Share

871. Part 6

last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-07 01:03:53

RATU Teluh Bumi merasa sangat beruntung dapat bertarung dengan Dayang Selatan. Bahkan kalah dalam pertarungan ternyata bukan berarti harus mati selamanya. Kalah dalam pertarungan mempunyai sisi baik tersendiri yang kadang tak disadari oleh si penderita kekalahan. Andai dia menang melawan Dayang Selatan, ia tidak akan temukan sesuatu yang sangat berharga dalam sejarah hidupnya, pertama bisa bertatap muka dengan tokoh sakti yang namanya cukup kondang dan ditakuti setiap orang itu, kedua bisa mendengar cerita tentang bunga ajaib yang bernama bunga Sukma Weling.

Bahkan dari kekalahannya itu, Ratu Teluh Bumi punya keberuntungan, yaitu dapat melihat bentuk tanaman bunga yang tumbuhnya seratus tahun sekali itu. Konon tanaman seperti itu hanya ada di tanah Jawa.

Memperhatikan pertumbuhan bunga aneh itu, merupakan pengalaman yang amat mahal harganya. Apabila siang, tanaman bunga itu berubah warnanya menjadi kuning berkilauan, seperti tanaman dari logam emas mulia. Tapi jika mal

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   872. Part 7

    Begitu terpetik gagasan demikian, maka dengan berkelebat cepat Ratu Teluh Bumi menyambar bunga itu.Tess...! Kemudian ia segera membawanya lari menjauhi Siluman Selaksa Nyawa. Tentu saja perbuatan itu sangat mengejutkan Rawana Baka. Begitu kagetnya Siluman Selaksa Nyawa hingga ia terlonjak kaget, tubuhnya naik ke atas bagaikan terbang. Dalam keadaan melesat naik, ia sempat menyambar tongkat El Mautnya.Wuussst..!Ratu Teluh Bumi terus melarikan diri dengan menggunakan ilmu peringan tubuhnya, ia melompat ke sana kemari, dan tahu-tahu tercegat Siluman Selaksa Nyawa di depannya."Perempuan gila! Serahkan bunga itu!""Maaf, aku membutuhkannya, Rawana Baka! Jadi kumohon...."Wutt...! Tombak El Maut itu dikibaskan ke leher Ratu Teluh Bumi. Untung datangnya sempat diketahui dengan ekor mata Ratu Teluh Bumi, sehingga kibasan senjata yang ingin memenggal kepalanya itu bisa dihindari dengan cara merundukkan badan, berguling ke samping dan sentakkan ka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Pendekar Kera Sakti   873. Part 8

    Bisa dibayangkan betapa kecewanya hati Siluman Selaksa Nyawa. Hampir seluruh kekuatannya dicurahkan untuk menyirami bunga itu siang malam, tanpa makan, tanpa minum, tanpa bergerak, dan tanpa berkedip, juga tanpa buang air segala, semua dilakukan demi tumbuh dan berkembangnya bunga Sukma Weling. Ia juga menguras perhatian, menguras hawa murni, demi mencapai satu ilmu yang akan menjadi kebanggaannya.Namun ketika bunga itu berkembang dan ilmu itu datang, ternyata orang lain yang menunai dan memakan hasilnya. Cukup lama Siluman Selaksa Nyawa terpaku di tempat karena perintah gaib dari Ratu Teluh Bumi. Ia tak bergerak mengejar sedikit pun kecuali memandangi kepergian si pencuri bunga dengan mulut tetap terkatup dan wajah tetap dingin.Setelah ia sadari keadaannya yang di luar kemauan pribadi, meledaklah murka sang tokoh sesat itu. Dihancurkannya batu sebesar rumah di depannya dengan satu pukulan dahsyat. Dibakarnya gubuk persinggahannya sendiri dengan satu ilmu api yang sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Pendekar Kera Sakti   874. Part 9

    Dess...!Ratu Teluh Bumi hampir terkapar saat itu. Untung ia masih bisa menjaga keseimbangan tubuhnya dengan terhuyung-huyung ke belakang. Tetapi dalam hatinya ia cepat membatin, "Jurus tendangan dan pedangnya memang cukup tinggi! Kalau aku tidak siap melapisi tubuhku dengan tenaga dalam yang tersalur menyeluruh, bisa remuk daguku oleh tendangannya tadi!"Wukk! Wukkk...!Ratu Teluh Bumi bersalto ke belakang dua kali untuk menjaga jarak dengan lawannya. Tapi sang lawan cepat mengejar dengan satu lompatan, lalu pedangnya menebas lagi dari kiri ke kanan, menyilang dari pinggang ke arah dada.Wuttt...!Ratu Teluh Bumi hanya melompat mundur satu kali, lalu begitu melihat dada Sumping Rengganis membuka, satu pukulan tenaga dalam dilepaskan melalui telapak tangannya.Suttt..!Cahaya merah melesat dari tapak tangan itu. Tapi Sumping Rengganis agaknya juga sudah siap, sehinga dengan cepat tangan kirinya menyentak maju dan seberkas sinar hijau

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Pendekar Kera Sakti   875. Part 10

    Ratu Teluh Bumi berusaha menghindari setiap cabikan kaki serigala dan gigitan binatang itu. Ia berguling-guling, sampai tubuhnya membentur pohon dan tak bisa bergerak lagi karena serigala itu sudah berada di depannya. Maka ia sentakkan pukulan tenaga dalam bercahaya kuning dari tangan kiri.Wuttt...! Behgg...!"Aiiik...!" binatang itu memekik, kemudian tubuhnya tersentak melayang ke belakang, ia terkena pukulan kuat. Dan ketika bangkit lagi, binatang itu segera larikan diri tanpa berpaling ke belakang. Ratu Teluh Bumi bangkit, ia segera ingat ada musuh yang menyerangnya dari samping. Ketika ia memandang ke arah barat, ternyata seorang pemuda sedang berdiri terlolong bengong pandangi kepergian Sumping Rengganis yang sudah berubah menjadi seekor serigala.Pemuda itu seakan ragu dengan apa yang dilihatnya. Melihat ciri-ciri pemuda berambut panjang yang diikat ke belakang dengan tubuh yang tinggi, tegap, berpakaian hijau tua, dan menyandang empat pisau terbang di pi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Pendekar Kera Sakti   876. Part 11

    Sengaja Ratu Teluh Bumi menghadang di tikungan jalan sepi. Dadanya sudah megap-megap mau jebol menahan amarah kepada Prahasto. Yang membuatnya menyesal adalah kebodohannya sendiri.Ratu Teluh Bumi menjadi merasa sangat bodoh, karena sudah berusia lima puluh tahun tapi masih bisa diadu domba oleh anak berusia sekitar dua puluh lima tahun. Sungguh sangat memalukan dan menjengkelkan. Dan yang membuatnya lebih berang lagi adalah, bahwa ternyata Prahasto adalah orang Jenggala yang ditugaskan membunuhnya. Ini sungguh suatu tantangan yang mendidihkan darah Ratu Teluh Bumi.Tak lama kemudian terlihatlah dua orang melangkah seiring sambil sesekali tertawa. Mereka itu adalah Rakawuni dan Prahasto. Melihat tawa Prahasto, jantung Ratu Teluh Bumi bagaikan dirogoh dengan paksa dan ingin meledak dalam remasan dendam. Sebetulnya sejak di kedai itu Ratu Teluh Bumi sudah ingin melampiaskan marahnya. Tapi ia tak ingin banyak orang tahu tentang kebodohannya yang telah berhasil diadu domba

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Pendekar Kera Sakti   877. Part 12

    "Ucapan Ajeng sangat berbahaya!" kata Rakawuni dalam hatinya. "Jadi sebaiknya yang kucecar adalah mulutnya, dan jangan kasih kesempatan dia untuk bicara!"Wutt...!Tubuh Rakawuni cepat melompat dan dalam sekejap sudah berada di depan Ratu Teluh Bumi. Ia sedikit melompat dan menendang dalam satu putaran tubuh cepat.Wuesss...! Plokk...!Ratu Teluh Bumi kembali terkena tendangan putar dari kaki Rakawuni. Wajah yang terkena tendangan itu tersentak ke samping kiri dan tubuhnya pun terlempar ke kiri. Ia jatuh tersungkur dalam keadaan berdarah mulutnya. Rakawuni masih mencecarnya lagi dengan sebuah pukulan bertenaga dalam dari jarak jauh.Wussttt..!Segera tangan Ratu Teluh Bumi berkelebat melihat sinar putih terlepas dari telapak tangan Rakawuni. Kelebatan sebuah tangan Ratu Teluh Bumi itu memancarkan cahaya hijau terang, dan membentur cahaya putih tersebut.Blarrr...!Gelombang ledakan terjadi dalam jarak dua jangkauan tangan dari

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Pendekar Kera Sakti   878. Part 13

    Tujuh langkah sebelum mencapai Baraka, orang berkerudung hitam yang menggenggam pusaka El Maut itu menghentikan langkahnya. Pendekar Kera Sakti memandang tajam wajah dingin itu, dan wajah dingin itu juga menatap lebih dingin lagi."Kau tak akan bisa lari lagi, Rawana Baka!" kata Baraka dengan suara tenang.Rawana Baka membalas, "Kau menyerahkan nyawa, Pendekar Kera Sakti! Jangan menyesal kalau saat ini adalah saat terakhirmu menghirup udara di permukaan bumi!""Aku tak akan menyesal! Tapi pastikanlah dirimu untuk tidak lari lagi dari hadapanku, Rawana Baka!""Aku tak akan lari darimu! Ini pertemuan kita yang terakhir! Aku sudah cukup kuat dan bisa kalahkan luka yang kudapat darimu!""Bagus! Aku pun sudah lama menunggu saat-saat seperti ini, Rawana Baka!"Tangan Siluman Selaksa Nyawa mulai meremas tongkatnya sendiri. Pendekar Kera Sakti merasa ada yang meremas jantungnya. Mulai terasa sesak pernapasannya. Tetapi Baraka tahu, gerakan tangan me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Pendekar Kera Sakti   879. Part 14

    Kali ini Pendekar Kera Sakti merasa heran, mengapa Dayang Selatan menemui dirinya seperti suatu pertemuan yang disengaja. Karena itu, setelah menghampiri perempuan cantik itu, Baraka pun segera ajukan tanya, "Sepertinya kau sengaja menemuiku, Dayang Selatan? Ada apa?""Aku tidak sengaja menemuimu. Tapi begitu kulihat kau ada di sini, aku jadi punya gagasan lain, sehingga aku pun menemuimu, Baraka!""Untuk apa?""Aku kehilangan pusaka Gelang Mata Setan, sehingga aku tidak bisa melihat di mana gulumu belada.""O, kau ingin temui guruku Setan Bodong?""Bukan Setan Bodong! Aku ingin temui Dewi Pedang!""O, kau ingin ketemu Bibi Guru Dewi Pedang?""Ya! Tolong kasih tahu di mana dia belsinggah asingkan dili?"Baraka tidak mau sembarangan memberikan tempat tinggal Dewi Pedang. Bagaimanapun juga, Dewi Pedang adalah bibi guru Baraka juga.Pendekar Kera Sakti perlu curigai maksud pertanyaan Dayang Selatan itu, sehingga ia pun sege

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1035. Part 10

    Nenek itu geleng-geleng kepala. "Sayang sekali wajahmu tampan tapi bodoh! Aku adalah si Cungkil Nyawa, penjaga makam ini!""Makam...! Bukankah ini petilasan sebuah keraton?""Keraton nenekmu!" umpat Nyai Cungkil Nyawa dengan kesal. "Ini makam! Bukan keraton! Kalau yang kalian cari reruntuhan bekas keraton, bukan di sini tempatnya! Kalian salah alamat! Pulanglah!""Kami tidak salah alamat!" bentak Ratna Prawitasari."Di reruntuhan inilah kami mencari jubah keramat itu! Karena kami tahu, di bawah reruntuhan ini ada ruangan penyimpan jubah keramat itu!""Dan kami harus menemukan jubah itu!" tambah Marta Kumba."Tak kuizinkan siapa pun menyentuh jubah itu! Dengar...!""Nenek ini cerewet sekali dan bandel!" geram Ratna Prawitasari."Pokoknya sudah kuingatkan, jangan sentuh apa pun di sini kalau kau ingin punya umur panjang dan ingin punya keturunan!" Setelah itu ia melangkah memunggungi Ratna Prawitasari dan Marta Kumba.Terd

  • Pendekar Kera Sakti   1034. Part 9

    Wuttt...! Kembali ia bergerak pelan dan sinar kuning itu ternyata berhenti di udara, tidak bergerak maju ataupun mundur."Menakjubkan sekali!" bisik Kirana dengan mata makin melebar.Sinar kuning itu tetap diam, tangan Ki Sonokeling terus berkelebat ke sana-sini dengan lemah lembut, dan tubuh Mandraloka bagai dilemparkan ke sana sini. Kadang mental ke belakang, kadang terjungkal ke depan, kadang seperti ada yang menyedotnya hingga tertatih-tatih lari ke depan, lalu tiba-tiba tersentak ke belakang dengan kuatnya dan terkapar jatuh.Dalam keadaan jatuh pun kaki Mandraloka seperti ada yang mengangkat dan menunggingkannya, lalu terhempas ke arah lain dengan menyerupai orang diseret.Sementara itu, Ki Sonokeling memutar tubuhnya satu kali dengan kaki berjingkat, hingga ujung jari jempolnya yang menapak di tanah.Wuttt...! Kemudian tangannya bergerak bagai mengipas sinar kuning yang sejak tadi diam di udara. Kipasan itu pelan, tapi membuat sinar kuning m

  • Pendekar Kera Sakti   1033. Part 8

    "Maksudmu!" Baraka terperanjat dan berkerut dahi."Lebih dari lima orang kubunuh karena dia mau mencelakaimu!""Lima orang!""Lebih!" tegas Kirana dalam pengulangannya."Waktu kau berjalan bersama orang hitam ini, tiga orang sudah kubunuh tanpa suara, dan kau tak tahu hal itu, Baraka!""Maksudmu, yang tadi itu?" tanya Baraka."Semalam!" jawab Kirana.Ki Sonokeling menyahut, "Jadi, semalam kita dibuntuti tiga orang?""Benar, Ki! Aku tak tahu siapa yang mau dibunuh, kau atau Baraka, yang jelas mereka telah mati lebih dulu sebelum melaksanakan niatnya!" jawab Kirana dengan mata melirik ke sana-sini.Ki Sonokeling jadi tertawa geli dan berkata, "Kita jadi seperti punya pengawal, Baraka!""Baraka," kata Kirana. "Aku harus ikut denganmu! Aku juga bertanggung jawab dalam menyelamatkan dan merebut pedang itu!"Baraka angkat bahu, “Terserahlah! Tapi kuharap kau...!"Tiba-tiba melesatlah benda mengkilap

  • Pendekar Kera Sakti   1032. Part 7

    "Bagaimana dengan Nyai Cungkil Nyawa, apakah dia punya minat untuk memiliki pedang pusaka itu?""Kurasa tidak! Nyai Cungkil Nyawa hanya mempertahankan makam itu sampai ajalnya tiba. Tak perlu pedang pusaka lagi, dia sudah sakti dan bisa merahasiakan pintu masuk ke makam itu. Toh sampai sekarang tetap tak ada yang tahu di mana pintu masuk itu.""Apakah Adipati Lambungbumi tidak mengetahuinya? Bukankah kakeknya dulu ikut mengerjakan makam itu?""O, kakeknya Lambungbumi hanya sebagai penggarap bagian atas makam saja. Dia penggarap pesanggrahan, tapi tidak ikut menggarap makam Prabu Indrabayu!""Ooo...!" Baraka manggut-manggut."Kau tadi kelihatannya tertarik dengan pedang pusakanya Ki Padmanaba, ya!""Tugasku adalah merebut pedang itu dari Rangka Cula!""Ooo...," kini ganti Ki Sonokeling yang manggut-manggut."Aku sempat terkecoh oleh ilmu sihirnya yang bisa mengubah diri menjadi orang yang kukenal. Kuserahkan pedang itu, dan tern

  • Pendekar Kera Sakti   1031. Part 6

    Reruntuhan cadas bercampur karang itu menimbun celah sempit tersebut dan menutup rapat. Bahkan sebongkah batu jatuh di depan mulut gua dan membuat mulut gua semakin kuat tertutup batu besar. Tak sembarang orang bisa mendorong batu tersebut, sebab bagian yang runcing menancap masuk ke dalam celah, menutup dan mengunci.Marta Kumba berkata, "Kalau begitu caranya, dia tidak akan bisa keluar dari gua itu, Ratna!""Biar! Biar dia mati di sana. Kurasa gua itu adalah sarang ular berbisa! Orang ganas macam dia memang layak mati dimakan ular, daripada kerjanya mengganggu perempuan-perempuan lemah!""Rupanya kau kenal dia, Ratna!""Ya. Dia yang bernama Gandarwo! Setiap dia masuk kampung, penduduk menjadi ketakutan, masuk pasar, pasar jadi bubar! Dialah biang keributan dan momok bagi masyarakat di mana ia berada!"Ratna Prawitasari menghembuskan napas kecapekan, ia duduk di atas batang pohon yang telah tumbang beberapa waktu lamanya. Marta Kumba pun duduk di

  • Pendekar Kera Sakti   1030. Part 5

    "Lakukanlah kalau kau berani! Lakukanlah!" Ratna Prawitasari maju setindak seakan menyodorkan tubuhnya agar dimakan."Grrr...!" Gandarwo mundur satu tindak dengan erangan gemas mau menerkam namun tak berani."Ayo, lakukanlah...!" Ratna Prawitasari maju lagi."Ggrr...! Nekat kau...!" Gandarwo mundur dengan makin gemas."Lakukanlah,..!Bedd...!"Uuhg....!" Gandarwo menyeringai dengan membungkuk dan memegangi 'jimat antik'-nya yang tahu-tahu ditendang kuat oleh Ratna Prawitasari.Tubuhnya merapat, meliuk ke kanan-kiri dengan mata terpejam, mulutnya mengeluarkan erang kesakitan. Sementara itu, Marta Kumba tersenyum-senyum menahan tawa. Marta Kumba pun segera berkata, "Baru sama perempuan saja sudah nyengir-nyengir begitu, apalagi mau melawan aku!"Begitu mendengar suara Marta Kumba berkata demikian, Gandarwo segera tegak dan menggeram, lalu dengan cepat ia lepaskan pukulan jarak jauhnya ke arah Marta Kumba. Sinar hijau tadi melesat

  • Pendekar Kera Sakti   1029. Part 4

    PANTAI berpasir putih mempunyai riak ombak yang tenang. Deburannya di pagi itu terasa lebih pelan dan damai ketimbang semalam. Tetapi pantai itu sekarang sedang dijadikan ajang pertarungan konyol, yaitu pertarungan yang bersambung dari semalam, berhenti untuk istirahat sebentar, kemudian paginya dilanjutkan lagi. Rupanya dua remaja yang dicari Nyai Cungkil Nyawa itu sudah berada di pantai tersebut. Mereka saling kejar dari Petilasan Teratai Dewa sampai ke pantai itu. Mereka adalah Marta Kumba dan gadis yang menyelamatkannya dari gigitan ular berbahaya itu.Gadis tersebut menyerang dengan pedangnya, tapi setiap kali serangan itu tak pernah dibalas oleh Marta Kumba. Hanya dihindari dan kadang ditangkis jika sempat. Sikap Marta Kumba yang tidak mau menyerang membuat gadis itu penasaran, sehingga selalu melancarkan pukulan dan serangan ke arah Marta Kumba, ia ingin mengenai pemuda itu walau satu kali saja, tapi tidak pernah berhasil."Sudah kukatakann kau tak akan berhasil

  • Pendekar Kera Sakti   1028. Part 3

    Orang itu mempunyai rambut hitam, panjangnya sepunggung tapi acak-acakan tak pernah diatur, sehingga penampilannya semakin kelihatan angker, menyeramkan. Di pinggangnya terselip kapak bermata dua yang masing-masing mata kapak berukuran lebar melengkung, ujungnya mempunyai mata tombak yang berwarna merah membara, kalau kena kegelapan malam mata tombak itu menjadi sangat terang bagai cahaya lampu. Gagang kapaknya agak panjang. Kapak itu kadang ditentengnya, jika capek diselipkan di sabuk hitamnya itu. Melihat wajahnya yang angker dan berbibir tebal karena memang mulutnya lebar, jelas kedatangannya ke petilasan itu bukan untuk maksud yang baik.Terbukti ketika ia melihat Nyai Cungkil Nyawa sedang tertidur di salah satu sudut dinding reruntuhan, orang itu segera mengangkat batu sebesar perutnya dan dilemparkan ke arah Nyai Cungkil Nyawa dengan mata mendelik memancarkan nafsu membunuh.Wusss...!Batu itu melayang di udara, menuju ke tubuh nenek kurus itu. Tapi tiba-t

  • Pendekar Kera Sakti   1027. Part 2

    Dalam perjalanan menuju rumah kediaman Ki Sonokeling, yang tinggal bersama cucu dan keponakannya itu, Baraka sempat menanyakan tentang diri Nyai Cungkil Nyawa."Ki Sonokeling sudah lama mengenal Nyi Cungkil Nyawa?""Cukup lama. Sejak aku berusia sekitar tiga puluh tahun, aku jumpa dia dan naksir dia. Tapi dia tidak pernah mau membalas taksiranku, hanya sikapnya kepadaku sangat bersahabat.""Saya kaget tadi waktu dia tiba-tiba menghilang dari pandangan. Tak sangka dia punya ilmu bisa menghilang begitu.""Dia memang perempuan misterius. Kadang kelihatan cantik dan muda, kadang kelihatan tua seperti itu. Kadang mudah dicari dan ditemukan, kadang dia menghilang entah pergi ke mana dan sukar ditemukan. Tapi karena aku suka sama dia, aku bersedia dijadikan pengurus taman di petilasan itu. Maka jadilah aku juru tamannya sejak berusia tiga puluh tahun, sedangkan dia adalah juru kunci penjaga makam Prabu Indrabayu itu. Kami saling kerja sama jika ada orang berilmu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status