"Siapa sebenarnya dirimu, Lyhiap?" tanya Elemental Petir yang penasaran dengan kekuatan besar yang dimiliki pendekar berpakaian merah ini."Tidak perlu tahu siapa diriku ... hanya saja aku mengingatkan kalau ada kejadian yang lebih penting daripada kalian mengurusi Hantu Dunia Persilatan!" sahut Guo Xiang yang masih memakai penutup kain di wajahnya."Maksud Lyhiap? Kami tidak mengerti!" ucap Elemental Petir."Ada suatu peristiwa penting yang sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup dunia ini, terutama di Negeri Han! Kalau aku ceritakan, kalian juga tidak akan percaya! Aku hanya minta kalian bersiap-siap dan mengurusi perguruan kalian saja! Masalah Hantu Dunia Persilatan seharusnya sudah selesai saat pendekar ini menghilang ... tidak perlu dipermasalahkan lagi!" "Maksud Lyhiap, pemuda ini sudah bukan Shian Kui lagi?" tanya Elemental Api."Kitab Iblis Neraka sudah meninggalkan dirinya saat dia dengan sukarela menyerahkan Kitab Iblis Neraka kepada Lima Perguruan Besar! Kalian tidak ta
"Tidak mungkin aku membiarkan kalian memberi pukulan mematikan!" seru Guo Xiang, matanya tajam menatap ketiga Elemental Kun Lun.Tiga Elemental Kun Lun terdiam, tak berani membantah perintah Guo Xiang. Mereka sudah paham betul, siapa yang berani melawan Dewi Iblis Hitam ini akan menghadapi nasib yang mengerikan."Nona, kalau tidak segera dibereskan, dendam ini akan semakin membara dan menumpuk menjadi beban yang tak tertahankan lagi!" suara Shu Zhen terdengar pelan namun tegas, menyiratkan kegigihan yang tak bisa diabaikan.Guo Xiang mengernyit, ragu-ragu membiarkan Tiga Pukulan Mematikan itu untuk meredam dendam Kun Lun Pay atas kematian pemimpin mereka, Pangcu Lao Zhi. Tiga Elemental Kun Lun juga menunggu keputusan Guo Xiang dengan napas tertahan. Mereka tahu betul, satu kata dari Guo Xiang bisa berarti hidup atau mati."Baiklah! Apakah kamu yakin bisa menahan tiga pukulan mematikan dari mereka, Shu Zhen?" tanya Guo Xiang, matanya menelusuri wajah Shu Zhen yang penuh tekad."Aku yaki
"Kakak... ada apa ini sebenarnya?" tanya Elemental Angin dengan nada kebingungan yang menggelegak. "Kenapa pemuda iblis ini memiliki ilmu Perisai Phoenix yang hanya dimiliki oleh Pendekar Dewi Phoenix?"Kebingungan Guo Xiang semakin mendalam. Tidak hanya dia, ternyata Elemental Angin juga mengenali jurus legendaris tersebut."Jurus Perisai Phoenix ini tidak bisa diturunkan kepada siapapun. Hanya keturunan langsung dari Pendekar Dewi Phoenix yang akan mewarisi jurus ini! Jadi, aku tanya sekali lagi... apa hubunganmu dengan Pendekar Dewi Phoenix? Tidak mungkin pendekar wanita hebat dan cantik seperti dirinya memiliki anak yang kelakuannya sadis seperti iblis!" seru Elemental Petir, suaranya penuh ketidakpercayaan dan kemarahan.Shu Zhen yang tadinya bersikap santai, kini wajahnya mulai memerah karena gerah dan jengkel dengan sikap Elemental Petir yang terus menghina dan memojokkan dirinya."Aku tidak kenal dengan Pendekar Dewi Phoenix! Siapapun dia, tidak ada hubungannya dengan diriku!
"Apakah kamu juga akan pergi ke Kota Hu Jian?" tanya Shu Zhen dengan suara yang tenang, hampir dingin.Guo Xiang merasakan kekosongan dalam diri pemuda ini, seolah-olah perasaan tidak memiliki tempat dalam hatinya. Sebuah getaran tak nyaman merayap di tulang punggungnya. "Bagaimana mungkin aku bisa jatuh cinta pada pemuda yang tak berperasaan seperti ini? Mengapa ini begitu menyebalkan?""Nona Guo?" panggil Shu Zhen lagi, lebih lembut."Panggil saja aku Guo Xiang! Aku tidak suka dipanggil Nona," jawabnya dengan nada tajam, kecewa karena Shu Zhen tampaknya tidak merasakan apa yang dia rasakan."Apakah aku benar memilih jalan ini? Mengharapkan pemuda ini sebagai pasanganku? Meskipun Kitab Ramalan Surgawi meramalkannya, aku berhak menolak takdirku! Ah, pusingnya!" pikir Guo Xiang dalam hati."Bagaimana kalau aku memanggilmu Xiang'er saja? Kamu bisa memanggilku Zhen'ge... hahaha! Tentu saja, jika kamu tidak keberatan," Shu Zhen berkata dengan enteng, senyum tipis terlukis di wajahnya.Waj
"Tentu saja, bodoh!" jawab Guo Xiang sambil tertawa lepas dan melesat menggunakan ilmu gin-kang. "Kejar aku kalau bisa!" serunya, tubuhnya sekejap menghilang dari pandangan Shu Zhen."Wow! Cepat sekali!" kata Shu Zhen kagum, melihat bayangan merah Guo Xiang yang semakin jauh. Ia segera mengerahkan tenaga dan mengejarnya, bayangan biru miliknya berpadu dengan bayangan merah Guo Xiang di antara teriakan dan tawa riang mereka yang menggema.Udara malam mulai dingin ketika mereka akhirnya tiba di Kota Hu Jian. Cahaya lampu-lampu kota yang berkelip menyambut mereka, membingkai suasana malam yang penuh kehidupan."Kita harus mencari penginapan, Nona Guo!" ucap Shu Zhen, matanya berkeliling mencari tanda-tanda penginapan. "Tidak ada yang bisa kita lakukan malam ini selain mencari makanan enak setelah membersihkan diri di penginapan, bagaimana menurutmu?" tawarnya sambil tersenyum.Guo Xiang mengangguk setuju, tubuhnya mulai lelah dan lengket oleh keringat. "Tapi kalau penuh, kamarnya harus t
“Bagaimana? Kamu suka tidak?” tanya Guo Xiang sambil tersenyum, matanya berbinar melihat Shu Zhen memegang pakaian baru. Ada dua pasang pakaian pendekar dan satu pasang pakaian santai untuk bangsawan di tangannya, semuanya terbuat dari sutra berkualitas tinggi.“Apa tidak kemahalan, Nona Guo?” tanya Shu Zhen, ragu-ragu. Dia merasakan kelembutan sutra di ujung jari-jarinya, dan hati kecilnya berteriak menolak menerima hadiah ini. Mereka hanya teman seperjalanan, tidak lebih.“Tentu saja tidak!” Guo Xiang menjawab tegas, senyumnya berubah serius. “Pakaian harus dari bahan yang kuat agar tahan lama. Aku belikan ini untukmu, jangan menolak atau aku akan marah dan tidak bicara lagi padamu!”Mau tak mau, Shu Zhen menerima pakaian itu, meski hatinya tetap gelisah memikirkan biaya yang dikeluarkan Guo Xiang.“Yuk, kita makan! Perutku sudah keroncongan. Makan apa enaknya?” ajak Guo Xiang setelah mereka keluar dari toko.“Makan di Kedai Makanan tepi laut saja, yuk!” Shu Zhen tersenyum, merasa ke
Para pelayan Kedai Makanan itu gemetar di tempatnya, wajah mereka pucat pasi saat Guo Xiang memerintahkan dengan suara dingin, "Bungkus semua makanan yang telah kami pesan!" Mereka berlarian ke dalam dapur, tangan-tangan mereka bergerak cepat namun gemetar, takut akan apa yang mungkin terjadi jika mereka bergerak lambat.Keringat dingin mengalir di dahi mereka, jantung mereka berdetak kencang, seakan-akan bisa meledak kapan saja. Pandangan mereka sesekali mencuri pandang ke arah Guo Xiang dan Shu Zhen, dua sosok yang menimbulkan ketakutan dalam dada mereka.Guo Xiang memperingatkan dengan nada mengancam, "Aku tidak ingin ada yang tahu kami ada di sini. Kalau sampai ada yang berani buka mulut, aku akan mencari kalian semua!" Kata-katanya tajam seperti pedang, menancap dalam di hati para pelayan yang hanya bisa mengangguk ketakutan.Setelah meninggalkan sejumlah uang di atas meja, Guo Xiang dan Shu Zhen berlalu dari Kedai Makanan Kuda Laut, meninggalkan suasana mencekam di belakang mere
Desas-desus dunia persilatan menyebut Pulau Racun Api dikelilingi racun mematikan, namun kenyataannya tidak begitu. Pulau ini memancarkan keindahan, dengan pepohonan hijau yang rimbun. Tantangannya bukan pada pulau itu sendiri, melainkan pada jalur menuju ke sana. Karang-karang tajam yang menghantam perahu hingga hancur membuat perjalanan sangat berbahaya.Guo Xiang, yang telah beberapa kali ke sana, sudah hafal jalur aman menuju pulau ini.Saat perahu mereka tiba dan ditarik ke daratan, sosok berpakaian serba merah muncul dari balik kabut tipis yang menyelimuti pulau, membuat suasana terasa lebih dingin dan misterius."Siapa yang berani masuk ke Pulau Racun Api tanpa izin?" Suaranya bergema dengan nada menantang.Guo Xiang segera berlutut dan memberikan hormat kepada sosok tersebut. "Teecu datang berkunjung ... salam hormat, Subo!" Ia menarik tangan Shu Zhen untuk ikut bersujud.Dengan wajah bingung, Shu Zhen mengikuti instruksi Guo Xiang."Xiang'er! Kamukah itu?" Suara sosok berpaka
Kaisar Han yang berhasil diselamatkan bersama Ketua Lima Perguruan Besar, seakan melupakan perbuatannya dahulu yang memerintahkan pembunuhan terhadap Shian Kui. Kini, Kaisar Han sangat berterima kasih kepada Shian Long dan semua pendekar yang telah membebaskan Negeri Han dari cengkraman Ang Cit Mo Kui.Ketua dari Lima Perguruan Besar juga memutuskan untuk melupakan masa lalu Shian Long setelah adanya penjelasan dari Wang pao mengenai keterlibatan Ang Cit Mo Kui untuk semua perbuatan yang dilakukan oleh Pendekar Kitab Iblis.Setelah mengikuti perayaan di istana Kekaisaran Han yang hancur sebelumnya ini, Shian Long dan Guo Xiang memutuskan untuk hidup di Desa Fujian, tempat tinggal Shian Long saat kecil.Wang Pao tetap tinggal di Hutan Racun sambil sesekali mengunjungi Shian Long di Desa Fujian untuk memastikan kalau Pendekar Kitab Iblis ini telah lepas dari pengaruh Kitab Iblis Neraka.Kitab Dewa Surgawi memutuskan ikut bersama Shian Long setelah mengetahui asal usul Shian Long di kehid
Di Hutan Selaksa Racun, persiapan untuk pertarungan terakhir berlangsung dengan intens. Para pendekar dari seluruh pelosok negeri berkumpul, menyusun strategi dan mempersiapkan diri untuk menghadapi Ang Cit Mo Kui. Suasana di hutan dipenuhi dengan aura ketegangan dan semangat, di mana setiap pendukung tahu bahwa pertempuran ini adalah yang terpenting.Di tengah hutan yang dikelilingi oleh pepohonan yang berkilauan di bawah sinar bulan, Shian Long berdiri di depan sebuah lingkaran besar yang terdiri dari pendekar-pendekar dan murid-murid perguruan besar. Api unggun yang menyala di tengah memberikan cahaya hangat, namun suasana tetap serius."Kita akan melancarkan serangan malam ini. Tujuan kita adalah menembus pertahanan istana kekaisaran dari beberapa arah sekaligus. Kita harus memecah konsentrasi musuh agar dapat menyusup ke dalam istana."Shian long memulai persiapan terakhir sebelum penyerangan ke istana kekaisaran Han."Apa strategi kita untuk mengatasi penjaga di sekitar istana? M
Shian Long berdiri tertegun di depan altar yang dikelilingi oleh cahaya lembut, matanya tertuju pada Kitab Dewa Surgawi yang melayang di udara. Kitab itu bersinar dengan cahaya keemasan yang memancar, menyebarkan aura yang memadukan keindahan dan bahaya. Cahaya yang memancar dari kitab ini memiliki kilau yang tajam, seolah-olah setiap sinar adalah pisau yang bisa memotong realitas.Saat Shian Long melangkah lebih dekat, suara yang dalam dan bergema terdengar di seluruh ruangan. Suara itu tampaknya berasal dari Kitab Dewa Surgawi itu sendiri. "Hanya mereka yang mampu menjawab pertanyaan dengan benar yang dapat memiliki kekuatan ini. Salah satu jawaban akan mengakibatkan kehilangan nyawa."Shian Long merasakan tekanan yang berat, seolah-olah setiap helai rambut di tubuhnya bergetar dengan ketegangan. Ia tahu bahwa setiap pertanyaan dari Kitab Dewa Surgawi akan menentukan nasibnya. Namun, ia juga tahu bahwa kegagalan bukanlah pilihan jika ia ingin menyelamatkan dunia persilatan dari tira
Setelah berhari-hari mengikuti Rajawali Sakti, Shian Long akhirnya tiba di sebuah negeri yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Negeri ini adalah sebuah alam yang memukau, terletak di antara awan yang lembut dan pemandangan yang menakjubkan. Pulau-pulau terapung yang berlapis pepohonan hijau membentang di langit biru, seolah-olah diukir dari kristal dan dedaunan. Air terjun yang gemericik turun dari tebing-tebing tinggi, dan sungai yang jernih berkelok-kelok di antara pulau-pulau, memberikan kehidupan dan keindahan pada negeri awan yang anggun ini.Shian Long terpesona oleh keindahan yang menantinya. Ia merasakan udara yang segar dan menenangkan, seakan-akan setiap napas membawa kedamaian dan energi baru. Namun, ia juga menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar keindahan di negeri ini—sesuatu yang misterius dan belum ia ketahui.Rajawali Sakti terbang di depan, menunjukkan arah dengan sayapnya yang megah. Ia mengarahkan Shian Long menuju sebuah pulau yang lebih besar dan t
Rajawali Sakti, makhluk yang hidup di Pegunungan Huashan, adalah sosok legendaris yang dikenal dalam dunia persilatan. Setelah kematian tragis Qian Ling, Rajawali Sakti memilih untuk mengasingkan diri, menghindari keramaian dunia persilatan yang penuh intrik dan konflik. Namun, sedikit yang tahu bahwa Rajawali Sakti bukan sekadar burung legendaris; ia adalah titisan seorang Immortal, makhluk abadi yang memilih untuk tetap berada di dalam tubuh rajawali tersebut daripada terlahir kembali sebagai manusia.Di puncak Pegunungan Huashan, di mana angin dingin berhembus dan langit sering tertutup awan tebal, Rajawali Sakti menghabiskan hari-harinya dalam keheningan. Matanya yang tajam menyaksikan dunia dari ketinggian, menyadari betapa rapuhnya kehidupan manusia. Immortal yang berada dalam tubuhnya, yang telah lama mengamati kehidupan duniawi, merasakan kesedihan mendalam atas tragedi yang menimpa Qian Ling, seorang pendekar yang pernah berhubungan dekat dengannya.Pilihan untuk tetap dalam
Di sebuah pondok kecil yang tersembunyi di Hutan Racun, Shu Zhen terbaring di tempat tidur, perlahan pulih dari luka-lukanya. Wang Pao, dengan keahliannya dalam ilmu pengobatan dan ramuan, telah merawatnya dengan telaten, memberikan ramuan obat peningkat tenaga yang kuat. Setelah tiga hari, Shu Zhen akhirnya membuka matanya, merasakan kekuatan yang kembali mengalir dalam tubuhnya."Bagaimana perasaanmu?" tanya Wang Pao dengan nada lembut, duduk di samping tempat tidur.Shu Zhen menatapnya, masih lemah tapi dengan kilatan tekad di matanya. "Lebih baik. Terima kasih, Master Wang Pao. Tanpa bantuanmu, aku mungkin tidak akan selamat."Wang Pao tersenyum tipis. "Kau adalah harapan terakhir dunia persilatan. Aku tidak bisa membiarkanmu lenyap dari dunia ini."Shu Zhen terdiam sejenak, merenungkan pertarungan yang baru saja ia lalui. "Ang Cit Mo Kui terlalu kuat. Jurus Bangau Putih tidak cukup untuk melawannya, terutama dengan kekuatan dari Kitab Iblis Neraka."Wang Pao mengangguk, matanya p
Di bawah langit yang mendung, Shu Zhen berdiri penuh percaya diri di depan gerbang Kota Luoyang, tempat istana Kaisar Han berada. Kota itu kini menjadi pusat kekuasaan Ang Cit Mo Kui, yang telah mengambil alih kendali tidak hanya atas dunia persilatan tetapi juga kerajaan Han. Dengan tekad yang bulat, Shu Zhen menantang Ang Cit Mo Kui untuk sebuah pertarungan yang akan menentukan nasib mereka semua baik Negeri han maupun untuk Dunia Persilatan.Sementara itu, Guo Xiang berkelana ke pelosok-pelosok negeri, mencari bantuan dari para pendekar yang tersisa. Namun, banyak dari mereka telah ditaklukkan atau dipaksa tunduk oleh Ang Cit Mo Kui dan pengikutnya, termasuk pendekar-pendekar kuat yang dulunya dianggap sebagai pelindung dunia persilatan. Usahanya menemukan sekutu semakin sulit, namun Guo Xiang tetap tidak menyerah, bergerak dari satu tempat ke tempat lain dengan harapan mengumpulkan kekuatan untuk melawan.Di dalam istana, di hadapan banyak mata yang penuh waspada, Shu Zhen dan Ang
Setelah pertarungan hebat yang mengguncang medan pertempuran, Guo Xiang mendekati Shian Kui, yang kini terbaring lemah di tanah. Napasnya terengah-engah, dan wajahnya terlihat penuh penyesalan. Dengan penuh keletihan, Guo Xiang memulai penjelasan yang akan mengubah segalanya.Kitab Iblis Neraka langsung menghilang begitu kekalahan menerpa Shian Kui."Shian Kui," kata Guo Xiang, suaranya penuh dengan ketulusan, "Aku tahu kau mungkin merasa tertekan dan marah. Tapi ada sesuatu yang harus kau ketahui. Musuh utama kita, Ang Cit Mo Kui, sudah merencanakan semuanya sejak lama. Dia memanfaatkan Shu Zhen, menjadikanmu sebagai alatnya untuk mencapai tujuannya."Shian Kui, atau lebih tepatnya Shu Zhen yang kini menguasai tubuh Shian Kui, mendongak dengan tatapan bingung. "Ang Cit Mo Kui? Apa maksudmu?"Guo Xiang mengangguk, menjelaskan lebih lanjut. "Ang Cit Mo Kui adalah sosok yang mengendalikan Hantu Dunia Persilatan, dan rencananya adalah untuk menguasai Lima Perguruan Besar. Dengan memanfaa
PHOENIX IBLIS PENGHANCURPertarungan antara Guo Xiang dan Shian Kui semakin memanas. Pedang mereka bersinar terang, mencerminkan intensitas emosi dan kekuatan mereka. Namun, di tengah denting pedang dan percikan api, ada keraguan di mata Guo Xiang, sebuah konflik batin yang mulai mengemuka."Shian Kui," Guo Xiang berkata, suaranya sedikit bergetar meski tetap kuat, "apakah tidak ada jalan lain selain kekerasan ini? Aku tahu di dalam dirimu ada kebaikan... Shu Zhen pernah menunjukkan itu padaku."Shian Kui tersentak, matanya sejenak mengungkapkan perasaan yang tertahan. "Shu Zhen tidak ada lagi," jawabnya dengan dingin, mencoba menutupi getaran yang muncul dari dalam dirinya. "Yang ada hanya aku, Shian Kui, dan dunia ini harus tunduk pada kekuatanku."Guo Xiang menggeleng, matanya memancarkan kesedihan. "Aku ingat kebaikanmu, Shian Kui... atau saat kamu menjadi Shu Zhen. Kau pernah membantu orang-orang, kau punya hati yang baik. Mengapa kau memilih jalan ini?"Shian Kui tertawa sinis,