Beranda / Semua / Pendekar Lembah Iblis / Bab 3 Musuh Dalam Kegelapan

Share

Bab 3 Musuh Dalam Kegelapan

Penulis: Langit Biru
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-01 13:17:20

Amon mudah tertidur bila merasa enak, dan bagi pemuda itu pijitan Limey memabukkan dan bikin cepat tertidur. Melihat sang Tuan sombong tersebut tidur, Limey kini menggeser tubuhnya, pindah mendekati sang kakak. 

Api di dekat mereka meliuk-liuk dan memercikkan sekeping debu. Kinan duduk di satu akar yang menonjol keluar dari tanah. Wajahnya tampak kecewa dan hampa. Limey melemparkan potongan ranting ke dalam api.

“Kenapa?” ucap Kinan dan kata-katanya mengambang. Limey menengok ke arah kakaknya, “Kenapa kita ada di sini? Kenapa harus kamu yang menerima penghinaan ini?!” suara Kinan tampak tidak berdaya, “Dan kenapa…kamu nggak membela diri?”

“Kak..” Limey mendekat dan menyentuh pundak kakaknya perlahan, Kinan bergeming. Masih memandangi api yang meliuk-liuk indah. “Aku nggak apa-apa, sungguh. Nggak usah cemas…”

“Bagaimana nggak cemas….kita bahkan tidak tahu kita sebenarnya ada dimana dan kamu, malah merelakan diri kamu jadi pesuruh pendekar pelit itu. rasanya, dunia seperti terbalik dimataku!” Kinan memandang adiknya kini, matanya sudah seperti kaca.

Limey duduk, menghela napas. “Kakak, kakak masih ingat waktu umurku 7 tahun. Waktu itu ada penculik yang hendak menculikku, kakak ingat. Karena sekolah kita sama, karena kita pulangnya sama, makanya penculiknya juga menculik kakak. Waktu itu kita berusaha bertahan, padahal kita berdua bisa saja hampir mati di bunuh penculik. Kakak terus menenangkan, kakak terus mencari upaya, sampai kakak terluka…iya kan?” Limey memandang ke arah Lea, tersenyum.

“Ingat, tapi bagian yang terlukanya salah…” Kinan menunduk, “kamu yang terluka paling parah. Bahkan hampir mati…” desis gadis itu.

“Masa? Aku lupa masalah itu…” Limey memandang Kinan heran, “Yang aku ingat kakak menolongku, melindungi aku…”

Kinan berusaha tersenyum, “Habis, kamu mendadak mendorong tubuhku yang hampir di hantam kaki penculik, lalu badan kamu kena pecahan kaca, pendarahan. Di samping ginjal. Hampir mati…waktu itu darah melulu.” Sekarang Kinan memandang ke adiknya tepat pada mata Limey yang biru. “Waktu itu aku nangis terus, kamu krisis, enggak tahu selamat atau nggak, aku berdoa, kalau adikku selamat, aku janji…aku akan melindunginya…”

“Ada kejadian yang seperti itu ya?” Limey bertanya kaget.

“Kamu mungkin nggak ingat Mey, tapi aku…” Kinan tidak melanjutkan kata-katanya. Dia ingat, saat itu dia masuk ke dalam ruangan tempat adiknya dirawat, melihat adiknya terbaring dengan selang di tangan. Di pegang tangan adiknya dan bersumpah, akan menjadi kuat untuk melindungi Limey. “Itu adalah masa yang krisis sekali…”

Limey tersenyum, “Benar, itu masa yang krisis sekali, dan sekarang kita menghadapinya, lagi. tapi, sekarang berbeda. kita bukan lagi anak-anak seperti dulu, kita sudah dewasa. Maka kita hadapi masalah ini dengan otak kita, untuk bertahan hidup.”

Bertahan hidup?! Apakah bertahan hidup dengan cara seperti ini, menempel pada orang pelit bin kikir seperti Amon itu? Kinan memandang ke arah Limey. Matanya seolah mau protes, tapi tidak mampu. Limey seperti paham, lalu mata birunya membulat, dan Limey kemudian menggenggam tangan kakaknya, “Maka itu, percaya padaku kak.” 

Amon menggeliat di tempatnya, matanya terbuka sebelah, dipandangi tangan Limey yang memegang tangan Kinan. Kembali menutup matanya dengan tenang. Liukan api dan gemeritik ranting yang terbakar mengisi kesunyian di tempat itu.

**

Amon membuka matanya cepat, desingan angin di sekitarnya yang berbeda membuat pemuda itu menjadi waspada. Cepat-cepat dia berdiri, meraih pedang buntungnya yang bersender disampingnya. Desisan angin makin keras. Lalu Amon melenting cepat di dekat Kinan dan Limey, tangannya berputar cepat. Ketika pusaran tangannya terhenti, di sarung pedangnya tertancap lima senjata berupa pisau kecil, Kinan dan Limey terperangah. Amon membuka tangannya seolah menghalangi kedua perempuan di belakangnya bergerak maju.

“Kalian berlindung!” seru Amon sambil memasang kuda-kuda pertahanan, pedang buntungnya kini sudah diayunkan ke depan sebagai tanda siaga. 

Mendadak dari atas pohon melompat lima orang dengan cadar hitam. Kelimanya seperti melingkari Amon yang melindungi Kinan dan Limey dengan punggungnya. Tangan Amon bergerak memberi isyarat, agar dua kakak beradik tersebut berpindah ke belakang pohon untuk berlindung. Limey menangkap isyarat tersebut, memegang tangan Kinan dan memberi isyarat dengan mata. Keduanya segera memutar tubuhnya perlahan dan berjalan pelan-pelan mendekat ke pohon dan segera berlindung dibaliknya

“Ternyata Kalian lagi….!” sentak Amon, berusaha mengalihkan perhatian.

“Kita bertemu lagi!” seru satu orang bercadar yang paling pinggir.

“Kalian mengejarku sampai sini, heh?” Amon mengawasi sambil mengukur kemampuan para pengepungnya.

“Kamu kira, kami bisa lupa wajah pembunuh teman kami?” satu orang yang bercadar di sisi tengah berteriak sambil menunjuk ke arah Amon dengan parangnya.

“Jadi brewok-brewok itu teman-teman kalian?” tanya Amon santai tapi tetap awas. Belum lama ini dia mendapat upah untuk membasmi para begal di sebuah desa, dan mereka terkenal sebagai begal berewok, karena anggotanya semua memiliki cambang menakutkan.

“Jangan belagak lupa!” kini yang tengah dan bercadar berteriak, “Kamu membunuh teman kami di Desa Nusa dua!”

Tuh, benar! seru hati Amon. Ternyata mereka begajul kawan para begal berewok. Ternyata masih tersisa komplotan mereka. Ini kesempatan bagus untuk melibas semuanya biar tidak jadi kerak masalah nanti. Pikir pemuda berambut panjang tersebut.

“Ah, aku ingat!” cetus Amon dengan nada suara riang yang menyebalkan, “Kalian para perampok di desa Nusa Dua. Kehormatan besar buatku sampai kalian mengejarku ke sini….ck-ck-ck!” nada Suara Amon penuh ejekan.

“Berengsek! Terima pembalasan kami, dan menyesallah di akherat!” seru satu orang yang paling pinggir, tampaknya napasnya sudah memburu karena menahan amarah. Orang tersebut meloncat ke depan, tangannya mencabut pedang secepat kilat. Pedang tersebut berkilau dan sabetannya menimbulkan efek kilat dan udara yang mengeras. Amon menahan napas, prana disalurkan dipedangnya. Pedang Amon yang buntung lepas dari sarungnya. Keduanya saling menghantamkan pedang. Percikan api akibat tenaga dalam membuat keduanya mundur.

Empat orang sisanya mendadak menyebar. Lalu dibalik kegelapan ke empat orang itu mengeluarkan benang yang sudah dikeraskan dengan tenaga dalam. keempatnya melemparkan benang secara bersama-sama ke arah Amon. Seperti sihir, benang segera berputar di tubuh Amon dan langsung menjerat pemuda tersebut. Amon yang semula hendak bergerak kaget karena ada sesuatu yang mendadak melilit tangan dan tubuhnya hingga sulit bergerak. Satu orang yang menyerangnya tadi mundur dan kemudian melempar sesuatu pada Amon.  

“Bentuk formasi!” salah satu orang bercadar berteriak. Kelimanya bergerak membentuk bintang, mengelilingi Amon yang terjerat benang tersebut. Amon terkunci. Kinan dan Limey yang bersembunyi di balik pohon terlihat kebingungan melihat Amon sama sekali tidak menggerakkan tangannya dan tampak bergoyang-goyang kepayahan.

“Dia kenapa?” tanya Kinan heran, “Bukannya menghajar para begajul itu, malah diam begitu!!”

“Kayaknya ada sesuatu yang membuat Amon tidak bisa bergerak.” Ucap Limey sambil tetap mengawasi pertempuran.

“Berputar!!!” seru satu orang bercadar memberi komando. Ke lima orang tersebut berputar dengan melompat-lompat di udara. Di kegelapan malam, benang melilit Amon makin kuat, membuat pemuda tersebut merintih karena ikatan yang mengikis kulit-kulitnya dengan sangat keras. Amon berada di ujung tanduk

Bab terkait

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 4 Ramalan

    Dalam kondisi terikat, dan semua pengepung merasa menang, tampak seulas senyum terlintas di bibir Amon. Pemuda itu kemudian mengambil napas. Dan dengan satu suitan, pedang buntung di tangannya melesat ke atas, lepas dari lilitan benang tak terlihat. Pedang terhenti di udara, lalu menukik ke bawah dan siap menghantam tubuh Amon.Amon menarik napas kembali, sebelum membuat lesakan untuk melenting dengan tubuh penuh ikatan. Lima orang bercadar kaget karena tubuh mereka terbetot ke depan akibat gerakan Amon yang tiba-tiba.Kaki Amon bergerak, menendang ujung pedang buntungnya yang sudah siap sampai ke bawah. Pedang itu berubah arah akibat tendangan Amon, bergerak menyerang dengan cepat ke salah satu orang bercadar. Melihat kilau pedang yang melesat mengarah langsung, satu penyerang Amon panik.Dia segera memutar tangannya untuk menghalau pedang. Benang yang dipegangnya bergerak tidak teratur dan pegangan merenggang. Amon segera mengerahkan tenaga d

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-02
  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 5 Kunci Misterius

    Pak tua tersebut tersenyum, lalu kemudian menepis tangan Amon perlahan. Amon tersentak, dia merasakan ada desakan yang kuat yang membuat tangannya menjadi lemah dan tidak berdaya. Lalu Pak tua itu pergi.Amon berdiri diam, tangannya yang disentuh oleh pak tua itu terasa kesemutan. Itu, aliran tenaga dalam, imdok tingkat tinggi. Walau sekejab, tapi aliran itu mengacaukan pembuluh darah Amon. Amon terkesiap, orang tua itu ternyata bukan orang sembarang.Sial! Bahkan di desa kecil ini ada jagoan tak bernama. Sebaiknya aku harus segera bergegas keluar dari tempat ini. gumam Amon dalam hati. Setelahnya, pemuda itu segera menarik tangan Limey. “Kita segera bergegas pergi dari tempat ini!” serunya.Limey yang ditarik Amon tampak bingung, namun Amon sudah membetotnya menjauh dari keramaian. Kinan pun mengekori dari belakang. Sebenarnya kinan merasa kesal, terlebih tadi Amon sempat menyebut adiknya Budak, namun Kinan tidak sempat menyemburkan kema

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-02
  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 6 Kebakaran Besar

    “Teh kotak, coklat trus apalagi ya…” Kinan sibuk memilih-milih snack dan memasukkannya ke dalam keranjang, “Mey, kamu mau beli apa?”“Kita nanti ketempat buah-buahan Kan Kak? aku mau beli anggur. Aduh, kakak dari tadi masukinnya cemilan melulu, gendut nanti!” cetus Limey ketika melihat betapa belanjaan mereka didominasi makanan kecil pilihan Kinan.“Ah, iya. Kamu kan suka anggur. Yok, sekarang aja, sekalian di kilo.” Kinan segera meraih lengan Limey dan menariknya menuju tempat buah-buahan, sepertinya tidak terlalu ambil pusing dengan komentar Limey yang sakartis.Ketika kedua anak itu sibuk memilih-milih anggur yang hendak mereka kilo di mesin khusus, mendadak terdengar suara ledakan tidak jauh dari tempat mereka. Keduanya kaget, tempat itu mengguncang, seperti gempa. Lalu, api mendadak menjilat-jilat pelataran supermarket tersebut. Suara-suara ribut mulai terdengar, bergegas orang-orang berlarian men

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-03
  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 7 Bertemu Masalah

    Limey menunjuk tangannya, “Belum yakin juga. tapi kita coba ke utara.”“Apa itu ke arah keluar? Bagaimana kamu tahu utara atau selatan?” tanya Kinan heran.Limey menghela napas, lalu berkata, “ Kita lihat sarang laba-laba saja.”“Kenapa dengan sarang laba-laba?”“Laba-laba suka membuat sarang menghadap selatan. Kita ambil arah sebaliknya.” Terang Limey kemudian.“Wow, aku baru tahu…” desis Kinan. Keduanya kemudian memandangi sekitar, mencari sarang laba-laba ditengah hutan dan rerumputan tinggi.Sekitar beberapa menit kemudian, mereka berhasil menemukan seekor laba-laba tengah berdiri dengan gagah ditengah sarang miliknya. Melihat hal tersebut, kemudian Kinan dan Limey mengambil arah sebaliknya dari arah sarang laba-laba itu.“Kamu yakin memilih utara, ad

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08
  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 8 Bertemu Penolong

    Kinan merasa, kekuatannya tidak sanggup menyarangkan pukulan pada laki-laki berewok tersebut. Dan, tendangan terakhir dari laki-laki itu telak menghantam iga kiri Kinan, kontan tubuh Kinan terbanting ke samping sambil meringkuk kesakitan. Pukulan bagai beton raksasa tersebut memaksa Kinan terbaring dan melenguh kesakitan tanpa bisa kembali berdiri dengan benar.“Kak!!” Limey berlari memburu Kinan, memeriksa keadaan Kinan. Cidera dalam, agak memar, tapi tidak sampai pendarahan dalam.Berpikir….berpikir…segera berpikir! Limey memacu kerja otaknya, memikirkan cara agar lolos dari mulut buaya. Tapi, dengan keadaan Kinan yang terbaring tidak berdaya di tanah, Limey sudah tidak tahu lagi mesti bagaimana. Kini si brewok tersebut menghampiri Kinan yang masih meringkuk dan berusaha berdiri, tapi dengan kejam laki-laki itu menendang Kinan hingga jatuh tersungkur dan pingsan. Limey ingin menjerit, tapi matanya awas melihat 2 o

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08
  • Pendekar Lembah Iblis   BAB 9 Transaksi Menguntungkan

    “Hei—di dunia ini tidak ada yang gratis, Nona… lima ribu ditambah dua ribu, jadi tujuh ribu Zeni. Aku ingin uang kontan! Bagaimana?” jawab Amon masih tidak bergerak di tempat. Limey tidak sanggup lagi menahan Kinan yang terlihat kepayahan dengan napas menderu, Limey mengangguk, “Baik, aku bayar. Tapi tolong kakakku….” “Nah, begitu!!” seru Amon berseri yang langsung memegang tubuh Kinan yang hampir ambruk karena tidak kuat berdiri. “Dudukkan dia!” ucap Amon yang segera dipatuhi Limey. Kinan di dudukkan dan disandarkan pada sebatang pohon. Amon memeriksa luka Kinan dan terutama kakinya yang bengkak, biru dan patah. Beberapa saat kemudian meraba kaki Kinan dan menariknya sehingga Kinan menjerit. Terdengar bunyi krak! Amon mengangguk. “Tulangnya sudah tersambung lagi. tinggal pendarahan dalam saja. Dengan obat, memarnya akan hilang beberapa hari. Tapi….” Amon memeriksa nadi

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-24
  • Pendekar Lembah Iblis   BAB 10 Hubungan Tuan dan Pelayan

    Limey tersenyum, “Saya tahu, maka itu saya akan membayarnya dengan sesuatu yang jauh lebih menguntungkan buat anda?” tawar gadis bermata biru itu. Amon tersenyum, agak mengejek, “Apa? kamu akan membayar dengan tubuhmu?” tanya Amon setengah mengejek. “Kau!!” Kinan hampir berdiri, tapi Limey yang ada di dekatnya mencegah dengan gerakan tangannya. “Jangan halangi aku Mei, dia sudah bicara kurang ajar sama kamu!!” “KAK!” mendadak Limey menyebut kata kakak yang membuat gerakan Kinan lagi-lagi terkunci. “tapi Mei….” Limey mengeleng, “Tenang…..” ucapnya perlahan. Amon memperhatian hal tersebut, tersenyum. Hebat juga, pikir Amon. Ketenangan Limey ketika diejek tidak menghilangkan kewarasan otaknya. Amon semakin tertarik dengan kedua bersaudari tersebut. “Memangnya kau mau membayarku dengan apa?” tanya Amon lagi dengan angkuh.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-24
  • Pendekar Lembah Iblis   BAB 11 Hari Yang Panjang

    “Salah satu pulau di wilayah sini.” Jawab Kinan segera. Mendadak Amon menghentikan lagi langkahnya, dan kemudian memutar tubuhnya kembali menghadap ke arah dua saudara tersebut, matanya menyipit tidak suka. “Kamu anggap aku bodoh ya? Mau coba-coba berbohong padaku!” Amon mendelik, “sekedar pemberitahuan, itu—“ tunjuk Amon pada mata Limey, Limey mengerutkan keningnya, bingung. “Memangnya ada manusia yang punya mata berwarna seperti itu? Apa kalian monster, atau jangan-jangan penghuni hutan ini?” Kinan tidak suka sebutan terakhir yang diucapkan Amon, dia merasa sebutan itu seakan mengejek tentang Limey. Limey menghela napas, “Apa benar tidak pernah ada orang yang bermata sepertiku?” tanyanya dengan heran. “Begitulah…” Limey melirik ke arah Kinan sekilas, lalu tersenyum simpul, “Mungkin tuan benar, saya adalah siluman yang tersesat di hutan ini.” &n

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-24

Bab terbaru

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 106 Aku Miliknya

    LukaDua tahun yang laluAmon terbangun dalam kondisi tubuh terluka. Bebat di sekujur dada tampak memerah oleh lumuran darah yang masih merembes dari bakal luka. Lelaki itu melihat ke kiri dan ke kanan, sunyi. Sebuah ruangan yang terbuat dari gubuk dengan tempat tidur dari dipan dilapis kain lapisan jerami. Di samping tempat tidurnya ada jendela yang separuh terbuka, menampakkan latar belakang pemandangan sebuah hutan yang terlihat sedikit jauh. Lalu mendadak pintu di sampingnya terbuka. Kinan datang membawa nampan dan menahannya dengan sisi tangan ketika tangan lainnya membuka engsel pintu.Kinan terperangah menemukan gurunya duduk sambil menatap ke arah jendela luar yang setengah terbuka.“Guru! Padahal jendela sudah sengaja aku tutup agar tidak masuk angin yang terlalu kuat!” Kinan buru-buru meletakkan nampan di meja lantas dia berjalan memutar menutup jendela.Amo

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 105 Pertemuan Tak Terduga

    Limey menjadi kelimpungan dan gelagapan. Dia tidak menyangka bahwa akan ada yang bertanya tentang Sion, rasa malunya langsung merebak tidak terkendali. Semua yang terjadi barusan seolah terpapar di depan mata, membuat Limey menelan ludah.Dengan gugup gadis itu mencoba mencari alasan, “Ah, dia tadi pergi ke hutan untuk mencari binatang buruan…” jawab Limey sekenanya.“Ah, omong-omong tentang binatang buruang, aku juga sudah lapar,” Bixi langsung memukul perutnya dan sadar bahwa dia belum makan dari tadi.“Bagaimana kalau aku pergi berburu kak!” tawar Gillian.“menarik, aku juga ikut, sudah lama aku tidak berburu, kita cari rusa yang besar dan kita panggang dagingnya. Aku jadi ingat makanan yang kau berikan padaku sebelum ini.”“Ayo kalau begitu!” Gilian langsung mengangguk, kedua lelaki itu segera turun menggunakan ilmu meringankan diri. Terdengar gelak tawa dari keduanya, terpantul

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 104 Yang Terluka

    Setelah Siulan keras, sebuah suara menyentak memanggil nama Limey.“Mey!!”Mendengar namanya dipanggil, gadis itu memutar arah pandanganya ke asal suara. Dari arah utara, tidak terlalu jauh, dua orang lelaki tengah berjalan ke arahnya. Lelaki yang satu tengah menggendong seseorang di bahu, dan lelaki yang satu lagi dengan tidak sabar melentingkan tubuh untuk berlari secepatnya mendekati Limey.“mey!” panggilnya lagi setelah sampai dihadapan Limey.“Gillian?” Limey membelalakkan matanya ketika melihat Gillian datang.“Aku membawa seseorang untuk kau tolong, dia adik kelimaku!” seru Gillian sambil menunjuk ke arah Bixi yang datang. Bixi pun kemudian melompat dengan sangat cepat, sehingga Limey seolah melihat Bixi berjalan layaknya hantu.Bixi sampai di depan Limey dan kemudian membungkuk untuk meletakkan Amon yang berada di dalam panggulannya.“Dia butuh perawatan. Dan aku rasa kau o

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 103 Racun yang keluar

    Wajah Sion tampak mulai memerah, tubuhnya bergetar. Tampak uap-uap berwarna merah menguar dari sekujur tubuhnya. Sesuatu seolah menggeliat di dalam perutnya, memusar, berputar dan menyebar di dalam tubuh.Sion tahu sensasi apa itu. Itu adalah pembukaan level imdok. Biasanya, ketika seseorang telah mencapai batas imdoknya, tubuh akan membuka kunci imdok pada level selanjutnya. Selama ini Sion tidak pernah bisa naik level dari enam ke tujuh, seberat apapun dia berusaha. Level imdok hanya sampai pintu gerbang, dan Sion selalu tidak memiliki kunci untuk membuka pintu Imdok.beberapa kali lelaki itu mencoba membuka paksa Imdok level tujuh, namun berbeda dengan pembukaan paksa level imdok pertama dan kedua, imdok tingkat tinggi tidak bisa dipaksakan. gelombangnya amat dasyat, dan bisa saja menghancurkan orang yang mencoba paksa. aliran tenaga dalam pasti akan berbalik, lalu menghujam seluruh aliran darah sebelum meledak.Sion tidak pernah melihat orang yang meledak ka

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 103 penyatuan

    Sekarang Limey menatap ke arah Sion, lalu dia bertanya, “Sion, menurutmu aneh tidak warna mataku?”Sion memperhatikan, “Kenapa? Matamu sangat indah menurutku, seperti warna langit.”Limey langsung menepuk dahinya sendiri. Sion selama ini buta, dia tidak pernah melihat warna mata orang lain, jadi baginya warna mata Limey itu biasa saja.“Kau pernah tidak bertemu orang yang bermata sama denganku?”Sion tercenung, lantas menggeleng, “Memang selama ini tidak ada yang memiliki warna mata sepertimu, tapi kurasa karena aku belum pernah bertemu dengan orang-orang yang bermata seperti itu.” jelas Sion.Limey menghela napas, “Kau tahu, di tempatku warna mata ini hanya salah satu warna mata lain. Ada yang memiliki mata berwarna hijau, cokelat, hitam seperti mata kalian semua.”“Oh…” Sion menanggapi dengan tenang, tidak

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 102 Ayo Kita Menikah

    Kedua orang saudara seperguruan itu berlari, sebelum mengambil jeda untuk melompat. Tangan keduanya dihantamkan ke depan. Amon dengan pedang buntungnya, dan Gillian dengan tapak dewanya. Warna pedang Amon berpendar, warna tangan Gillian berubah biru. Mereka akan saling hantam, dan kemungkinan keduanya akan terluka parah.Dalam pandangan Amon, Gillian serupa monster yang tengah mengulurkan cakarnya ke arah Amon, hingga pemuda itu bersiap menyalurkan imdoknya pada pedang untuk saling berbenturan, dan kalau berhasil membelah sang monster.Bixi membuka mata, melihat semua yang terjadi, lantas dia bergerak, tubuhnya diangkat terbang seringan bulu. Penyatuan kepribadian Bixi kecil dan dirinya membuat Bixi akhirnya benar-benar menguasai jurus bidadari. Dengan lesatan luar biasa, dia berada di tengah keduanya yang siap beradu tenaga dalam. Bixi mengulurkan tangannya untuk menghantam sisi samping Gillian dan Amon secara bersama-sama.Amon dan

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 101 Menyatukan Kesadaran

    Bixi melompat ke luar dan berlari dari gerbang Air. Percuma bertahan disana, selama Bixi dewasa tertidur, Bixi kecil hanya bisa berusaha agar tubuh milik mereka bersama tidak sampai terluka. Aduh! Bixi kecil mengeluh, karena kesadaran dirinya yang lain masih tertidur, padahal dia tahu untuk mengatasi pertarungan tingkat tinggi, dia membutuhkan Bixi dewasa mengambil alih kesadaran. Tampaknya obat yang masuk ke dalam tubuh Bixi telah berhasil menidurkan Bixi, namun membangunkan Bixi yang lain.Di lain Sisi, Amon dalam kondisi kemarahan yang aneh mengejar Bixi. Tangannya memegang pedang buntung miliknya. Benda yang seperti pedang berkarat itu memiliki daya hancur luar biasa bila dipadukan dengan penggunaan imdok. Amon pun keluar dari pintu labirin dan mengejar sampai depan gerbang. Matanya seolah bersinar dan ada api di dalamya.Sebenarnya, Racun halusinogen dari serbuk-serbuk mawar sudah terhisap dan mengubah kesadaran Amon. Apa yang amon liha

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 100 Menawarkan Racun

    Sion terperangah, dia memperhatikan wajah Limey baik-baik, kebingungan. “Kau bilang apa?”Limey mengulang ucapannya, “Aku akan menjadi penawarmu.” jawab Limey.Sion menunduk, mengepalkan genggamannya, buku-buku jarinya menengang. Lalu dengan setengah bergetar lelaki itu berkata, “Kau tahu apa yang kau katakan? Kau tahu efek dari yang kau katakan dari Mey?”Limey mengangguk. Sebenarnya tangan gadis itu sudah gemetaran, ketakutan melanda hatinya seperti badai, tapi dia mencoba tegar dan menyembunyikan perasaannya yang kacau. Namun seolah paham, Sion langsung mengambil tangan gadis itu, dan merasakan getaran pada tangan itu, “Lihat!” seru Sion, “Kau gemetar….”Limey buru-buru menarik tangannya kembali, lalu berkata cepat-cepat, “Aku bukan gemetar karena takut padamu….aku hanya tidak pernah melakukannya…”

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 99 Pengorbanan

    Limey menghela napas, “Seperti yang tadi aku bilang. Bila kau yang terkena racun,maka yang harus meminum penawar ini adalah pihak perempuan, lalu kalian harus bercinta untuk memindahkan penawar itu ditubuhmu dan memusnahkannya.” wajah Limey sampai memerah ketika menjelaskan hal tersebut.Sion merasa kakinya mendadak lemas, dia langsung menjatuhkan diri pada salah satu kursi bambu ditempat itu. Wajahnya menjadi memerah karena malu mendengar penuturan Limey.“Kalau begitu berarti aku akan mati.” desis Sion dengan lemah.“Tidak, enggak bisa begitu! Aku akan membuatkan lagi pil dewa secepatnya, lalu kita akan cari lagi cara lain! Jangan putus asa!” seru LImey yang langsung mendekat ke arah Sion, berlutut di sisi lelaki itu sambil memegang lutut Sion.Sion menggeleng, “percuma Mey. Sudahlah, lupakan saja. Itu adalah obat terjahat yang pernah aku dengar….&rd

DMCA.com Protection Status