Beranda / Pendekar / Pendekar Kujang Emas / 260. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

Share

260. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

Penulis: Ramdani Abdul
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-07 00:06:23

Bangasera segera mengubah wujudnya menjadi seekor ular kecil, lalu menuruni jurang untuk mengejar para pendekar yang berusaha menangkap Wintara dan Nilasari. Ia bergerak sangat cepat di antara deretan batu terjal dan dahan-dahan pohon. Dari kejauhan, pria setengah siluman itu bisa melihat para pendekar yang menyebar ke sekeliling hutan di bawahnya.

Bangasera bergerak cepat ke salah satu sisi, mengawasi beberapa pendekar yang tengah melakukan pencarian di atas puncak pohon. Begitu para pendekar itu akan berpindah tempat, Bangasera berubah menjadi ular berukuran besar dan langsung menjerat salah satu pendekar, lalu menariknya menjauh dari pendekar lain.

Pendekar itu berontak sekuat tenaga, tetapi tenaganya dengan cepat melemah karena patukan di lehernya. Tubuhnya menjadi kaku meski mulutnya masih bisa bergerak tanpa suara.

Bangasera mengubah wujud menjadi manusia, menarik baju pendekar itu dengan kuat.

“Kau.” Pendekar itu terperangah hingga matanya membulat sangat lebar. “Kau anggota Ca
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kujang Emas   261. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Sekar Sari mengamati tubuh bagian luar pria yang berbaring di depannya dari atas hingga bawah. “Pria ini sepertinya tak sadarkan diri karena terkena racun ular. Bukan hanya satu kali, melainkan berkali-kali. Untung saja aku masih bisa mengeluarkan semua racun dalam tubuhnya tepat waktu sehingga dia masih bisa diselamatkan. Sisanya hanya luka karena benturan keras.” “Aku sepertinya pernah melihat pria ini,” ujar Limbur Kancana seraya mengamati pria di depannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. “Pria ini adalah salah satu pendekar yang berhadapan dengan Wintara di perkampungan tadi.” Lingga dan Sekar Sari seketika menoleh pada Limbur Kancana. “Apa yang sebenarnya terjadi di perkampungan, Paman?” Lingga bertanya. “Apa Paman berhasil membongkar kedok Wintara dan Nilasari pada pendekar golongan putih?” “Awalnya pertemuan itu berlangsung dengan lancar sampai akhirnya nama Ganawirya disebut oleh salah satu petinggi pendekar golongan putih,” jawab Limbur Kancana, “tak lama setelah itu,

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-07
  • Pendekar Kujang Emas   262. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    “Seperti yang pernah kita duga sebelumnya, Wintara dan Nilasari ternyata memiliki hubungan dengan salah satu anggota Cakar Setan. Dan bangasera adalah salah satu anggota Cakar Setan yang paling memungkinkan untuk berhubungan dengan mereka. Penjelasan pria ini menguatkan hal itu pada kita,” ujar Limbur Kancana.Limbur Kancana berjalan menuju Telaga Asri. “Jika kita tidak bisa menemukan Tarusbawa dalam waktu cepat, kita akan semakin terdesak dengan keadaan saat ini, terlebih Bangasera ternyata berada di belakang Wintara dan Nilasari. Ditambah Kartasura sudah berhasil membebaskan Wira dan Danuseka dari jurus pengunci raga.”“Apa maksudnya dengan Kartasura sudah berhasil membebaskan Wira dan Danuseka dari jursu pengunci raga, Paman?” Lingga tercekat ketika mendengarnya.“Kakang, apa kau masih mengingat pria bernama Darta yang dikabarkan menghilang setelah membuat kekacauan dengan orang asing yang dibawanya pada paman Sudata?

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-08
  • Pendekar Kujang Emas   263. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    “Saat keributan besar terjadi, kami para tabib tetap bertahan untuk menyelamatkan para korban ke tempat yang aman,” jawab salah satu tabib yang berada paling dekat dengan Sekar Sari, “saat ini pun, kami berusaha membawa korban dua siluman ke tempat para korban lain berada.”“Kenapa kalian tidak lari seperti yang lain?” tanya Sekar Sari.“Kami masih memiliki tanggung jawab untuk menyembuhkan mereka, Nyai. Para pendekar sudah mempercayakan mereka pada kami. Tentu kami tidak bisa lari dari tanggung jawab. Kami harus melaksanakan tugas kami hingga tuntas.”“Apa kau sedang mencari temanmu, Nyai?” tanya tabib yang satunya.“Benar, Kisanak.”“Para korban akibat ulah ular dua siluman itu semakin bertambah. Kami menemukan beberapa pendekar yang menjadi korban mereka di tempat pertarungan. Saat ini teman-teman kami sedang membawa mereka ke tempat ini, Nyai. Dengan keadaan Jaya Tonggoh yang porak poranda seperti saat ini, kami akan semakin kesulitan untuk menyembuhkan para korban.”Sekar Sari te

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-08
  • Pendekar Kujang Emas   264. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Selepas kepergian Lingga, Limbur Kancana dan Sekar Sari, Wirayuda, Ekawira, Jatiraga serta para pendekar yang mengejar Wintara dan Nilasari kembali ke Jaya Tonggoh tepat saat matahari berada di puncak langit. Mereka harus menelan kekecewaan besar karena tidak berhasil menangkap kedua siluman ular itu setelah melakukan pencarian hingga ke setiap sudut hutan dan perkampungan terdekat.Empat petinggi golongan putih itu dan para pendekar berisitirahat di dekat reruntuhan pohon dan bangunan. Wajah penat begitu kentara di paras mereka.“Terkutuk! Dua siluman itu berhasil melarikan diri dariku!” Wirayuda mengentak tanah kuat-kuat dengan mata menatap nyalang. Ia bisa melihat para pendekar yang ikut dalam pengejaran sudah berada dalam titik lemah. Meski ia sangat berambisi untuk menangkap dua siluman ular itu, tetapi dirinya tetap berusaha berpikir jernih dengan menghentikan pencarian. Salah-salah para pendekar yang tersisa bisa menjadi mangsa yang mudah untuk dihabisi lawan.“Kalau saja ular

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-08
  • Pendekar Kujang Emas   265. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Para warga kembali ke Jaya Tonggoh saat matahari sudah hampir tiba di ufuk barat. Lembayung senja menjadi saksi bagaimana jerit tangis warga ketika menyaksikan rumah-rumah mereka hancur dan rata dengan tanah. Malam akhirnya tiba, tetapi mereka belum juga beranjak dari sisa-sisa puing bangunan.Warga dikumpulkan di tanah lapang oleh para pendekar. Lampu-lampu obor menerangi di setiap sisi wilayah perkampungan. Gagah dan megahnya Jaya Tonggoh lenyap dalam hitungan jam, meninggalkan kehancuran dan kepedihan bagi para penghuninya.Para warga tampak berbaris saat menerima hidangan yang dibagikan para pendekar. Mereka kembali duduk berkumpul bersama sanak keluarga, makan dalam diam. Ketakutan tampak jelas terpahat di wajah para penduduk, terlebih ketika mengingat bagaimana bentuk wujud siluman yang mendadak muncul tadi pagi. Muncul pertanyaan dalam benak mereka, mungkinkah dua siluman itu akan kembali menyerang?“Kami pastikan kami akan melindungi kalian semua di sini. Hal yang harus kalian

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-09
  • Pendekar Kujang Emas   266. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Malawati mengangkat puing bangunan di depannya lekat-lekat, lantas berjalan mengelilingi bangunan itu hingga beberapa kali. Saat merasakan tidak akan menemukan apa pun, pandangan gadis itu tiba-tiba saja tertuju pada sesuatu di bawah timbunan reruntuhan.Malawati kembali mendekat, berjongkok untuk kemudian menjauhkan puing-puing bangunan. Gadis itu menemukan dua lembar kain yang biasa digunakan untuk ikat kepala. “Ikat kepala putih bercorak hitam dan ikat kepala bercorak putih.”Malawati seketika terhenyak ketika dirinya seperti ditampar kilasan waktu. Peristiwa saat dirinya bersama seorang gadis yang tengah membeli kain-kain ini tiba-tiba mengusik pikiran. Hilangnya ingatannya yang tiba-tiba memang tidak hanya terjadi kali ini saja. Peristiwa ini bisa dibilang pernah terjadi padanya beberapa waktu lalu. Akan tetapi, tanpa diduga ingatannya kembali dengan sendirinya.“Bukankah kain putih polos ini adalah kain yang aku beli untuk kuberikan pada seseorang?” Malawati tercenung sesaat, ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-09
  • Pendekar Kujang Emas   267. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Nun jauh dari wilayah Jaya Tonggoh, seekor ular tengah bergerak cepat di tengah rerimbunan pohon dan remangnya cahaya bulan. Ular itu memasuki sebuah gua, kemudian berubah wujud menjadi Bangasera.“Sepertinya kalian masih belum sadarkan diri,” ujar Bangasera ketika melihat Wintara dan Nilasari masih terbaring di tanah dengan tubuh yang sebagian terbakar. “Dengan luka ini, setidaknya butuh satu minggu untuk kalian kembali pulih.”Bangasera menoleh ke mulut gua. “Pasukan Wulung, pasukan Argaseni dan Pasukan Brajawesi ternyata sudah lama memasuki wilayah selatan dan bahkan melebarkan pencarian ke arah laut. Aku harus semakin berhati-hati dan bertindak cepat. Ditambah aku mendengar dari pasukanku jika pasukan Kartasura juga mulai bergerak. Sepertinya Kartasura sudah berhasil menemukan cara untuk mengembalikan kedua cecunguknya.”Bangasera mendekat pada Wintara dan Nilasari, mengamati kedua siluman berwujud manusia di depannya lekat-lekat. “Aku masih sangat penasaran siapa pria berbaju hit

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-10
  • Pendekar Kujang Emas   268. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    “Ramuan itu benar-benar membuatku kehilangan kekuatan dengan sangat cepat, Kakang. Meski aku mengganti kulitku berkali-kali pun, rasa panas dan terbakar itu masih tetap terasa bahkan sampai saat ini,” bisik Nilasari.“Beruntung kita berdua tidak tewas di tempat itu, Nilasari. Mau tak mau kita harus mengakui jika Bangasera sangat berjasa dalam hidup kita.”Bangasera berbalik. “Apa kalian berdua mengenal siapa pendekar berbaju hitam itu?”“Awalnya aku mengira jika pendekar berbaju hitam itu adalah pendekar bernama Aditara yang kami lawan tempo hari, terlebih bisa saja dia dan kedua orang yang bersamanya sudah mengetahui siapa kami sebenarnya. Hanya saja, aku tidak merasakan hawa kehadiran dan bau Aditara pada pendekar itu,” ucap Wintara.“Dua orang yang bersamanya?” Bangasera kembali berbalik.“Pendekar bernama Aditara itu selalu bersama seorang pemuda bernama Bimantara dan seorang gadis yang bernama Sekar Dewi.”Bangasera terdiam sejenak, lantas bergumam, “Firasatku mengatakan jika pen

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-10

Bab terbaru

  • Pendekar Kujang Emas   676. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Panji Laksana dan Saraswati seketika berdiri dan membungkuk hormat ketika melihat kemunculan Tarusbawa. Lingga berdiri di belakang Tarusbawa, mengamati Ganawirya, Limbur Kancana, Sekar Sari, dan dua sosok asing yang membungkuk hormat pada Tarusbawa. “Siapa mereka? Aku baru pertama kali bertemu dengan mereka. Mereka terlihat kuat.” Panji Laksana dan Saraswati kembali berdiri tegak, menoleh pada Lingga. Keduanya saling melirik sesaat, memberi salam penghormatan untuk Lingga. “Aku Panji Laksana. Aku merasa bangga bisa bertemu dengan pemuda pewaris kujang emas,” ujar Panji Laksana. Saraswati menunduk malu, menyembunyikan pipinya yang memerah. “Pemuda itu memang sangat tampan sesuai dengan perkataan orang-orang,” gumamnya. Saraswati berdeham saat Panji Laksana menyikutnya. “Aku Saraswati. Aku juga merasa bangga bisa bertemu denganmu.” Lingga membalas salam dua saudara kembar itu. “Namaku Lingga. Senang bertemu dengan kalian. Aku harap kita bisa berteman dengan baik.” Sekar

  • Pendekar Kujang Emas   675. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Lingga segera mendekati Tarusbawa. “Guru, apa kau baik-baik saja?” Tarusbawa seketika berjongkok, menahan rasa panas dan sesak yang semakin menjalar di dadanya. Ia sontak terdiam saat mendengarkan ucapan seseorang. Sebuah cahaya merah seketika terlihat di dada Tarusbawa, bergerak beberapa kali. “Guru.” Lingga mengamati cahaya itu saksama, melompat mundur saat cahaya itu keluar dari dada Tarusbawa. “Cahaya merah apa itu?” Cahaya itu mengelilingi Lingga selama beberapa kali, terbang ke langit, kemudian perlahan turun hingga berhadapan dengan Lingga. Tak lama setelahnya, cahaya itu berubah menjadi sosok Prabu Nilakendra. “Prabu.” Lingga segera memberikan salam penghormatan. “Kau sudah menunjukkan perjuangan hingga sampai di titik ini. Dengan munculnya mustika merah ini dari Tarusbawa, maka waktu ujianmu akan segera dimulai,” ujar Prabu Nilakendra sembari menunjukkan sebuah benda bulat bercahaya merah di tangannya. “Waktu ujianku sudah dimulai?” “Aku ingin mengingatkanm

  • Pendekar Kujang Emas   674. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Baik, Guru.” Sekar Sari mengangguk.“Indra, antarkan Panji Laksana ke ruangan kalian. Dia juga akan tinggal bersamamu dan yang lain mulai sekarang,” ujar Ganawirya.Panji Laksana mengikuti Indra. Kedua pemuda itu menghilang saat melewati beberapa gubuk. Suasana masih terasa canggung, apalagi bagi Sekar Sari dan Saraswati yang saling mengamati satu sama lain.Sekar Sari dan Saraswati berjalan menuju gubuk para wanita, sedangkan Meswara, Jaka, dan Arya masih berada di depan gubuk saat Ganawirya memberi perintah pada mereka.Sekar Sari melirik Saraswati berkali-kali. Kepalanya penuh dengan pertanyaan saat ini. “Hanya dengan melihat matanya saja, dia pastilah gadis yang sangat cantik. Aku melihat Kakang Indra dan yang lain juga terpana saat melihatnya.”Saraswati mengamati keadaan sekeliling. “Padepokan ini sangat tenang dan menyenangkan. Aku menyukai tempat ini.”Sekar Sari berhenti di depan sebuah gubuk, menaiki undakan tangga kecil, membuka pintu. “Ini adalah gubuk tempat tinggalku. A

  • Pendekar Kujang Emas   673. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Panji Laksana mengangguk. “Aki kami, Sanjaya, memerintahkan kami berdua untuk menemui kalian bertiga atau salah satu dari kalian bertiga. Aki ingin memberi tahukan soal keberadaannya pada kalian. Beberapa bulan lalu setelah kami melihat dan merasakan kekuatan pusaka kujang emas, Aki mengingat semua kembali ingatannya yang telah hilang.”“Bangkitnya pusaka kujang emas terjadi untuk ketiga kalinya. Terakhir kali saat kami, pasukan pendekar golongan putih, melawan dua siluman kembar dan para pendekar golongan hitam. Lingga mengurung mereka di Jaya Tonggoh,” ujar Tarusbawa. Panji Laksana memberikan sebuah pisau pada Tarusbawa. “Aki memerintahkan kami untuk memberikan pisau ini pada pemuda pewaris kujang emas. Pisau itu adalah kunci untuk memasuki Nusa Larang, tempat di mana Aki dan kami berada selama ini. Saat pisau itu bersinar, maka saat itulah waktu yang tepat bagi si pewaris kujang emas untuk menemui Aki.”Tarusbawa mengambil pisau itu, mengamati saksama. “Lingga sedang berlatih saat

  • Pendekar Kujang Emas   672. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Atap-atap gubuk mulai terlihat saat Panji Laksana dan Saraswati keluar dari kungkungan pohon. Mereka melihat sebuah ari terjun dan sungai yang mengalir jernih. Begitu memasuki padepokan, mereka mendapati beberapa murid dan tabib yang tampak hilir mudik.Panji Laksana dan Saraswati mengamati keadaan sekeliling. Beberapa murid melihat kedatangan mereka dengan tatapan bertanya-tanya, saling berbisik-bisik.“Aku sudah lama tidak melihat sebuah padepokan, Kakang.” Saraswati tersenyum saat melihat beberapa gadis tampak berbondong-bondong menuju sebuah tepat.“Kau tampaknya menyukai tempat ini, Saraswati.” Panji Laksana mengamati beberapa pemuda seusianya yang beriringan menuju arah utara.“Tentu saja aku menyuai tempat ini, kakang. Sejak kecil, kita hidup bersama Aki di tempat rahasia yang tidak dimasuki oleh orang-orang. Kita hanya bisa melihat mereka dari jarak jauh. Aku sejujurnya ingin seperti gadis lainnya.”“Semua yang Aki perintahkan semata-mata untuk melindungi kita, Saraswati.”“Ak

  • Pendekar Kujang Emas   671. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Ganawirya menoleh pada Jaka sesaat. “Jaka, kau dan yang lain harus ikut bersama kami ke sisi Lebak Angin. Aku dan Raka Limbur Kancana akan menunggu kalian di sana.”Jaka mengangguk meski masih bingung dengan keadaan yang terjadi. “Aku mengerti, Guru. Aku dan yang lain akan segera pergi secepatnya.”Ganawirya dan Limbur Kancana segera menghilang dari gubuk.Jaka bergegas keluar dari gubuk, mengamati keadaan sekeliling. Ia melompat ke atap gubuk, bersiul beberapa kali.Sekar Sari berhenti meramu obat sesaat, menoleh saat melihat beberapa bayangan berkelebat sangat cepat di langit. “Aku melihat Kakang Indra dan Kakang Meswara berlari menuju gubuk Guru. Apa sudah terjadi sesuatu?”Sekar Sari berlari menuju luar gubuk setelah menyimpan ramuan ke lemari. Gadis itu terdiam saat melihat Indra dan yang lain bergerak sangat cepat. “Sepertinya memang sudah terjadi sesuatu. Tapi, kenapa mereka tidak memberi tahuku?”Sekar Sari bergegas menuju gubuk Ganawirya, mengintip keadaan di dalam ruangan me

  • Pendekar Kujang Emas   670. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Kalian bukankah anggota rombongan pengantar bahan baku dan makanan ke Lebak Angin. Kalian adalah pendekar,” ujar si pemimpin pendekar. Panji Laksana dan Saraswati turun dari kuda, mengamati para pendekar yang masih mengelilingi mereka. “Katakan siapa kalian dan tujuan kalian. Jika kalian tetap tutup mulut, kami akan bertindak kasar pada kalian!”“Tunggu, Kisanak. Kami memang bukanlah anggota rombongan, tetapi kami bukanlah orang jahat. Kami ingin pergi ke Lebak Angin untuk bertemu dengan pendekar bernama Ganawirya. Kami memiliki pesan penting,” kata Panji Laksana. “Kalian masih belum menjawab pertanyaan kami. Siapa kalian?”“Aku Panji Laksana dan gadis ini adalah adik kembarku, Saraswati. Kami berasal dari wilayah yang bernama Nusa Larang.” “Nusa Larang?” Para pendekar saling bertatapan sesaat, berbisik-bisik. “Periksa mereka sekarang juga!”Satu pendekar pria segera memeriksa Panji Laksana, dan seorang pendekar wanita bergegas mendekati Sarawati. Keduanya melakukan pemeriksaan

  • Pendekar Kujang Emas   669. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Langit tampak sangat cerah. Kawanan burung bergerak ke arah timur. Angin berembus ke sekeliling, menggoyangkan dedaunan ke kiri dan kanan. Beberapa tupai terlihat berada di sebuah dahan pohon, mengamati seorang pemuda yang tengah duduk di atas sebuah batu.Pemuda itu tidak lain adalah Lingga. Tak lama setelah tiba di tempat ini, ia segera berlatih. Tarusbawa memperhatikannya dari puncak pohon, tidak berkata apa pun.Lingga tiba-tiba melompat ke langit, melakukan gerakan pemanggil kujang emas. Begitu pusaka itu muncul dan berada di tangannya, beberapa hewan dengan segera menjauh.Lingga mendarat di sungai, mengambang di atas aliran air yang tenang. Begitu matanya terbuka, kakinya mengentak air dan melesat ke arah depan. Air seketika memercik ke sekeliling. Pemuda itu menggerakkan kujang ke kiri dan kanan.Tarusbawa duduk bersila, memejamkan mata, berusaha menghubungi sosok pendekar Sayap Putih bernama Sanjaya. Akan tetapi, ia masih belum bisa terhubung dengan temannya.Matahari terus b

  • Pendekar Kujang Emas   668. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Sanjaya,” ujar Tarusbawa yang kemudian termenung agak lama.Tarusbawa berdiri dari semedinya, mengamati keadaan ruangan yang temaram. Langit tampak gelap di mana cahaya bulan terhalang oleh awan hitam.Api obor bergerak-gerak saat Tarusbawa meninggalkan ruangan. Pendekar itu menuruni tangga kayu, berdiri di tengah-tengah tanah lapang. Saat mendongak ke langit, awan-awan hitam bergerak menjauh hingga bulan nyaris sempurna terlihat.Angin berembus ke sekeliling, menggoyangkan dedaunan ke kiri dan kanan.“Aku merasakan kekuatan Sanjaya. Dia kemungkinan sudah terlepas dari jurus Aji Panday sehingga bisa mengingat jelas semua kejadian yang lalu. Aku harus segera bertemu dengannya.”“Tidak. Ini bukan waktu yang tepat.” Tarusbawa mengepal tangan erat-erat, menyentuh dadanya. “Lingga harus lulus dari ujian lebih dahulu sebelum aku dan dia bertemu dengan Sanjaya. Dengan merasakan kekuatannya, aku bisa tahu jika Sanjaya masih hidup di suatu tempat.”Tarusbawa mengentak kedua kaki kuat-kuat, me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status