menahan sakit yang mendera di kakinya.“Kak….” Limey memanggil lagi berusaha unt
Amon mudah tertidur bila merasa enak, dan bagi pemuda itu pijitan Limey memabukkan dan bikin cepat tertidur. Melihat sang Tuan sombong tersebut tidur, Limey kini menggeser tubuhnya, pindah mendekati sang kakak.Api di dekat mereka meliuk-liuk dan memercikkan sekeping debu. Kinan duduk di satu akar yang menonjol keluar dari tanah. Wajahnya tampak kecewa dan hampa. Limey melemparkan potongan ranting ke dalam api.“Kenapa?” ucap Kinan dan kata-katanya mengambang. Limey menengok ke arah kakaknya, “Kenapa kita ada di sini? Kenapa harus kamu yang menerima penghinaan ini?!” suara Kinan tampak tidak berdaya, “Dan kenapa…kamu nggak membela diri?”“Kak..” Limey mendekat dan menyentuh pundak kakaknya perlahan, Kinan bergeming. Masih memandangi api yang meliuk-liuk indah. “Aku nggak apa-apa, sungguh. Nggak usah cemas…”“Bagaimana nggak cemas….kita bahkan tidak tahu kita seben
Dalam kondisi terikat, dan semua pengepung merasa menang, tampak seulas senyum terlintas di bibir Amon. Pemuda itu kemudian mengambil napas. Dan dengan satu suitan, pedang buntung di tangannya melesat ke atas, lepas dari lilitan benang tak terlihat. Pedang terhenti di udara, lalu menukik ke bawah dan siap menghantam tubuh Amon.Amon menarik napas kembali, sebelum membuat lesakan untuk melenting dengan tubuh penuh ikatan. Lima orang bercadar kaget karena tubuh mereka terbetot ke depan akibat gerakan Amon yang tiba-tiba.Kaki Amon bergerak, menendang ujung pedang buntungnya yang sudah siap sampai ke bawah. Pedang itu berubah arah akibat tendangan Amon, bergerak menyerang dengan cepat ke salah satu orang bercadar. Melihat kilau pedang yang melesat mengarah langsung, satu penyerang Amon panik.Dia segera memutar tangannya untuk menghalau pedang. Benang yang dipegangnya bergerak tidak teratur dan pegangan merenggang. Amon segera mengerahkan tenaga d
Pak tua tersebut tersenyum, lalu kemudian menepis tangan Amon perlahan. Amon tersentak, dia merasakan ada desakan yang kuat yang membuat tangannya menjadi lemah dan tidak berdaya. Lalu Pak tua itu pergi.Amon berdiri diam, tangannya yang disentuh oleh pak tua itu terasa kesemutan. Itu, aliran tenaga dalam, imdok tingkat tinggi. Walau sekejab, tapi aliran itu mengacaukan pembuluh darah Amon. Amon terkesiap, orang tua itu ternyata bukan orang sembarang.Sial! Bahkan di desa kecil ini ada jagoan tak bernama. Sebaiknya aku harus segera bergegas keluar dari tempat ini. gumam Amon dalam hati. Setelahnya, pemuda itu segera menarik tangan Limey. “Kita segera bergegas pergi dari tempat ini!” serunya.Limey yang ditarik Amon tampak bingung, namun Amon sudah membetotnya menjauh dari keramaian. Kinan pun mengekori dari belakang. Sebenarnya kinan merasa kesal, terlebih tadi Amon sempat menyebut adiknya Budak, namun Kinan tidak sempat menyemburkan kema
“Teh kotak, coklat trus apalagi ya…” Kinan sibuk memilih-milih snack dan memasukkannya ke dalam keranjang, “Mey, kamu mau beli apa?”“Kita nanti ketempat buah-buahan Kan Kak? aku mau beli anggur. Aduh, kakak dari tadi masukinnya cemilan melulu, gendut nanti!” cetus Limey ketika melihat betapa belanjaan mereka didominasi makanan kecil pilihan Kinan.“Ah, iya. Kamu kan suka anggur. Yok, sekarang aja, sekalian di kilo.” Kinan segera meraih lengan Limey dan menariknya menuju tempat buah-buahan, sepertinya tidak terlalu ambil pusing dengan komentar Limey yang sakartis.Ketika kedua anak itu sibuk memilih-milih anggur yang hendak mereka kilo di mesin khusus, mendadak terdengar suara ledakan tidak jauh dari tempat mereka. Keduanya kaget, tempat itu mengguncang, seperti gempa. Lalu, api mendadak menjilat-jilat pelataran supermarket tersebut. Suara-suara ribut mulai terdengar, bergegas orang-orang berlarian men
Limey menunjuk tangannya, “Belum yakin juga. tapi kita coba ke utara.”“Apa itu ke arah keluar? Bagaimana kamu tahu utara atau selatan?” tanya Kinan heran.Limey menghela napas, lalu berkata, “ Kita lihat sarang laba-laba saja.”“Kenapa dengan sarang laba-laba?”“Laba-laba suka membuat sarang menghadap selatan. Kita ambil arah sebaliknya.” Terang Limey kemudian.“Wow, aku baru tahu…” desis Kinan. Keduanya kemudian memandangi sekitar, mencari sarang laba-laba ditengah hutan dan rerumputan tinggi.Sekitar beberapa menit kemudian, mereka berhasil menemukan seekor laba-laba tengah berdiri dengan gagah ditengah sarang miliknya. Melihat hal tersebut, kemudian Kinan dan Limey mengambil arah sebaliknya dari arah sarang laba-laba itu.“Kamu yakin memilih utara, ad
LukaDua tahun yang laluAmon terbangun dalam kondisi tubuh terluka. Bebat di sekujur dada tampak memerah oleh lumuran darah yang masih merembes dari bakal luka. Lelaki itu melihat ke kiri dan ke kanan, sunyi. Sebuah ruangan yang terbuat dari gubuk dengan tempat tidur dari dipan dilapis kain lapisan jerami. Di samping tempat tidurnya ada jendela yang separuh terbuka, menampakkan latar belakang pemandangan sebuah hutan yang terlihat sedikit jauh. Lalu mendadak pintu di sampingnya terbuka. Kinan datang membawa nampan dan menahannya dengan sisi tangan ketika tangan lainnya membuka engsel pintu.Kinan terperangah menemukan gurunya duduk sambil menatap ke arah jendela luar yang setengah terbuka.“Guru! Padahal jendela sudah sengaja aku tutup agar tidak masuk angin yang terlalu kuat!” Kinan buru-buru meletakkan nampan di meja lantas dia berjalan memutar menutup jendela.Amo
Limey menjadi kelimpungan dan gelagapan. Dia tidak menyangka bahwa akan ada yang bertanya tentang Sion, rasa malunya langsung merebak tidak terkendali. Semua yang terjadi barusan seolah terpapar di depan mata, membuat Limey menelan ludah.Dengan gugup gadis itu mencoba mencari alasan, “Ah, dia tadi pergi ke hutan untuk mencari binatang buruan…” jawab Limey sekenanya.“Ah, omong-omong tentang binatang buruang, aku juga sudah lapar,” Bixi langsung memukul perutnya dan sadar bahwa dia belum makan dari tadi.“Bagaimana kalau aku pergi berburu kak!” tawar Gillian.“menarik, aku juga ikut, sudah lama aku tidak berburu, kita cari rusa yang besar dan kita panggang dagingnya. Aku jadi ingat makanan yang kau berikan padaku sebelum ini.”“Ayo kalau begitu!” Gilian langsung mengangguk, kedua lelaki itu segera turun menggunakan ilmu meringankan diri. Terdengar gelak tawa dari keduanya, terpantul
Setelah Siulan keras, sebuah suara menyentak memanggil nama Limey.“Mey!!”Mendengar namanya dipanggil, gadis itu memutar arah pandanganya ke asal suara. Dari arah utara, tidak terlalu jauh, dua orang lelaki tengah berjalan ke arahnya. Lelaki yang satu tengah menggendong seseorang di bahu, dan lelaki yang satu lagi dengan tidak sabar melentingkan tubuh untuk berlari secepatnya mendekati Limey.“mey!” panggilnya lagi setelah sampai dihadapan Limey.“Gillian?” Limey membelalakkan matanya ketika melihat Gillian datang.“Aku membawa seseorang untuk kau tolong, dia adik kelimaku!” seru Gillian sambil menunjuk ke arah Bixi yang datang. Bixi pun kemudian melompat dengan sangat cepat, sehingga Limey seolah melihat Bixi berjalan layaknya hantu.Bixi sampai di depan Limey dan kemudian membungkuk untuk meletakkan Amon yang berada di dalam panggulannya.“Dia butuh perawatan. Dan aku rasa kau o
Wajah Sion tampak mulai memerah, tubuhnya bergetar. Tampak uap-uap berwarna merah menguar dari sekujur tubuhnya. Sesuatu seolah menggeliat di dalam perutnya, memusar, berputar dan menyebar di dalam tubuh.Sion tahu sensasi apa itu. Itu adalah pembukaan level imdok. Biasanya, ketika seseorang telah mencapai batas imdoknya, tubuh akan membuka kunci imdok pada level selanjutnya. Selama ini Sion tidak pernah bisa naik level dari enam ke tujuh, seberat apapun dia berusaha. Level imdok hanya sampai pintu gerbang, dan Sion selalu tidak memiliki kunci untuk membuka pintu Imdok.beberapa kali lelaki itu mencoba membuka paksa Imdok level tujuh, namun berbeda dengan pembukaan paksa level imdok pertama dan kedua, imdok tingkat tinggi tidak bisa dipaksakan. gelombangnya amat dasyat, dan bisa saja menghancurkan orang yang mencoba paksa. aliran tenaga dalam pasti akan berbalik, lalu menghujam seluruh aliran darah sebelum meledak.Sion tidak pernah melihat orang yang meledak ka
Sekarang Limey menatap ke arah Sion, lalu dia bertanya, “Sion, menurutmu aneh tidak warna mataku?”Sion memperhatikan, “Kenapa? Matamu sangat indah menurutku, seperti warna langit.”Limey langsung menepuk dahinya sendiri. Sion selama ini buta, dia tidak pernah melihat warna mata orang lain, jadi baginya warna mata Limey itu biasa saja.“Kau pernah tidak bertemu orang yang bermata sama denganku?”Sion tercenung, lantas menggeleng, “Memang selama ini tidak ada yang memiliki warna mata sepertimu, tapi kurasa karena aku belum pernah bertemu dengan orang-orang yang bermata seperti itu.” jelas Sion.Limey menghela napas, “Kau tahu, di tempatku warna mata ini hanya salah satu warna mata lain. Ada yang memiliki mata berwarna hijau, cokelat, hitam seperti mata kalian semua.”“Oh…” Sion menanggapi dengan tenang, tidak
Kedua orang saudara seperguruan itu berlari, sebelum mengambil jeda untuk melompat. Tangan keduanya dihantamkan ke depan. Amon dengan pedang buntungnya, dan Gillian dengan tapak dewanya. Warna pedang Amon berpendar, warna tangan Gillian berubah biru. Mereka akan saling hantam, dan kemungkinan keduanya akan terluka parah.Dalam pandangan Amon, Gillian serupa monster yang tengah mengulurkan cakarnya ke arah Amon, hingga pemuda itu bersiap menyalurkan imdoknya pada pedang untuk saling berbenturan, dan kalau berhasil membelah sang monster.Bixi membuka mata, melihat semua yang terjadi, lantas dia bergerak, tubuhnya diangkat terbang seringan bulu. Penyatuan kepribadian Bixi kecil dan dirinya membuat Bixi akhirnya benar-benar menguasai jurus bidadari. Dengan lesatan luar biasa, dia berada di tengah keduanya yang siap beradu tenaga dalam. Bixi mengulurkan tangannya untuk menghantam sisi samping Gillian dan Amon secara bersama-sama.Amon dan
Bixi melompat ke luar dan berlari dari gerbang Air. Percuma bertahan disana, selama Bixi dewasa tertidur, Bixi kecil hanya bisa berusaha agar tubuh milik mereka bersama tidak sampai terluka. Aduh! Bixi kecil mengeluh, karena kesadaran dirinya yang lain masih tertidur, padahal dia tahu untuk mengatasi pertarungan tingkat tinggi, dia membutuhkan Bixi dewasa mengambil alih kesadaran. Tampaknya obat yang masuk ke dalam tubuh Bixi telah berhasil menidurkan Bixi, namun membangunkan Bixi yang lain.Di lain Sisi, Amon dalam kondisi kemarahan yang aneh mengejar Bixi. Tangannya memegang pedang buntung miliknya. Benda yang seperti pedang berkarat itu memiliki daya hancur luar biasa bila dipadukan dengan penggunaan imdok. Amon pun keluar dari pintu labirin dan mengejar sampai depan gerbang. Matanya seolah bersinar dan ada api di dalamya.Sebenarnya, Racun halusinogen dari serbuk-serbuk mawar sudah terhisap dan mengubah kesadaran Amon. Apa yang amon liha
Sion terperangah, dia memperhatikan wajah Limey baik-baik, kebingungan. “Kau bilang apa?”Limey mengulang ucapannya, “Aku akan menjadi penawarmu.” jawab Limey.Sion menunduk, mengepalkan genggamannya, buku-buku jarinya menengang. Lalu dengan setengah bergetar lelaki itu berkata, “Kau tahu apa yang kau katakan? Kau tahu efek dari yang kau katakan dari Mey?”Limey mengangguk. Sebenarnya tangan gadis itu sudah gemetaran, ketakutan melanda hatinya seperti badai, tapi dia mencoba tegar dan menyembunyikan perasaannya yang kacau. Namun seolah paham, Sion langsung mengambil tangan gadis itu, dan merasakan getaran pada tangan itu, “Lihat!” seru Sion, “Kau gemetar….”Limey buru-buru menarik tangannya kembali, lalu berkata cepat-cepat, “Aku bukan gemetar karena takut padamu….aku hanya tidak pernah melakukannya…”
Limey menghela napas, “Seperti yang tadi aku bilang. Bila kau yang terkena racun,maka yang harus meminum penawar ini adalah pihak perempuan, lalu kalian harus bercinta untuk memindahkan penawar itu ditubuhmu dan memusnahkannya.” wajah Limey sampai memerah ketika menjelaskan hal tersebut.Sion merasa kakinya mendadak lemas, dia langsung menjatuhkan diri pada salah satu kursi bambu ditempat itu. Wajahnya menjadi memerah karena malu mendengar penuturan Limey.“Kalau begitu berarti aku akan mati.” desis Sion dengan lemah.“Tidak, enggak bisa begitu! Aku akan membuatkan lagi pil dewa secepatnya, lalu kita akan cari lagi cara lain! Jangan putus asa!” seru LImey yang langsung mendekat ke arah Sion, berlutut di sisi lelaki itu sambil memegang lutut Sion.Sion menggeleng, “percuma Mey. Sudahlah, lupakan saja. Itu adalah obat terjahat yang pernah aku dengar….&rd