Share

877. Part 12

last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-08 01:04:08

"Ucapan Ajeng sangat berbahaya!" kata Rakawuni dalam hatinya. "Jadi sebaiknya yang kucecar adalah mulutnya, dan jangan kasih kesempatan dia untuk bicara!"

Wutt...!

Tubuh Rakawuni cepat melompat dan dalam sekejap sudah berada di depan Ratu Teluh Bumi. Ia sedikit melompat dan menendang dalam satu putaran tubuh cepat.

Wuesss...! Plokk...!

Ratu Teluh Bumi kembali terkena tendangan putar dari kaki Rakawuni. Wajah yang terkena tendangan itu tersentak ke samping kiri dan tubuhnya pun terlempar ke kiri. Ia jatuh tersungkur dalam keadaan berdarah mulutnya. Rakawuni masih mencecarnya lagi dengan sebuah pukulan bertenaga dalam dari jarak jauh.

Wussttt..!

Segera tangan Ratu Teluh Bumi berkelebat melihat sinar putih terlepas dari telapak tangan Rakawuni. Kelebatan sebuah tangan Ratu Teluh Bumi itu memancarkan cahaya hijau terang, dan membentur cahaya putih tersebut.

Blarrr...!

Gelombang ledakan terjadi dalam jarak dua jangkauan tangan dari

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   878. Part 13

    Tujuh langkah sebelum mencapai Baraka, orang berkerudung hitam yang menggenggam pusaka El Maut itu menghentikan langkahnya. Pendekar Kera Sakti memandang tajam wajah dingin itu, dan wajah dingin itu juga menatap lebih dingin lagi."Kau tak akan bisa lari lagi, Rawana Baka!" kata Baraka dengan suara tenang.Rawana Baka membalas, "Kau menyerahkan nyawa, Pendekar Kera Sakti! Jangan menyesal kalau saat ini adalah saat terakhirmu menghirup udara di permukaan bumi!""Aku tak akan menyesal! Tapi pastikanlah dirimu untuk tidak lari lagi dari hadapanku, Rawana Baka!""Aku tak akan lari darimu! Ini pertemuan kita yang terakhir! Aku sudah cukup kuat dan bisa kalahkan luka yang kudapat darimu!""Bagus! Aku pun sudah lama menunggu saat-saat seperti ini, Rawana Baka!"Tangan Siluman Selaksa Nyawa mulai meremas tongkatnya sendiri. Pendekar Kera Sakti merasa ada yang meremas jantungnya. Mulai terasa sesak pernapasannya. Tetapi Baraka tahu, gerakan tangan me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Pendekar Kera Sakti   879. Part 14

    Kali ini Pendekar Kera Sakti merasa heran, mengapa Dayang Selatan menemui dirinya seperti suatu pertemuan yang disengaja. Karena itu, setelah menghampiri perempuan cantik itu, Baraka pun segera ajukan tanya, "Sepertinya kau sengaja menemuiku, Dayang Selatan? Ada apa?""Aku tidak sengaja menemuimu. Tapi begitu kulihat kau ada di sini, aku jadi punya gagasan lain, sehingga aku pun menemuimu, Baraka!""Untuk apa?""Aku kehilangan pusaka Gelang Mata Setan, sehingga aku tidak bisa melihat di mana gulumu belada.""O, kau ingin temui guruku Setan Bodong?""Bukan Setan Bodong! Aku ingin temui Dewi Pedang!""O, kau ingin ketemu Bibi Guru Dewi Pedang?""Ya! Tolong kasih tahu di mana dia belsinggah asingkan dili?"Baraka tidak mau sembarangan memberikan tempat tinggal Dewi Pedang. Bagaimanapun juga, Dewi Pedang adalah bibi guru Baraka juga.Pendekar Kera Sakti perlu curigai maksud pertanyaan Dayang Selatan itu, sehingga ia pun sege

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Pendekar Kera Sakti   880. Part 15

    "Kau sungguh-sungguh membuatku mulka, Balaka! Kau pamelkan kehebatan ilmumu di depanku! Sekalang telimalah julus 'Gempul Sukma'! Hiaaah...!"Prokk...!Dayang Selatan bertepuk tangan satu kali dengan sentakan kuat. Jurus 'Gempur Sukma' itu bisa membuat lawan pecah kepalanya dalam satu tepukan tangan yang membutuhkan kerahan tenaga dalam sangat besar. Tetapi ternyata Pendekar Kera Sakti segera menggenggamkan kedua tangannya kuat-kuat, sehingga kekuatan batin itu membalik dan tenaga dalam yang dikerahkan itu mengamuk dalam diri Dayang Selatan sendiri.Wengng...! Bruss...! Grusak...!Tubuh Dayang Selatan bagai terlempar tinggi-tinggi dan jatuh di sembarang tempat. Kali ini ia jatuh di semak-semak dalam keadaan punggung menyentuh tanah lebih dulu. Tubuh Dayang Selatan dibanting oleh kekuatan batin dan hawa murninya sendiri. Terasa sakit sekujur tubuhnya, tak mampu ia memekik karena napas terasa menggumpal di ulu hati, kerongkongan terasa mau pecah akibat senta

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Pendekar Kera Sakti   881. Part 16

    Dayang Selatan kembali terpelanting jatuh di semak-semak yang tadi. Ia menjadi geram kepada Rakawuni dan Rakawuni menjadi terbengong menyesal."Jahanam kau, Iblis!" bentak Dayang Selatan yang merasa seperti dipermainkan oleh Rakawuni."Maaf, maafkan aku...! Aku tak sengaja menyerangmu, Dayang!"Rakawuni menjadi kebingungan sendiri. Tapi segera ia menyerang Baraka kembali dengan jurus bersinar merah dari ujung kedua jarinya.Suitt...!Sinar itu melesat, panjangnya satu jengkal dan lebarnya seukuran jari kelingking. Sinar itu menghantam dada Pendekar Kera Sakti. Tapi dengan cepat Suling Naga Krishna yang masih dengan kuat digenggam Pendekar Kera Sakti itu dihadangkan ke depan dada. Sinar merah yang mirip tongkat kecil itu menghantam Suling Naga Krishna, dan membalik arah menjadi lebih besar dan lebih cepat bergeraknya.Wutt...! Duarrr...!Rakawuni terlempar ke samping dan berguling-guling ketika sinar merahnya dihindari dan menghantam s

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Pendekar Kera Sakti   882. Part 17

    Campak Garang segera menyusuri sekelilingnya dengan pandangan mata cekung yang angker itu. Lalu, ia temukan seraut wajah cantik yang berdiri di belakangnya dengan sikap tenang namun dingin. Campak Garang segera melompat ke samping, dan kini ia bisa memandang antara Mahesa Lola dan sang pembelanya yang berwajah dingin itu."Apa yang terjadi, Mahesa Lola!" tanya orang itu yang agaknya sudah cukup kenal dengan Mahesa Lola."Dia pencuri! Dia yang bantu Ratu Teluh Bumi mencuri kitab pusaka milik pamanku, yaitu kakeknya Sumping Rengganis!""Aku hanya membantu menunjukkan arah rumah Ki Bayan saja! Bukan ikut mencuri kitab itu, Goblok!" sentak Campak Garang."Kalau tidak salah kau yang belnama Campak Galang!" kata Dayang Selatan. "Aku kenal kau sebagai anggota kawanan Penculi Gua Maksiat! Kau teman Wilduto, bukan!""Aku tidak punya urusan denganmu, Perempuan cadel!"Terkesiap mata Dayang Selatan. Marah hatinya dihina seperti itu. Maka dengan cepat i

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Pendekar Kera Sakti   883. Part 18

    Tapi Dayang Selatan tidak melayani ucapan itu. Matanya menyipit dan sedikit cemas, karena Ratu Teluh Bumi yang dianggapnya telah mati di dasar Jurang Petaka itu, ternyata masih hidup dan segar bugar.Dayang Selatan berpendapat, kalau bukan orang berilmu tinggi sekali, tak mungkin dapat lolos dari kematian Jurang Petaka. Wajah Dayang Selatan makin pucat karena luka dalamnya itu.Mahesa Lola memandang cemas kepada Dayang Selatan, ia berbisik, "Kau makin pucat, Dayang! Pasti lukamu parah!""Hadapi dia, Mahesa. Aku akan menjauh untuk sementala. Aku pellu waktu untuk mengobati luka dalam ini! Kau akan segela kuangkat jadi mulidku setelah hadapi dia!""Sungguh?""Aku beljanji!""Baik. Pergilah sana! Biar kuhadapi dia, Dayang Selatan!"Zlapp...!Dayang Selatan pergi dengan gerakan cepat. Ratu Teluh Bumi segera mengejarnya. Tapi Mahesa Lola cepat cabut pisaunya dan melemparkan pisau itu ke arah Ratu Teluh Bumi.Zingng...! Jrubb.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Pendekar Kera Sakti   884. Part 19

    Mahesa Lola segera memanjat pohon itu. Ia menarik satu akar gantung yang tidak terlalu besar, kemudian membuat jerat ia mengikat lehernya sendiri dengan akar itu. Dengan air mata meleleh di pipi, segera Mahesa Lola melompat dari dahan pohon itu, jregg...! Kkkrrrk...!Tergantunglah Mahesa Lola dengan kaki berkelejotan meregang nyawa. Matanya terbeliak-beliak, mulutnya ternganga dengan lidah menjulur. Untuk beberapa saat kemudian, tubuh itu pun menjadi lemas. Diam tak bergerak. Tergantung-gantung tanpa napas sedikit pun. Biru wajahnya karena darah terputus di bagian leher.Maka, seperti apa yang dilontarkan Ratu Teluh Bumi dalam kutukannya, Mahesa Lola pun mati bunuh diri setelah Ratu Teluh Bumi pergi tinggalkan tempat itu.Sang petir di langit tertegun bengong memandangi mayat Mahesa Lola yang tergantung bukan akibat keinginannya sendiri.-o0o-PENDEKAR KERA SAKTI berhenti dari langkahnya ketika melihat seorang lelaki pendek tergantung

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Pendekar Kera Sakti   885. Part 20

    "Siapa? Ratu Teluh Bumi...!" Baraka segera teringat peristiwa di Kuil Swanalingga. Terbayang wajah tua yang masih cantik dan tampak kencang kulitnya itu. Ratu Teluh Bumi sempat dikenal Baraka pada saat perempuan itu berhadapan dengan Raja Nujum almarhum. Itulah saat pertama Pendekar Kera Sakti mengenal Ratu Teluh Bumi. Tapi ia tidak tahu kalau perempuan itu bisa membuat seseorang berubah wujud menjadi seperti Rakawuni saat itu. Ia tak sangka kalau perempuan itu mempunyai ilmu teluh yang sebegitu tingginya, sehingga Rakawuni yang gagah dan tegap itu bisa menjadi Rakawuni yang berbadan kuda."Apa yang dilakukan oleh Ratu Teluh Bumi?""Dia sengaja menyiksaku dengan ilmu kutuknya! Dia bermaksud menyerang Jenggala. Padahal aku prajurit sandi praja dari Jenggala. Ia punya maksud, jika aku kembali ke Jenggala, maka orang-orang Jenggala akan jatuh nyalinya lebih dulu sebelum ia datang dengan melihat perubahanku seperti ini.""Aku benar-benar tak sangka kalau dia bisa me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1035. Part 10

    Nenek itu geleng-geleng kepala. "Sayang sekali wajahmu tampan tapi bodoh! Aku adalah si Cungkil Nyawa, penjaga makam ini!""Makam...! Bukankah ini petilasan sebuah keraton?""Keraton nenekmu!" umpat Nyai Cungkil Nyawa dengan kesal. "Ini makam! Bukan keraton! Kalau yang kalian cari reruntuhan bekas keraton, bukan di sini tempatnya! Kalian salah alamat! Pulanglah!""Kami tidak salah alamat!" bentak Ratna Prawitasari."Di reruntuhan inilah kami mencari jubah keramat itu! Karena kami tahu, di bawah reruntuhan ini ada ruangan penyimpan jubah keramat itu!""Dan kami harus menemukan jubah itu!" tambah Marta Kumba."Tak kuizinkan siapa pun menyentuh jubah itu! Dengar...!""Nenek ini cerewet sekali dan bandel!" geram Ratna Prawitasari."Pokoknya sudah kuingatkan, jangan sentuh apa pun di sini kalau kau ingin punya umur panjang dan ingin punya keturunan!" Setelah itu ia melangkah memunggungi Ratna Prawitasari dan Marta Kumba.Terd

  • Pendekar Kera Sakti   1034. Part 9

    Wuttt...! Kembali ia bergerak pelan dan sinar kuning itu ternyata berhenti di udara, tidak bergerak maju ataupun mundur."Menakjubkan sekali!" bisik Kirana dengan mata makin melebar.Sinar kuning itu tetap diam, tangan Ki Sonokeling terus berkelebat ke sana-sini dengan lemah lembut, dan tubuh Mandraloka bagai dilemparkan ke sana sini. Kadang mental ke belakang, kadang terjungkal ke depan, kadang seperti ada yang menyedotnya hingga tertatih-tatih lari ke depan, lalu tiba-tiba tersentak ke belakang dengan kuatnya dan terkapar jatuh.Dalam keadaan jatuh pun kaki Mandraloka seperti ada yang mengangkat dan menunggingkannya, lalu terhempas ke arah lain dengan menyerupai orang diseret.Sementara itu, Ki Sonokeling memutar tubuhnya satu kali dengan kaki berjingkat, hingga ujung jari jempolnya yang menapak di tanah.Wuttt...! Kemudian tangannya bergerak bagai mengipas sinar kuning yang sejak tadi diam di udara. Kipasan itu pelan, tapi membuat sinar kuning m

  • Pendekar Kera Sakti   1033. Part 8

    "Maksudmu!" Baraka terperanjat dan berkerut dahi."Lebih dari lima orang kubunuh karena dia mau mencelakaimu!""Lima orang!""Lebih!" tegas Kirana dalam pengulangannya."Waktu kau berjalan bersama orang hitam ini, tiga orang sudah kubunuh tanpa suara, dan kau tak tahu hal itu, Baraka!""Maksudmu, yang tadi itu?" tanya Baraka."Semalam!" jawab Kirana.Ki Sonokeling menyahut, "Jadi, semalam kita dibuntuti tiga orang?""Benar, Ki! Aku tak tahu siapa yang mau dibunuh, kau atau Baraka, yang jelas mereka telah mati lebih dulu sebelum melaksanakan niatnya!" jawab Kirana dengan mata melirik ke sana-sini.Ki Sonokeling jadi tertawa geli dan berkata, "Kita jadi seperti punya pengawal, Baraka!""Baraka," kata Kirana. "Aku harus ikut denganmu! Aku juga bertanggung jawab dalam menyelamatkan dan merebut pedang itu!"Baraka angkat bahu, “Terserahlah! Tapi kuharap kau...!"Tiba-tiba melesatlah benda mengkilap

  • Pendekar Kera Sakti   1032. Part 7

    "Bagaimana dengan Nyai Cungkil Nyawa, apakah dia punya minat untuk memiliki pedang pusaka itu?""Kurasa tidak! Nyai Cungkil Nyawa hanya mempertahankan makam itu sampai ajalnya tiba. Tak perlu pedang pusaka lagi, dia sudah sakti dan bisa merahasiakan pintu masuk ke makam itu. Toh sampai sekarang tetap tak ada yang tahu di mana pintu masuk itu.""Apakah Adipati Lambungbumi tidak mengetahuinya? Bukankah kakeknya dulu ikut mengerjakan makam itu?""O, kakeknya Lambungbumi hanya sebagai penggarap bagian atas makam saja. Dia penggarap pesanggrahan, tapi tidak ikut menggarap makam Prabu Indrabayu!""Ooo...!" Baraka manggut-manggut."Kau tadi kelihatannya tertarik dengan pedang pusakanya Ki Padmanaba, ya!""Tugasku adalah merebut pedang itu dari Rangka Cula!""Ooo...," kini ganti Ki Sonokeling yang manggut-manggut."Aku sempat terkecoh oleh ilmu sihirnya yang bisa mengubah diri menjadi orang yang kukenal. Kuserahkan pedang itu, dan tern

  • Pendekar Kera Sakti   1031. Part 6

    Reruntuhan cadas bercampur karang itu menimbun celah sempit tersebut dan menutup rapat. Bahkan sebongkah batu jatuh di depan mulut gua dan membuat mulut gua semakin kuat tertutup batu besar. Tak sembarang orang bisa mendorong batu tersebut, sebab bagian yang runcing menancap masuk ke dalam celah, menutup dan mengunci.Marta Kumba berkata, "Kalau begitu caranya, dia tidak akan bisa keluar dari gua itu, Ratna!""Biar! Biar dia mati di sana. Kurasa gua itu adalah sarang ular berbisa! Orang ganas macam dia memang layak mati dimakan ular, daripada kerjanya mengganggu perempuan-perempuan lemah!""Rupanya kau kenal dia, Ratna!""Ya. Dia yang bernama Gandarwo! Setiap dia masuk kampung, penduduk menjadi ketakutan, masuk pasar, pasar jadi bubar! Dialah biang keributan dan momok bagi masyarakat di mana ia berada!"Ratna Prawitasari menghembuskan napas kecapekan, ia duduk di atas batang pohon yang telah tumbang beberapa waktu lamanya. Marta Kumba pun duduk di

  • Pendekar Kera Sakti   1030. Part 5

    "Lakukanlah kalau kau berani! Lakukanlah!" Ratna Prawitasari maju setindak seakan menyodorkan tubuhnya agar dimakan."Grrr...!" Gandarwo mundur satu tindak dengan erangan gemas mau menerkam namun tak berani."Ayo, lakukanlah...!" Ratna Prawitasari maju lagi."Ggrr...! Nekat kau...!" Gandarwo mundur dengan makin gemas."Lakukanlah,..!Bedd...!"Uuhg....!" Gandarwo menyeringai dengan membungkuk dan memegangi 'jimat antik'-nya yang tahu-tahu ditendang kuat oleh Ratna Prawitasari.Tubuhnya merapat, meliuk ke kanan-kiri dengan mata terpejam, mulutnya mengeluarkan erang kesakitan. Sementara itu, Marta Kumba tersenyum-senyum menahan tawa. Marta Kumba pun segera berkata, "Baru sama perempuan saja sudah nyengir-nyengir begitu, apalagi mau melawan aku!"Begitu mendengar suara Marta Kumba berkata demikian, Gandarwo segera tegak dan menggeram, lalu dengan cepat ia lepaskan pukulan jarak jauhnya ke arah Marta Kumba. Sinar hijau tadi melesat

  • Pendekar Kera Sakti   1029. Part 4

    PANTAI berpasir putih mempunyai riak ombak yang tenang. Deburannya di pagi itu terasa lebih pelan dan damai ketimbang semalam. Tetapi pantai itu sekarang sedang dijadikan ajang pertarungan konyol, yaitu pertarungan yang bersambung dari semalam, berhenti untuk istirahat sebentar, kemudian paginya dilanjutkan lagi. Rupanya dua remaja yang dicari Nyai Cungkil Nyawa itu sudah berada di pantai tersebut. Mereka saling kejar dari Petilasan Teratai Dewa sampai ke pantai itu. Mereka adalah Marta Kumba dan gadis yang menyelamatkannya dari gigitan ular berbahaya itu.Gadis tersebut menyerang dengan pedangnya, tapi setiap kali serangan itu tak pernah dibalas oleh Marta Kumba. Hanya dihindari dan kadang ditangkis jika sempat. Sikap Marta Kumba yang tidak mau menyerang membuat gadis itu penasaran, sehingga selalu melancarkan pukulan dan serangan ke arah Marta Kumba, ia ingin mengenai pemuda itu walau satu kali saja, tapi tidak pernah berhasil."Sudah kukatakann kau tak akan berhasil

  • Pendekar Kera Sakti   1028. Part 3

    Orang itu mempunyai rambut hitam, panjangnya sepunggung tapi acak-acakan tak pernah diatur, sehingga penampilannya semakin kelihatan angker, menyeramkan. Di pinggangnya terselip kapak bermata dua yang masing-masing mata kapak berukuran lebar melengkung, ujungnya mempunyai mata tombak yang berwarna merah membara, kalau kena kegelapan malam mata tombak itu menjadi sangat terang bagai cahaya lampu. Gagang kapaknya agak panjang. Kapak itu kadang ditentengnya, jika capek diselipkan di sabuk hitamnya itu. Melihat wajahnya yang angker dan berbibir tebal karena memang mulutnya lebar, jelas kedatangannya ke petilasan itu bukan untuk maksud yang baik.Terbukti ketika ia melihat Nyai Cungkil Nyawa sedang tertidur di salah satu sudut dinding reruntuhan, orang itu segera mengangkat batu sebesar perutnya dan dilemparkan ke arah Nyai Cungkil Nyawa dengan mata mendelik memancarkan nafsu membunuh.Wusss...!Batu itu melayang di udara, menuju ke tubuh nenek kurus itu. Tapi tiba-t

  • Pendekar Kera Sakti   1027. Part 2

    Dalam perjalanan menuju rumah kediaman Ki Sonokeling, yang tinggal bersama cucu dan keponakannya itu, Baraka sempat menanyakan tentang diri Nyai Cungkil Nyawa."Ki Sonokeling sudah lama mengenal Nyi Cungkil Nyawa?""Cukup lama. Sejak aku berusia sekitar tiga puluh tahun, aku jumpa dia dan naksir dia. Tapi dia tidak pernah mau membalas taksiranku, hanya sikapnya kepadaku sangat bersahabat.""Saya kaget tadi waktu dia tiba-tiba menghilang dari pandangan. Tak sangka dia punya ilmu bisa menghilang begitu.""Dia memang perempuan misterius. Kadang kelihatan cantik dan muda, kadang kelihatan tua seperti itu. Kadang mudah dicari dan ditemukan, kadang dia menghilang entah pergi ke mana dan sukar ditemukan. Tapi karena aku suka sama dia, aku bersedia dijadikan pengurus taman di petilasan itu. Maka jadilah aku juru tamannya sejak berusia tiga puluh tahun, sedangkan dia adalah juru kunci penjaga makam Prabu Indrabayu itu. Kami saling kerja sama jika ada orang berilmu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status