Beranda / Semua / Pendekar Lembah Iblis / Bab 1 Amon Pendekar Pelit dan Perhitungan

Share

Pendekar Lembah Iblis
Pendekar Lembah Iblis
Penulis: Langit Biru

Bab 1 Amon Pendekar Pelit dan Perhitungan

Penulis: Langit Biru
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-01 13:13:34

Amon mengerang dalam hati, Baginya kedua perempuan yang baru dipungutnya itu sekarang jadi hal yang menyulitkan untuknya. Pertama, keduanya tidak menghasilkan uang sama sekali—dan pastinya menghabiskan uang, bukannya mereka juga perlu makan dan Amonlah yang harus menanggung semuanya— kedua, cewek-cewek ini payah, lemah! Sampai rasanya Amon bisa saja melemparkan sebuah ranting pohon dan keduanya akan terjerembab jatuh akibat hantaman benda itu. Bayangkan, mereka berdua tidak memiliki Imdok, dan bagaimana dua orang gadis belia, yang terserak di belantara hutan ini tidak punya kemampuan membela diri?! Mereka ingin mati digilas perampok apa?! Atau mereka ingin menyediakan dirinya menjadi budak!

Amon sebenarnya berkali-kali menyesali menolong keduanya. Menjadi orang baik yang butuh uang itu repot!

Amon Cuma memandangi dua gadis belia itu yang berjalan di belakangnya, terseok-seok, lemas dan terlihat tidak bertenaga. Wajar saja, karena mereka sudah berjalan lebih dari dua hari, menyusuri hutan yang belum juga berhasil terlihat pangkal ujungnya.

Lemah, lemah…Aaaarg, kenapa pula dia membawa kedua perempuan itu bersamanya. Kenapa pula dia harus terjebak oleh si mata biru itu. rasanya Amon masih ingin memaki dirinya. “Laki-laki sejati tidak boleh mengingkari janji,” ucap si gadis mata biru itu ketika dia membuat perjanjian.

Amon tidak pernah menyangka bahwa dia bisa dipecundangi gadis kecil imut itu. lalu, terikat kontrak tidak tertulis dengan keduanya. Pengennya dia meninggalkan dua orang gadis itu, tapi tawaran dari si Mata Biru—salah satu dari gadis itu memiliki mata biru—membuatnya tergoda dan inilah. Dia terjebak dengan kedua gadis itu.

Amon berjalan, terhenti sejenak, dan kedua perempuan belia itu berhenti berbarengan. Si mata biru, yang bernama Li Mey memandang ke arah Amon, tanpa suara. Sedang kakaknya, Kinan memandang sekitar dengan dengus gelisah.

“Apa mereka masih mengejar?” tanya Kinan gelisah. Dia masih merasa takut, sampai sekarang juga buluk kuduk gadis itu tidak berhenti meremang. Begajul jahat, perampok kejam dan penculik wanita, mereka baru saja lolos dari orang-orang jenis itu, dan semua berkat pertolongan Amon—dan Amon selalu memanggil dirinya sendiri Tuan Amon.

Amon memandang ke arah Kinan, mendengus, merasa sebal sendiri. sebenarnya kedua gadis yang ditolongnya ini terlibat masalah pelik, dan dia dengan separuh hati—sesungguhnya Amon berharap ketika menolong keduanya dia akan mendapatkan hepeng (uang) dan keduanya. Tapi kenyataan yang diterimanya, kedua gadis belia ini tidak memiliki satupun uang untuk membayar jasanya.

“Tunggu di sini!” perintah Amon sambil berjalan sedikit menjauh. Pemuda itu memandang sekitaran. Hutan itu lebat, dedaunannya rimbun sehingga seperti saling merajut dan menutupi sinar matahari.

Lalu, setelah memperhitungkan dengan seksama, arah tiap-tiap pohon, Amon melompat dengan cara menjejak setiap batang pohong, melenting seringan monyet dan sudah berhasil sampai ke bagian pucuk pohon dan bertengger bagai tanpa gravitasi.

Wajah Kinan takjub. Biar pun dia telah melihat beberapa orang sebelumnya melenting dengan ringan ke atas pohon, tapi tetap saja hal tersebut menakjubkan. Sedang Limey, adiknya Cuma diam saja menunggu dan sepertinya pertunjukan ilmu meringankan tubuh tidak membuatnya lebih tertarik daripada memikirkan hamparan hutan dihadapannya dan warna langit yang mulai berwarna orange.

Amon kembali turun lagi. dia sudah mengukur dari jarak sekian ratus meter, dengan pandangannya. Dia tidak menemukan gerakan mencurigakan dari atas sana. Amon bisa memastikan para pengejar tidak dapat menemukan mereka yang sudah masuk ke dalam hutan.

Setelah kakinya berhasil menjejak tanah dengan ringan, pemuda dengan balutan perban yang menutupi hampir satu tangan kanannya itu segera memalingkan mata memandang ke arah satu orang yang bisa dijadikan kacungnya.

“Kamu-“ tunjuk Amon pada Limey, “Cari ranting, kita berkemah di sini, hari sudah beranjak gelap, dan berkeliaran tanpa tujuan Cuma membuat kita jadi makan malam hewan buas!”

Limey mengangguk, namun Kinan tampak tidak suka ketika Amon memanggil adiknya dengan kata ‘kamu’, wajahnya langsung memerah karena marah, “Jangan panggil dia kamu. Dia punya nama!” seru Kinan ketus.

“Diam bocah!” Amon menaikkan tangannya dengan dingin.

“Aku bukan bocah!” Kinan berkata lagi, sekarang suaranya ditinggikan. Limey segera menahan laju tubuh Kinan yang maju terbawa emosi. Perempuan berdarah panas itu hendak maju dan mencaci namun tindakannya terhenti karena sentuhan tangan Limey pada lengannya. Limey berputar, hendak berjalan, tapi Kinan sudah menangkap tangan adiknya.

“Kita cari bareng-bareng!” seru Kinan, gadis itu kemudian mensejajarkan jalannya di samping Limey.

“Kakak tinggal saja sama tuan.” Jawab Limey sambil melempar senyum mencoba menyembunyikan rasa lelahnya.

“Sejak kapan dia jadi tuanmu! Jangan pake kata-kata menjijikkan itu!” Kinan menjadi bergidik mendengar Limey menyebut Amon “tuan”. Amon yang mendengar langsung menatap ke arah Kinan. Niatnya untuk membaringkan badan urung mendengar ucapan Kinan.

“Bocah, apa aku harus mengajarimu sopan santun pada gurumu sendiri?!” Amon berkata dengan nada dingin dan tidak suka. pemuda itu menatap lekat dan melemparkan pandangan dingin pada Kinan.

“Apaan yang guru!” Kinan balik menatap Amon dengan garang.

“Kamu lupa tentang perjanjian kita kemarin kemarin bocah?” Amon membalas ucapan Kinan dengan lugas, tersenyum. “Kalian tidak punya uang, dan aku dengan

baik hati menolong kalian yang hampir—hm, diperkosa—dan si mata biru bilang, dia bersedia jadi kacung untukku, asal kau diajari ilmu silat. Rasanya, hal itu baru kemarin, dan tentunya masih segar dan terang benderang dalam ingatan kalian?”

Kinan terhendak, dan kemudian menyadari bahwa apa yang dikatakan Amon benar, namun harga dirinya menolak untuk menerima hal tersebut. Hampir saja dia menyemburkan sumpah serapah, namun Limey sudah menyentuh tangan Kinan lagi, dengan lebih keras. Kinan menghentikan ucapannya, lalu kemudian berputar membelakangi Amon, “Aku bantu cari ranting!” ucap Kinan menahan kesal.

Keduanya berjalan meninggalkan Amon. Amon menghempaskan tubuhnya di atas daun-daun kering. Rambutnya panjang dengan lengan kanan yang terbalut perban sampai ke ujung lengan. pedang buntungnya di letakkan di sisi pohon, benda itu unik,dengan ujung pengangan yang berbalut kain putih, dan ukurannya yang besar tapi ujungnnya terlihat potong dan tidak menjanjikan. Senjata kebanggaan Amon, dan termasuk barang paling langka di dunia ini.

Laki-laki tampan dengan mata sayu dan rambut berantakan itu sudah mulai merasa mengantuk. Pastinya dua gadis tadi akan segera kembali, kesempatannya untuk beristirahat Cuma ketika si cerewet Kinan tidak ada di tempat.

Pikiran pemuda itu berputar pada kejadian belum lama ini. dan kepalanya terasa senut senut menyesali keputusannya untuk menolong dua bocah itu. Inginnya dia menjual kedua gadis itu pada pedagang budak, tapi urung dia dia lakukan. Bahkan dalam pikirannya sendiri Amon sudah mengusir hal tersebut jauh-jauh. Dia memang mata duitan, tapi bukan orang jahat. Pekerjaannya sebagai pendekar bayaran malah membuat dia terjebak pada kedua perempuan itu, padahal Amon dengan sengaja menjaga jarak hubungan dengan manusia kecuali dalam hal bisnis. Baginya, melakukan perjalanan seorang diri jauh lebih bebas dan lebih aman dibandingkan dengan banyak orang.

Bab terkait

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 2 Dua Adik Kakak yang Misterius

    Limey, gadis cantik dengan mata biru dan rambut sebahu itu tampak memunguti ranting yang bertebaran di sekeliling hutan. Agar aman, Limey memilih mencari ranting tidak jauh dari tempat Amon istirahat.Limey tidak ingin mencari resiko seperti ketika tadi dia dan kakaknya diserang, belum lama ini mereka baru saja berhasil lolos, dan Limey tidak ingin kejar-kejaran dengan para penjahat melukai Kinan lagi. di tempat yang agak jauh, tampak Kinan membantunya dengan susah payah mengumpulkan ranting. Gadis itu harus terseok seok membungkuk, karena kakinya yang bengkak membuatnya kesulitan dalam memposisikan diri.“Kak, nggak usah bantu. Kakak masih sakit.” Cegah Limey ketika Kinan berusaha membantunya memunguti ranting.“Biar aja.” Jawab Kinan sambil tetap memunguti ranting. Dia mencoba menahan sakit yang mendera di kakinya.“Kak….” Limey memanggil lagi berusaha unt

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-01
  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 3 Musuh Dalam Kegelapan

    Amon mudah tertidur bila merasa enak, dan bagi pemuda itu pijitan Limey memabukkan dan bikin cepat tertidur. Melihat sang Tuan sombong tersebut tidur, Limey kini menggeser tubuhnya, pindah mendekati sang kakak.Api di dekat mereka meliuk-liuk dan memercikkan sekeping debu. Kinan duduk di satu akar yang menonjol keluar dari tanah. Wajahnya tampak kecewa dan hampa. Limey melemparkan potongan ranting ke dalam api.“Kenapa?” ucap Kinan dan kata-katanya mengambang. Limey menengok ke arah kakaknya, “Kenapa kita ada di sini? Kenapa harus kamu yang menerima penghinaan ini?!” suara Kinan tampak tidak berdaya, “Dan kenapa…kamu nggak membela diri?”“Kak..” Limey mendekat dan menyentuh pundak kakaknya perlahan, Kinan bergeming. Masih memandangi api yang meliuk-liuk indah. “Aku nggak apa-apa, sungguh. Nggak usah cemas…”“Bagaimana nggak cemas….kita bahkan tidak tahu kita seben

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-01
  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 4 Ramalan

    Dalam kondisi terikat, dan semua pengepung merasa menang, tampak seulas senyum terlintas di bibir Amon. Pemuda itu kemudian mengambil napas. Dan dengan satu suitan, pedang buntung di tangannya melesat ke atas, lepas dari lilitan benang tak terlihat. Pedang terhenti di udara, lalu menukik ke bawah dan siap menghantam tubuh Amon.Amon menarik napas kembali, sebelum membuat lesakan untuk melenting dengan tubuh penuh ikatan. Lima orang bercadar kaget karena tubuh mereka terbetot ke depan akibat gerakan Amon yang tiba-tiba.Kaki Amon bergerak, menendang ujung pedang buntungnya yang sudah siap sampai ke bawah. Pedang itu berubah arah akibat tendangan Amon, bergerak menyerang dengan cepat ke salah satu orang bercadar. Melihat kilau pedang yang melesat mengarah langsung, satu penyerang Amon panik.Dia segera memutar tangannya untuk menghalau pedang. Benang yang dipegangnya bergerak tidak teratur dan pegangan merenggang. Amon segera mengerahkan tenaga d

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-02
  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 5 Kunci Misterius

    Pak tua tersebut tersenyum, lalu kemudian menepis tangan Amon perlahan. Amon tersentak, dia merasakan ada desakan yang kuat yang membuat tangannya menjadi lemah dan tidak berdaya. Lalu Pak tua itu pergi.Amon berdiri diam, tangannya yang disentuh oleh pak tua itu terasa kesemutan. Itu, aliran tenaga dalam, imdok tingkat tinggi. Walau sekejab, tapi aliran itu mengacaukan pembuluh darah Amon. Amon terkesiap, orang tua itu ternyata bukan orang sembarang.Sial! Bahkan di desa kecil ini ada jagoan tak bernama. Sebaiknya aku harus segera bergegas keluar dari tempat ini. gumam Amon dalam hati. Setelahnya, pemuda itu segera menarik tangan Limey. “Kita segera bergegas pergi dari tempat ini!” serunya.Limey yang ditarik Amon tampak bingung, namun Amon sudah membetotnya menjauh dari keramaian. Kinan pun mengekori dari belakang. Sebenarnya kinan merasa kesal, terlebih tadi Amon sempat menyebut adiknya Budak, namun Kinan tidak sempat menyemburkan kema

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-02
  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 6 Kebakaran Besar

    “Teh kotak, coklat trus apalagi ya…” Kinan sibuk memilih-milih snack dan memasukkannya ke dalam keranjang, “Mey, kamu mau beli apa?”“Kita nanti ketempat buah-buahan Kan Kak? aku mau beli anggur. Aduh, kakak dari tadi masukinnya cemilan melulu, gendut nanti!” cetus Limey ketika melihat betapa belanjaan mereka didominasi makanan kecil pilihan Kinan.“Ah, iya. Kamu kan suka anggur. Yok, sekarang aja, sekalian di kilo.” Kinan segera meraih lengan Limey dan menariknya menuju tempat buah-buahan, sepertinya tidak terlalu ambil pusing dengan komentar Limey yang sakartis.Ketika kedua anak itu sibuk memilih-milih anggur yang hendak mereka kilo di mesin khusus, mendadak terdengar suara ledakan tidak jauh dari tempat mereka. Keduanya kaget, tempat itu mengguncang, seperti gempa. Lalu, api mendadak menjilat-jilat pelataran supermarket tersebut. Suara-suara ribut mulai terdengar, bergegas orang-orang berlarian men

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-03
  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 7 Bertemu Masalah

    Limey menunjuk tangannya, “Belum yakin juga. tapi kita coba ke utara.”“Apa itu ke arah keluar? Bagaimana kamu tahu utara atau selatan?” tanya Kinan heran.Limey menghela napas, lalu berkata, “ Kita lihat sarang laba-laba saja.”“Kenapa dengan sarang laba-laba?”“Laba-laba suka membuat sarang menghadap selatan. Kita ambil arah sebaliknya.” Terang Limey kemudian.“Wow, aku baru tahu…” desis Kinan. Keduanya kemudian memandangi sekitar, mencari sarang laba-laba ditengah hutan dan rerumputan tinggi.Sekitar beberapa menit kemudian, mereka berhasil menemukan seekor laba-laba tengah berdiri dengan gagah ditengah sarang miliknya. Melihat hal tersebut, kemudian Kinan dan Limey mengambil arah sebaliknya dari arah sarang laba-laba itu.“Kamu yakin memilih utara, ad

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08
  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 8 Bertemu Penolong

    Kinan merasa, kekuatannya tidak sanggup menyarangkan pukulan pada laki-laki berewok tersebut. Dan, tendangan terakhir dari laki-laki itu telak menghantam iga kiri Kinan, kontan tubuh Kinan terbanting ke samping sambil meringkuk kesakitan. Pukulan bagai beton raksasa tersebut memaksa Kinan terbaring dan melenguh kesakitan tanpa bisa kembali berdiri dengan benar.“Kak!!” Limey berlari memburu Kinan, memeriksa keadaan Kinan. Cidera dalam, agak memar, tapi tidak sampai pendarahan dalam.Berpikir….berpikir…segera berpikir! Limey memacu kerja otaknya, memikirkan cara agar lolos dari mulut buaya. Tapi, dengan keadaan Kinan yang terbaring tidak berdaya di tanah, Limey sudah tidak tahu lagi mesti bagaimana. Kini si brewok tersebut menghampiri Kinan yang masih meringkuk dan berusaha berdiri, tapi dengan kejam laki-laki itu menendang Kinan hingga jatuh tersungkur dan pingsan. Limey ingin menjerit, tapi matanya awas melihat 2 o

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08
  • Pendekar Lembah Iblis   BAB 9 Transaksi Menguntungkan

    “Hei—di dunia ini tidak ada yang gratis, Nona… lima ribu ditambah dua ribu, jadi tujuh ribu Zeni. Aku ingin uang kontan! Bagaimana?” jawab Amon masih tidak bergerak di tempat. Limey tidak sanggup lagi menahan Kinan yang terlihat kepayahan dengan napas menderu, Limey mengangguk, “Baik, aku bayar. Tapi tolong kakakku….” “Nah, begitu!!” seru Amon berseri yang langsung memegang tubuh Kinan yang hampir ambruk karena tidak kuat berdiri. “Dudukkan dia!” ucap Amon yang segera dipatuhi Limey. Kinan di dudukkan dan disandarkan pada sebatang pohon. Amon memeriksa luka Kinan dan terutama kakinya yang bengkak, biru dan patah. Beberapa saat kemudian meraba kaki Kinan dan menariknya sehingga Kinan menjerit. Terdengar bunyi krak! Amon mengangguk. “Tulangnya sudah tersambung lagi. tinggal pendarahan dalam saja. Dengan obat, memarnya akan hilang beberapa hari. Tapi….” Amon memeriksa nadi

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-24

Bab terbaru

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 106 Aku Miliknya

    LukaDua tahun yang laluAmon terbangun dalam kondisi tubuh terluka. Bebat di sekujur dada tampak memerah oleh lumuran darah yang masih merembes dari bakal luka. Lelaki itu melihat ke kiri dan ke kanan, sunyi. Sebuah ruangan yang terbuat dari gubuk dengan tempat tidur dari dipan dilapis kain lapisan jerami. Di samping tempat tidurnya ada jendela yang separuh terbuka, menampakkan latar belakang pemandangan sebuah hutan yang terlihat sedikit jauh. Lalu mendadak pintu di sampingnya terbuka. Kinan datang membawa nampan dan menahannya dengan sisi tangan ketika tangan lainnya membuka engsel pintu.Kinan terperangah menemukan gurunya duduk sambil menatap ke arah jendela luar yang setengah terbuka.“Guru! Padahal jendela sudah sengaja aku tutup agar tidak masuk angin yang terlalu kuat!” Kinan buru-buru meletakkan nampan di meja lantas dia berjalan memutar menutup jendela.Amo

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 105 Pertemuan Tak Terduga

    Limey menjadi kelimpungan dan gelagapan. Dia tidak menyangka bahwa akan ada yang bertanya tentang Sion, rasa malunya langsung merebak tidak terkendali. Semua yang terjadi barusan seolah terpapar di depan mata, membuat Limey menelan ludah.Dengan gugup gadis itu mencoba mencari alasan, “Ah, dia tadi pergi ke hutan untuk mencari binatang buruan…” jawab Limey sekenanya.“Ah, omong-omong tentang binatang buruang, aku juga sudah lapar,” Bixi langsung memukul perutnya dan sadar bahwa dia belum makan dari tadi.“Bagaimana kalau aku pergi berburu kak!” tawar Gillian.“menarik, aku juga ikut, sudah lama aku tidak berburu, kita cari rusa yang besar dan kita panggang dagingnya. Aku jadi ingat makanan yang kau berikan padaku sebelum ini.”“Ayo kalau begitu!” Gilian langsung mengangguk, kedua lelaki itu segera turun menggunakan ilmu meringankan diri. Terdengar gelak tawa dari keduanya, terpantul

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 104 Yang Terluka

    Setelah Siulan keras, sebuah suara menyentak memanggil nama Limey.“Mey!!”Mendengar namanya dipanggil, gadis itu memutar arah pandanganya ke asal suara. Dari arah utara, tidak terlalu jauh, dua orang lelaki tengah berjalan ke arahnya. Lelaki yang satu tengah menggendong seseorang di bahu, dan lelaki yang satu lagi dengan tidak sabar melentingkan tubuh untuk berlari secepatnya mendekati Limey.“mey!” panggilnya lagi setelah sampai dihadapan Limey.“Gillian?” Limey membelalakkan matanya ketika melihat Gillian datang.“Aku membawa seseorang untuk kau tolong, dia adik kelimaku!” seru Gillian sambil menunjuk ke arah Bixi yang datang. Bixi pun kemudian melompat dengan sangat cepat, sehingga Limey seolah melihat Bixi berjalan layaknya hantu.Bixi sampai di depan Limey dan kemudian membungkuk untuk meletakkan Amon yang berada di dalam panggulannya.“Dia butuh perawatan. Dan aku rasa kau o

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 103 Racun yang keluar

    Wajah Sion tampak mulai memerah, tubuhnya bergetar. Tampak uap-uap berwarna merah menguar dari sekujur tubuhnya. Sesuatu seolah menggeliat di dalam perutnya, memusar, berputar dan menyebar di dalam tubuh.Sion tahu sensasi apa itu. Itu adalah pembukaan level imdok. Biasanya, ketika seseorang telah mencapai batas imdoknya, tubuh akan membuka kunci imdok pada level selanjutnya. Selama ini Sion tidak pernah bisa naik level dari enam ke tujuh, seberat apapun dia berusaha. Level imdok hanya sampai pintu gerbang, dan Sion selalu tidak memiliki kunci untuk membuka pintu Imdok.beberapa kali lelaki itu mencoba membuka paksa Imdok level tujuh, namun berbeda dengan pembukaan paksa level imdok pertama dan kedua, imdok tingkat tinggi tidak bisa dipaksakan. gelombangnya amat dasyat, dan bisa saja menghancurkan orang yang mencoba paksa. aliran tenaga dalam pasti akan berbalik, lalu menghujam seluruh aliran darah sebelum meledak.Sion tidak pernah melihat orang yang meledak ka

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 103 penyatuan

    Sekarang Limey menatap ke arah Sion, lalu dia bertanya, “Sion, menurutmu aneh tidak warna mataku?”Sion memperhatikan, “Kenapa? Matamu sangat indah menurutku, seperti warna langit.”Limey langsung menepuk dahinya sendiri. Sion selama ini buta, dia tidak pernah melihat warna mata orang lain, jadi baginya warna mata Limey itu biasa saja.“Kau pernah tidak bertemu orang yang bermata sama denganku?”Sion tercenung, lantas menggeleng, “Memang selama ini tidak ada yang memiliki warna mata sepertimu, tapi kurasa karena aku belum pernah bertemu dengan orang-orang yang bermata seperti itu.” jelas Sion.Limey menghela napas, “Kau tahu, di tempatku warna mata ini hanya salah satu warna mata lain. Ada yang memiliki mata berwarna hijau, cokelat, hitam seperti mata kalian semua.”“Oh…” Sion menanggapi dengan tenang, tidak

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 102 Ayo Kita Menikah

    Kedua orang saudara seperguruan itu berlari, sebelum mengambil jeda untuk melompat. Tangan keduanya dihantamkan ke depan. Amon dengan pedang buntungnya, dan Gillian dengan tapak dewanya. Warna pedang Amon berpendar, warna tangan Gillian berubah biru. Mereka akan saling hantam, dan kemungkinan keduanya akan terluka parah.Dalam pandangan Amon, Gillian serupa monster yang tengah mengulurkan cakarnya ke arah Amon, hingga pemuda itu bersiap menyalurkan imdoknya pada pedang untuk saling berbenturan, dan kalau berhasil membelah sang monster.Bixi membuka mata, melihat semua yang terjadi, lantas dia bergerak, tubuhnya diangkat terbang seringan bulu. Penyatuan kepribadian Bixi kecil dan dirinya membuat Bixi akhirnya benar-benar menguasai jurus bidadari. Dengan lesatan luar biasa, dia berada di tengah keduanya yang siap beradu tenaga dalam. Bixi mengulurkan tangannya untuk menghantam sisi samping Gillian dan Amon secara bersama-sama.Amon dan

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 101 Menyatukan Kesadaran

    Bixi melompat ke luar dan berlari dari gerbang Air. Percuma bertahan disana, selama Bixi dewasa tertidur, Bixi kecil hanya bisa berusaha agar tubuh milik mereka bersama tidak sampai terluka. Aduh! Bixi kecil mengeluh, karena kesadaran dirinya yang lain masih tertidur, padahal dia tahu untuk mengatasi pertarungan tingkat tinggi, dia membutuhkan Bixi dewasa mengambil alih kesadaran. Tampaknya obat yang masuk ke dalam tubuh Bixi telah berhasil menidurkan Bixi, namun membangunkan Bixi yang lain.Di lain Sisi, Amon dalam kondisi kemarahan yang aneh mengejar Bixi. Tangannya memegang pedang buntung miliknya. Benda yang seperti pedang berkarat itu memiliki daya hancur luar biasa bila dipadukan dengan penggunaan imdok. Amon pun keluar dari pintu labirin dan mengejar sampai depan gerbang. Matanya seolah bersinar dan ada api di dalamya.Sebenarnya, Racun halusinogen dari serbuk-serbuk mawar sudah terhisap dan mengubah kesadaran Amon. Apa yang amon liha

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 100 Menawarkan Racun

    Sion terperangah, dia memperhatikan wajah Limey baik-baik, kebingungan. “Kau bilang apa?”Limey mengulang ucapannya, “Aku akan menjadi penawarmu.” jawab Limey.Sion menunduk, mengepalkan genggamannya, buku-buku jarinya menengang. Lalu dengan setengah bergetar lelaki itu berkata, “Kau tahu apa yang kau katakan? Kau tahu efek dari yang kau katakan dari Mey?”Limey mengangguk. Sebenarnya tangan gadis itu sudah gemetaran, ketakutan melanda hatinya seperti badai, tapi dia mencoba tegar dan menyembunyikan perasaannya yang kacau. Namun seolah paham, Sion langsung mengambil tangan gadis itu, dan merasakan getaran pada tangan itu, “Lihat!” seru Sion, “Kau gemetar….”Limey buru-buru menarik tangannya kembali, lalu berkata cepat-cepat, “Aku bukan gemetar karena takut padamu….aku hanya tidak pernah melakukannya…”

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 99 Pengorbanan

    Limey menghela napas, “Seperti yang tadi aku bilang. Bila kau yang terkena racun,maka yang harus meminum penawar ini adalah pihak perempuan, lalu kalian harus bercinta untuk memindahkan penawar itu ditubuhmu dan memusnahkannya.” wajah Limey sampai memerah ketika menjelaskan hal tersebut.Sion merasa kakinya mendadak lemas, dia langsung menjatuhkan diri pada salah satu kursi bambu ditempat itu. Wajahnya menjadi memerah karena malu mendengar penuturan Limey.“Kalau begitu berarti aku akan mati.” desis Sion dengan lemah.“Tidak, enggak bisa begitu! Aku akan membuatkan lagi pil dewa secepatnya, lalu kita akan cari lagi cara lain! Jangan putus asa!” seru LImey yang langsung mendekat ke arah Sion, berlutut di sisi lelaki itu sambil memegang lutut Sion.Sion menggeleng, “percuma Mey. Sudahlah, lupakan saja. Itu adalah obat terjahat yang pernah aku dengar….&rd

DMCA.com Protection Status