“Kekuatan yang menghalanginya menghilang?” Sekar Sari tiba-tiba terdiam. Secercah cahaya mendadak menerangi pikirannya yang buntu. Ia seketika ingat saat berada dalam penjara Nyi Genit di mana saat itu ia berhasil keluar dari penjara dengan bantuan kendi pengisap.“Apa cara itu akan berhasil?” Sekar Sari mengambil kendi dari balik punggungnya, mendadak ragu. “Bukan saatnya aku ragu. Aku harus mencobanya.”Sekar Sari mengembus napas panjang, mendekatkan tutup kendi ke gulungan. Saat ia membuka penutupnya, secara tiba-tiba jeratan rantai terlihat di balik gulungan yang kosong. Rantai-rantai itu muncul dari gulungan, tertarik ke arah kendi dengan cepat.Sekar Sari menahan kendi sekuat mungkin. Tarikan kendi membuat beberapa kotak dan lembaran gulungan tertarik ke arahnya. Gadis itu segera melemparkan kedua bagian selendangnya ke arah dua batu runcing untuk menguatkan tubuhnya.Rantai-rantai dari dalam gulungan terus terisap sepenuhnya. Di saat yang sama, tarikan kendi bertambah kuat dan
“Raka, Sekar Sari sudah berhasil mengetahui kelemahan dari siluman raksasa bernama Jurig Lolong. Kelemahan mereka berada di kedua mata mereka. Jika kita berhasil melukai kedua mata mereka di saat bersamaan, mereka akan melemah dan berhenti selama satu menit. Dan untuk mengalahkan mereka, kita harus melukai ketiga jantung mereka yang berada di dada bagian kiri, kanan dan juga di balik punggung,” terang Ganawirya.“Jurig Lolong. Jadi, siluman yang kita hadapi di Lebak Angin saat itu hanyalah sebagian kecil dari kekuatan siluman raksasa itu. Baiklah, aku akan segera menyampaikan hal ini pada para pendekar di medan pertempuran. Keadaan mereka semakin terdesak dari waktu ke waktu. Sayangnya, semua tiruanku di medan pertempuran sudah menghilang. Aku tidak memiliki cara lain selain menuju ke sana. Kendi pengisap itu tidak akan terus melemah jika digunakan secara terus-menerus.”Limbur Kancana menoleh ke arah retakan di dinding gua. “Apa mungkin Sekar Sari pergi ke tempat ini? Apa yang dia re
“Apa pun yang kau lakukan sekarang tidak akan berguna, pendekar bodoh!” cibir Wulung dengan tatapan bengis penuh merendahkan pada Wirayuda. Pecutnya sudah diselimuti api berkobar hingga keadaan sekeliling menjadi terang. “Nyawamu sebentar lagi akan berpisah dari ragamu. Aku akan mencincangmu hingga menjadi beberapa potongan.”“Menyerahlah agar kematianmu dan pasukanmu bisa sedikit lebih ringan,” timpal Brajawesi dengan kapak merah yang membesar dan berputar-putar di atas tangannya.“Tidak ada yang bisa kalian lakukan selain menangis. Memohon sampai menangis darah sekalipun, aku tidak akan melepaskan kalian.” Bangasera sudah bersiap membidik anak panahnya. “Anak panahku akan menghanguskan kalian semua hingga menjadi debu.”“Jangan keras kepala! Apa pun yang kalian lakukan tidak akan mengubah apa pun.” Argaseni melemparkan tongkat berkepala ularnya yang bergerak mengelilingi para pendekar yang sudah tidak berdaya.Kartasura hanya diam dengan tatapan bengis. Pasukan kelelawarnya sudah be
“Apa pun yang kalian lakukan, kalian tidak akan bisa selamat!” Wulung tertawa menggelegar hingga angin berembus kencang. “Kau hanya berbicara omong kosong!” cibir Barajawesi. Kelima anggota Cakar Setan yang lain, keempat Jurig Lolong, Wintara dan Nilasari melesatkan serangan dalam waktu bersamaan. Para petinggi golongan putih dan para pendekar menatap serangan-serangan yang datang dengan mata membulat lebar. Serangan-serangan itu seperti titik-titik cahaya yang semakin membesar dari waktu ke waktu. Meski kesempatan untuk selamat terbilang kecil, tetapi mereka tidak ingin mati tanpa melakukan perlawanan. Serangan-serangan balasan dari para pendekar bermunculan untuk menghadang serangan lawan. Meski demikian, serangan mereka tidaklah sebanding dengan serangan yang datang. Di saat itulah, Limbur Kancan muncul dan langsung membuat kubah untuk melindungi para pendekar. Di saat yang sama, kubah-kubah lain bermunculan dari atas untuk memenjarakan anggota Cakar Setan, Wintara, Nilasari dan
“Apa yang terjadi?” Brajawesi, Bangasera, Argaseni, Kartasura, Wintara dan Nilasari terkena jebakan kubah milik Limbur Kancana, kecuali Wulung yang berhasil selamat di saat-saat terakhir. Ukuran tubuh pendekar berkulit legam itu membantunya menghindar hingga kubah hanya meluncur ke tanah kosong yang tadi dipijaknya. “Terkutuk!” Brajawesi menebas kubah dengan kapak sekuat mungkin. Kubah bergetar hingga retak di beberapa bagian, tetapi keadaannya kembali ke keadaan semula. “Kubah merah ini berasal dari kekuatan Limbur Kancana.” Brajawesi tidak bisa melihat keadaan di luar yang tertutup oleh asap tebal. Ia segera berjongkok untuk menghimpun kekuatan. Kapak merahnya tiba-tiba bersinar dan membesar seiring waktu. Argaseni memelotot tajam ketika menyadari dirinya terkurung. Ia segera melesatkan serangan dengan memutar tongkatnya ke sekeliling kubah. Timbul retakan dan lubang kecil, tetapi keadaan kubah kembali seperti sedia kala. “Ternyata kau sudah muncul Limbur Kancana. Kubah sialanmu
Kubah pelindung terus diserang oleh Wulung dengan membabi buta. Keadaan di dalam kubah menjadi panas karena kobaran api yang semakin membesar dan juga bergetar sebab guncangan kuat. Meski demikian, para pendekar tetap berada di tempat, tidak gentar sekalipun.“Bersiaplah.” Limbur Kancana menghilangkan kubah pelindung di saat Wulung akan melesatkan pecut kembali. Kedua kakinya mengentak tanah kuat-kuat hingga berlubang. Tubuhnya meluncur ke atas dengan sangat cepat. Di saat yang sama, ia merapalkan jurus auman harimau putih.Dua ekor harimau putih berukuran besar tiba-tiba muncul dan mengaum dengan keras. Limbur Kancana melompat ke tubuh dua harimau itu, memanggil kujang miliknya. Ia melesatkan serangan ayunan kujang bersamaan dengan serangan auman harimau menuju dada Wulung.Wulung berhasil terdorong mundur selangkah karena tidak menduga akan datangnya serangan. Dadanya terasa sesak hingga ia harus mengalirkan kekuatan untuk menutup lukanya. “Terkutuk!”Wulung memutar pecutnya di atas
Serangan para pendekar golongan putih berhasil melukai mata keempat Jurig Lolong. Darah memancar deras bersamaan dengan tubuh keempat siluman itu yang mendadak bergetar hebat dari atas hingga bawah. Suara teriakan mereka menggelegar hingga mengembus angin kencang dan menerjang ke arah para pendekar. Lambat laun tubuh keempat siluman itu mulai diam seperti batu.“Lakukan sekarang!” Wirayuda berteriak seraya mengacungkan pedang ke atas. Ia mendarat di tanah dan segera mengeluarkan kendi yang diberikan oleh Limbur Kancana saat berada di dalam kubah tadi.Para petinggi golongan putih segera mengirimkan tenaga mereka pada Wirayuda di mana para pendekar berkurumunan dan ikut mengirimkan kekuatan mereka dair bekalang. Ketika tutup kendi dibuka, seketika saja tarikan kuat mengarah pada empat Jurig Lolong.Wulung yang masih bertarung dengan Limbur Kancana terkejut ketika melihat keempat Jurig Lolog tiba-tiba tidak bergerak di mana tubuh mereka mulai tertarik ke arah kendi. “Apa yang terjadi? A
Wulung tiba-tiba terdorong selangkah ketika pecut apinya tiba-tiba terputus. Begitu mendongak ke atas, ia mendapati sebuah kubah berukuran besar langsung mengurungnya. Begitu mendongak, ia mendapati Limbur Kancana berada di pusat kubah.“Terkutuk! Aku lengah!” Wulung segera melesatkan pecut apinya ke seluruh bagian kubah. Api mulai menyelimuti sekeliling, memaksa menghancurkan kubah. Keempat anggota Cakar Setan, Wintara dan Nilasari tertawa mengejek ketika melihat Wulung juga ikut terkurung. Mereka kembali memusatkan seluruh pikiran dan kekuatan untuk keluar dari kurungan.Dengan tidak adanya Wulung, para pendekar bisa kembali menarik keempat Jurig Lolong yang tersisa tanpa hambatan, kecuali kekuatan mereka yang semakin melemah.“Kaki dan tangan keempat siluman itu mulai bisa bergerak!” teriak Kolot Raga.Para pendekar mengerahkan kekuatan penuh. Keempat Jurig Lolong berhasil tertarik hingga jarak mereka dengan kubah semakin menipis. Melihat hal itu, Limbur Kancana segera melesat me