Beranda / Pendekar / Pendekar Kujang Emas / 533. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

Share

533. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

Penulis: Ramdani Abdul
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-17 23:55:39

“Kekuatan yang menghalanginya menghilang?” Sekar Sari tiba-tiba terdiam. Secercah cahaya mendadak menerangi pikirannya yang buntu. Ia seketika ingat saat berada dalam penjara Nyi Genit di mana saat itu ia berhasil keluar dari penjara dengan bantuan kendi pengisap.

“Apa cara itu akan berhasil?” Sekar Sari mengambil kendi dari balik punggungnya, mendadak ragu. “Bukan saatnya aku ragu. Aku harus mencobanya.”

Sekar Sari mengembus napas panjang, mendekatkan tutup kendi ke gulungan. Saat ia membuka penutupnya, secara tiba-tiba jeratan rantai terlihat di balik gulungan yang kosong. Rantai-rantai itu muncul dari gulungan, tertarik ke arah kendi dengan cepat.

Sekar Sari menahan kendi sekuat mungkin. Tarikan kendi membuat beberapa kotak dan lembaran gulungan tertarik ke arahnya. Gadis itu segera melemparkan kedua bagian selendangnya ke arah dua batu runcing untuk menguatkan tubuhnya.

Rantai-rantai dari dalam gulungan terus terisap sepenuhnya. Di saat yang sama, tarikan kendi bertambah kuat dan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kujang Emas   534. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    “Raka, Sekar Sari sudah berhasil mengetahui kelemahan dari siluman raksasa bernama Jurig Lolong. Kelemahan mereka berada di kedua mata mereka. Jika kita berhasil melukai kedua mata mereka di saat bersamaan, mereka akan melemah dan berhenti selama satu menit. Dan untuk mengalahkan mereka, kita harus melukai ketiga jantung mereka yang berada di dada bagian kiri, kanan dan juga di balik punggung,” terang Ganawirya.“Jurig Lolong. Jadi, siluman yang kita hadapi di Lebak Angin saat itu hanyalah sebagian kecil dari kekuatan siluman raksasa itu. Baiklah, aku akan segera menyampaikan hal ini pada para pendekar di medan pertempuran. Keadaan mereka semakin terdesak dari waktu ke waktu. Sayangnya, semua tiruanku di medan pertempuran sudah menghilang. Aku tidak memiliki cara lain selain menuju ke sana. Kendi pengisap itu tidak akan terus melemah jika digunakan secara terus-menerus.”Limbur Kancana menoleh ke arah retakan di dinding gua. “Apa mungkin Sekar Sari pergi ke tempat ini? Apa yang dia re

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Pendekar Kujang Emas   535. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    “Apa pun yang kau lakukan sekarang tidak akan berguna, pendekar bodoh!” cibir Wulung dengan tatapan bengis penuh merendahkan pada Wirayuda. Pecutnya sudah diselimuti api berkobar hingga keadaan sekeliling menjadi terang. “Nyawamu sebentar lagi akan berpisah dari ragamu. Aku akan mencincangmu hingga menjadi beberapa potongan.”“Menyerahlah agar kematianmu dan pasukanmu bisa sedikit lebih ringan,” timpal Brajawesi dengan kapak merah yang membesar dan berputar-putar di atas tangannya.“Tidak ada yang bisa kalian lakukan selain menangis. Memohon sampai menangis darah sekalipun, aku tidak akan melepaskan kalian.” Bangasera sudah bersiap membidik anak panahnya. “Anak panahku akan menghanguskan kalian semua hingga menjadi debu.”“Jangan keras kepala! Apa pun yang kalian lakukan tidak akan mengubah apa pun.” Argaseni melemparkan tongkat berkepala ularnya yang bergerak mengelilingi para pendekar yang sudah tidak berdaya.Kartasura hanya diam dengan tatapan bengis. Pasukan kelelawarnya sudah be

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-21
  • Pendekar Kujang Emas   536. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    “Apa pun yang kalian lakukan, kalian tidak akan bisa selamat!” Wulung tertawa menggelegar hingga angin berembus kencang. “Kau hanya berbicara omong kosong!” cibir Barajawesi. Kelima anggota Cakar Setan yang lain, keempat Jurig Lolong, Wintara dan Nilasari melesatkan serangan dalam waktu bersamaan. Para petinggi golongan putih dan para pendekar menatap serangan-serangan yang datang dengan mata membulat lebar. Serangan-serangan itu seperti titik-titik cahaya yang semakin membesar dari waktu ke waktu. Meski kesempatan untuk selamat terbilang kecil, tetapi mereka tidak ingin mati tanpa melakukan perlawanan. Serangan-serangan balasan dari para pendekar bermunculan untuk menghadang serangan lawan. Meski demikian, serangan mereka tidaklah sebanding dengan serangan yang datang. Di saat itulah, Limbur Kancan muncul dan langsung membuat kubah untuk melindungi para pendekar. Di saat yang sama, kubah-kubah lain bermunculan dari atas untuk memenjarakan anggota Cakar Setan, Wintara, Nilasari dan

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-21
  • Pendekar Kujang Emas   537. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    “Apa yang terjadi?” Brajawesi, Bangasera, Argaseni, Kartasura, Wintara dan Nilasari terkena jebakan kubah milik Limbur Kancana, kecuali Wulung yang berhasil selamat di saat-saat terakhir. Ukuran tubuh pendekar berkulit legam itu membantunya menghindar hingga kubah hanya meluncur ke tanah kosong yang tadi dipijaknya. “Terkutuk!” Brajawesi menebas kubah dengan kapak sekuat mungkin. Kubah bergetar hingga retak di beberapa bagian, tetapi keadaannya kembali ke keadaan semula. “Kubah merah ini berasal dari kekuatan Limbur Kancana.” Brajawesi tidak bisa melihat keadaan di luar yang tertutup oleh asap tebal. Ia segera berjongkok untuk menghimpun kekuatan. Kapak merahnya tiba-tiba bersinar dan membesar seiring waktu. Argaseni memelotot tajam ketika menyadari dirinya terkurung. Ia segera melesatkan serangan dengan memutar tongkatnya ke sekeliling kubah. Timbul retakan dan lubang kecil, tetapi keadaan kubah kembali seperti sedia kala. “Ternyata kau sudah muncul Limbur Kancana. Kubah sialanmu

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-23
  • Pendekar Kujang Emas   537. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Kubah pelindung terus diserang oleh Wulung dengan membabi buta. Keadaan di dalam kubah menjadi panas karena kobaran api yang semakin membesar dan juga bergetar sebab guncangan kuat. Meski demikian, para pendekar tetap berada di tempat, tidak gentar sekalipun.“Bersiaplah.” Limbur Kancana menghilangkan kubah pelindung di saat Wulung akan melesatkan pecut kembali. Kedua kakinya mengentak tanah kuat-kuat hingga berlubang. Tubuhnya meluncur ke atas dengan sangat cepat. Di saat yang sama, ia merapalkan jurus auman harimau putih.Dua ekor harimau putih berukuran besar tiba-tiba muncul dan mengaum dengan keras. Limbur Kancana melompat ke tubuh dua harimau itu, memanggil kujang miliknya. Ia melesatkan serangan ayunan kujang bersamaan dengan serangan auman harimau menuju dada Wulung.Wulung berhasil terdorong mundur selangkah karena tidak menduga akan datangnya serangan. Dadanya terasa sesak hingga ia harus mengalirkan kekuatan untuk menutup lukanya. “Terkutuk!”Wulung memutar pecutnya di atas

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-23
  • Pendekar Kujang Emas   538. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Serangan para pendekar golongan putih berhasil melukai mata keempat Jurig Lolong. Darah memancar deras bersamaan dengan tubuh keempat siluman itu yang mendadak bergetar hebat dari atas hingga bawah. Suara teriakan mereka menggelegar hingga mengembus angin kencang dan menerjang ke arah para pendekar. Lambat laun tubuh keempat siluman itu mulai diam seperti batu.“Lakukan sekarang!” Wirayuda berteriak seraya mengacungkan pedang ke atas. Ia mendarat di tanah dan segera mengeluarkan kendi yang diberikan oleh Limbur Kancana saat berada di dalam kubah tadi.Para petinggi golongan putih segera mengirimkan tenaga mereka pada Wirayuda di mana para pendekar berkurumunan dan ikut mengirimkan kekuatan mereka dair bekalang. Ketika tutup kendi dibuka, seketika saja tarikan kuat mengarah pada empat Jurig Lolong.Wulung yang masih bertarung dengan Limbur Kancana terkejut ketika melihat keempat Jurig Lolog tiba-tiba tidak bergerak di mana tubuh mereka mulai tertarik ke arah kendi. “Apa yang terjadi? A

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-24
  • Pendekar Kujang Emas   539. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Wulung tiba-tiba terdorong selangkah ketika pecut apinya tiba-tiba terputus. Begitu mendongak ke atas, ia mendapati sebuah kubah berukuran besar langsung mengurungnya. Begitu mendongak, ia mendapati Limbur Kancana berada di pusat kubah.“Terkutuk! Aku lengah!” Wulung segera melesatkan pecut apinya ke seluruh bagian kubah. Api mulai menyelimuti sekeliling, memaksa menghancurkan kubah. Keempat anggota Cakar Setan, Wintara dan Nilasari tertawa mengejek ketika melihat Wulung juga ikut terkurung. Mereka kembali memusatkan seluruh pikiran dan kekuatan untuk keluar dari kurungan.Dengan tidak adanya Wulung, para pendekar bisa kembali menarik keempat Jurig Lolong yang tersisa tanpa hambatan, kecuali kekuatan mereka yang semakin melemah.“Kaki dan tangan keempat siluman itu mulai bisa bergerak!” teriak Kolot Raga.Para pendekar mengerahkan kekuatan penuh. Keempat Jurig Lolong berhasil tertarik hingga jarak mereka dengan kubah semakin menipis. Melihat hal itu, Limbur Kancana segera melesat me

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-24
  • Pendekar Kujang Emas   540. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Lingga terpental ke belakang setelah serangannya menumbuk dengan serangan tiruan Kartasura. Pertarungan mereka sudah berlangsung cukup lama, bahkan lebih lama dibanding pertarungannya dengan Ki Petot dan Wira. Setiap kali Lingga akan mengalahkan tiruan Kartasura, bayangan peristiwa saat pertarungan di Ledok Beurit lima tahun lalu tiba-tiba muncul.Lingga mengendalikan napas yang sudah terengah-engah. Tatapannya tertuju pada tiruan Kartasura yag tersenyum merendahkan ke arahnya. Bayangan saat bertarung dengan pendekar itu, disusul bayangan keadaan Ki Petot yang terluka parah lima tahun lalu lagi-lagi bermunculan hingga membuatnya melangkah mundur.Tiruan Kartasura tertawa meremahkan. “Karena kaulah Aji Panday meninggal, Lingga. Kalau saja kau tidak muncul dan menghalangiku untuk mengambil kujang emas, pasti tua bangka itu masih tetap hidup sampai sekarang. Kau adalah pembunuh! Kau adalah pembunuh!”Lingga merasakan sekujur tubuhnya bergetar hebat. Tan

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-26

Bab terbaru

  • Pendekar Kujang Emas   676. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Panji Laksana dan Saraswati seketika berdiri dan membungkuk hormat ketika melihat kemunculan Tarusbawa. Lingga berdiri di belakang Tarusbawa, mengamati Ganawirya, Limbur Kancana, Sekar Sari, dan dua sosok asing yang membungkuk hormat pada Tarusbawa. “Siapa mereka? Aku baru pertama kali bertemu dengan mereka. Mereka terlihat kuat.” Panji Laksana dan Saraswati kembali berdiri tegak, menoleh pada Lingga. Keduanya saling melirik sesaat, memberi salam penghormatan untuk Lingga. “Aku Panji Laksana. Aku merasa bangga bisa bertemu dengan pemuda pewaris kujang emas,” ujar Panji Laksana. Saraswati menunduk malu, menyembunyikan pipinya yang memerah. “Pemuda itu memang sangat tampan sesuai dengan perkataan orang-orang,” gumamnya. Saraswati berdeham saat Panji Laksana menyikutnya. “Aku Saraswati. Aku juga merasa bangga bisa bertemu denganmu.” Lingga membalas salam dua saudara kembar itu. “Namaku Lingga. Senang bertemu dengan kalian. Aku harap kita bisa berteman dengan baik.” Sekar

  • Pendekar Kujang Emas   675. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Lingga segera mendekati Tarusbawa. “Guru, apa kau baik-baik saja?” Tarusbawa seketika berjongkok, menahan rasa panas dan sesak yang semakin menjalar di dadanya. Ia sontak terdiam saat mendengarkan ucapan seseorang. Sebuah cahaya merah seketika terlihat di dada Tarusbawa, bergerak beberapa kali. “Guru.” Lingga mengamati cahaya itu saksama, melompat mundur saat cahaya itu keluar dari dada Tarusbawa. “Cahaya merah apa itu?” Cahaya itu mengelilingi Lingga selama beberapa kali, terbang ke langit, kemudian perlahan turun hingga berhadapan dengan Lingga. Tak lama setelahnya, cahaya itu berubah menjadi sosok Prabu Nilakendra. “Prabu.” Lingga segera memberikan salam penghormatan. “Kau sudah menunjukkan perjuangan hingga sampai di titik ini. Dengan munculnya mustika merah ini dari Tarusbawa, maka waktu ujianmu akan segera dimulai,” ujar Prabu Nilakendra sembari menunjukkan sebuah benda bulat bercahaya merah di tangannya. “Waktu ujianku sudah dimulai?” “Aku ingin mengingatkanm

  • Pendekar Kujang Emas   674. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Baik, Guru.” Sekar Sari mengangguk.“Indra, antarkan Panji Laksana ke ruangan kalian. Dia juga akan tinggal bersamamu dan yang lain mulai sekarang,” ujar Ganawirya.Panji Laksana mengikuti Indra. Kedua pemuda itu menghilang saat melewati beberapa gubuk. Suasana masih terasa canggung, apalagi bagi Sekar Sari dan Saraswati yang saling mengamati satu sama lain.Sekar Sari dan Saraswati berjalan menuju gubuk para wanita, sedangkan Meswara, Jaka, dan Arya masih berada di depan gubuk saat Ganawirya memberi perintah pada mereka.Sekar Sari melirik Saraswati berkali-kali. Kepalanya penuh dengan pertanyaan saat ini. “Hanya dengan melihat matanya saja, dia pastilah gadis yang sangat cantik. Aku melihat Kakang Indra dan yang lain juga terpana saat melihatnya.”Saraswati mengamati keadaan sekeliling. “Padepokan ini sangat tenang dan menyenangkan. Aku menyukai tempat ini.”Sekar Sari berhenti di depan sebuah gubuk, menaiki undakan tangga kecil, membuka pintu. “Ini adalah gubuk tempat tinggalku. A

  • Pendekar Kujang Emas   673. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Panji Laksana mengangguk. “Aki kami, Sanjaya, memerintahkan kami berdua untuk menemui kalian bertiga atau salah satu dari kalian bertiga. Aki ingin memberi tahukan soal keberadaannya pada kalian. Beberapa bulan lalu setelah kami melihat dan merasakan kekuatan pusaka kujang emas, Aki mengingat semua kembali ingatannya yang telah hilang.”“Bangkitnya pusaka kujang emas terjadi untuk ketiga kalinya. Terakhir kali saat kami, pasukan pendekar golongan putih, melawan dua siluman kembar dan para pendekar golongan hitam. Lingga mengurung mereka di Jaya Tonggoh,” ujar Tarusbawa. Panji Laksana memberikan sebuah pisau pada Tarusbawa. “Aki memerintahkan kami untuk memberikan pisau ini pada pemuda pewaris kujang emas. Pisau itu adalah kunci untuk memasuki Nusa Larang, tempat di mana Aki dan kami berada selama ini. Saat pisau itu bersinar, maka saat itulah waktu yang tepat bagi si pewaris kujang emas untuk menemui Aki.”Tarusbawa mengambil pisau itu, mengamati saksama. “Lingga sedang berlatih saat

  • Pendekar Kujang Emas   672. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Atap-atap gubuk mulai terlihat saat Panji Laksana dan Saraswati keluar dari kungkungan pohon. Mereka melihat sebuah ari terjun dan sungai yang mengalir jernih. Begitu memasuki padepokan, mereka mendapati beberapa murid dan tabib yang tampak hilir mudik.Panji Laksana dan Saraswati mengamati keadaan sekeliling. Beberapa murid melihat kedatangan mereka dengan tatapan bertanya-tanya, saling berbisik-bisik.“Aku sudah lama tidak melihat sebuah padepokan, Kakang.” Saraswati tersenyum saat melihat beberapa gadis tampak berbondong-bondong menuju sebuah tepat.“Kau tampaknya menyukai tempat ini, Saraswati.” Panji Laksana mengamati beberapa pemuda seusianya yang beriringan menuju arah utara.“Tentu saja aku menyuai tempat ini, kakang. Sejak kecil, kita hidup bersama Aki di tempat rahasia yang tidak dimasuki oleh orang-orang. Kita hanya bisa melihat mereka dari jarak jauh. Aku sejujurnya ingin seperti gadis lainnya.”“Semua yang Aki perintahkan semata-mata untuk melindungi kita, Saraswati.”“Ak

  • Pendekar Kujang Emas   671. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Ganawirya menoleh pada Jaka sesaat. “Jaka, kau dan yang lain harus ikut bersama kami ke sisi Lebak Angin. Aku dan Raka Limbur Kancana akan menunggu kalian di sana.”Jaka mengangguk meski masih bingung dengan keadaan yang terjadi. “Aku mengerti, Guru. Aku dan yang lain akan segera pergi secepatnya.”Ganawirya dan Limbur Kancana segera menghilang dari gubuk.Jaka bergegas keluar dari gubuk, mengamati keadaan sekeliling. Ia melompat ke atap gubuk, bersiul beberapa kali.Sekar Sari berhenti meramu obat sesaat, menoleh saat melihat beberapa bayangan berkelebat sangat cepat di langit. “Aku melihat Kakang Indra dan Kakang Meswara berlari menuju gubuk Guru. Apa sudah terjadi sesuatu?”Sekar Sari berlari menuju luar gubuk setelah menyimpan ramuan ke lemari. Gadis itu terdiam saat melihat Indra dan yang lain bergerak sangat cepat. “Sepertinya memang sudah terjadi sesuatu. Tapi, kenapa mereka tidak memberi tahuku?”Sekar Sari bergegas menuju gubuk Ganawirya, mengintip keadaan di dalam ruangan me

  • Pendekar Kujang Emas   670. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Kalian bukankah anggota rombongan pengantar bahan baku dan makanan ke Lebak Angin. Kalian adalah pendekar,” ujar si pemimpin pendekar. Panji Laksana dan Saraswati turun dari kuda, mengamati para pendekar yang masih mengelilingi mereka. “Katakan siapa kalian dan tujuan kalian. Jika kalian tetap tutup mulut, kami akan bertindak kasar pada kalian!”“Tunggu, Kisanak. Kami memang bukanlah anggota rombongan, tetapi kami bukanlah orang jahat. Kami ingin pergi ke Lebak Angin untuk bertemu dengan pendekar bernama Ganawirya. Kami memiliki pesan penting,” kata Panji Laksana. “Kalian masih belum menjawab pertanyaan kami. Siapa kalian?”“Aku Panji Laksana dan gadis ini adalah adik kembarku, Saraswati. Kami berasal dari wilayah yang bernama Nusa Larang.” “Nusa Larang?” Para pendekar saling bertatapan sesaat, berbisik-bisik. “Periksa mereka sekarang juga!”Satu pendekar pria segera memeriksa Panji Laksana, dan seorang pendekar wanita bergegas mendekati Sarawati. Keduanya melakukan pemeriksaan

  • Pendekar Kujang Emas   669. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Langit tampak sangat cerah. Kawanan burung bergerak ke arah timur. Angin berembus ke sekeliling, menggoyangkan dedaunan ke kiri dan kanan. Beberapa tupai terlihat berada di sebuah dahan pohon, mengamati seorang pemuda yang tengah duduk di atas sebuah batu.Pemuda itu tidak lain adalah Lingga. Tak lama setelah tiba di tempat ini, ia segera berlatih. Tarusbawa memperhatikannya dari puncak pohon, tidak berkata apa pun.Lingga tiba-tiba melompat ke langit, melakukan gerakan pemanggil kujang emas. Begitu pusaka itu muncul dan berada di tangannya, beberapa hewan dengan segera menjauh.Lingga mendarat di sungai, mengambang di atas aliran air yang tenang. Begitu matanya terbuka, kakinya mengentak air dan melesat ke arah depan. Air seketika memercik ke sekeliling. Pemuda itu menggerakkan kujang ke kiri dan kanan.Tarusbawa duduk bersila, memejamkan mata, berusaha menghubungi sosok pendekar Sayap Putih bernama Sanjaya. Akan tetapi, ia masih belum bisa terhubung dengan temannya.Matahari terus b

  • Pendekar Kujang Emas   668. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Sanjaya,” ujar Tarusbawa yang kemudian termenung agak lama.Tarusbawa berdiri dari semedinya, mengamati keadaan ruangan yang temaram. Langit tampak gelap di mana cahaya bulan terhalang oleh awan hitam.Api obor bergerak-gerak saat Tarusbawa meninggalkan ruangan. Pendekar itu menuruni tangga kayu, berdiri di tengah-tengah tanah lapang. Saat mendongak ke langit, awan-awan hitam bergerak menjauh hingga bulan nyaris sempurna terlihat.Angin berembus ke sekeliling, menggoyangkan dedaunan ke kiri dan kanan.“Aku merasakan kekuatan Sanjaya. Dia kemungkinan sudah terlepas dari jurus Aji Panday sehingga bisa mengingat jelas semua kejadian yang lalu. Aku harus segera bertemu dengannya.”“Tidak. Ini bukan waktu yang tepat.” Tarusbawa mengepal tangan erat-erat, menyentuh dadanya. “Lingga harus lulus dari ujian lebih dahulu sebelum aku dan dia bertemu dengan Sanjaya. Dengan merasakan kekuatannya, aku bisa tahu jika Sanjaya masih hidup di suatu tempat.”Tarusbawa mengentak kedua kaki kuat-kuat, me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status