Home / Pendekar / Pendekar Kera Sakti / 68. Batu mustika

Share

68. Batu mustika

last update Last Updated: 2024-05-11 01:02:53

"Batu mustika?" ujar Baraka, semakin tak mengerti. "Aku tidak membawa batu mustika! Aku memegangi perutku karena aku merasa lapar...."

"Jahanam!" geram Iblis Perenggut Roh. "Kau pasti menyimpan batu mustika 'Menembus Laut Bernapas Dalam Air' karena kau terus menyebut-nyebut nama batu milik Raja Penyasar Sukma itu!"

Mendengar tuduhan Dua Iblis dari Gunung Batur yang datang silih berganti, lama-kelamaan Baraka jadi tahu duduk persoalannya. "Hmmm.... Aku tahu sekarang...," katanya dalam hati. "Kedua kakek itu menyangka aku membawa sebuah batu mustika bernama 'Menembus Laut Bernapas Dalam Air' milik seseorang yang berjuluk Raja Penyasar Sukma. Jadi..., kiranya kata sandi dari Mahisa Birawa itu berupa nama sebuah batu mustika...."

Mendadak, Baraka bersorak girang. Setitik jalan terang untuk memecahkan sandi 'Menembus Laut Bernapas Dalam Air' sudah dapat ditemukannya tanpa sengaja.

"Terima kasih, Kek.... Terima kasih, Kek...," ujar Baraka seraya membungkuk horm

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pendekar Kera Sakti   69. Gamabunta

    "Mahisa Birawa keparat...!" dengus Ksatria Topeng Putih."Ha ha ha...!" tawa gelak pemuda berpakaian serba merah yang memang Mahisa Birawa atau Iblis Seribu Wajah. "Bentuk tubuhmu bagus, bahan pakaianmu pun cukup enak dipandang mata, tapi aku tak tahu kenapa wajahmu kau tutup dengan topeng. Siapa kau? Apa hubunganmu dengan pemuda bernama Pendekar Kera Sakti itu? Kenapa kau mengejarku?"Mahisa Birawa mengeluarkan rentetan kalimat panjang. Telapak tangan kanannya tak henti mengelus katak raksasa yang tengah didudukinya. Sementara, satwa setinggi sepuluh tombak lebih itu senantiasa membuka mulut. Lidahnya yang berwarna merah berkilat tampak melelet-lelet."Aku mengejarmu karena ada banyak urusan yang harus kuselesaikan denganmu!" seru Ksatria Topeng Putih."Kau belum sepenuhnya menjawab pertanyaanku, Lelaki Bertopeng!" sahut Iblis Seribu Wajah. "Siapa kau? Apa hubunganmu dengan Pendekar Kera Sakti, sehingga kau bersusah payah mengejarku sampai ke Bukit Prata

    Last Updated : 2024-05-11
  • Pendekar Kera Sakti   70. Ksatria Topeng Putih vs Gamabunta

    "Aku belum kalah!" seru Ksatria Topeng Putih lagi bibirnya tetap tak bergerak."Hmmm.... Kau memang keras kepala, Ksatria Se....""Aku belum kalah!" Ksatria Topeng Putih berseru kembali, memotong kalimat Mahisa Birawa."Aku tak mau membuang tenaga percuma! Membunuh orang yang sudah luka parah sepertimu, aku tak memperoleh keuntungan apa-apa!" ujar Iblis Seribu Wajah, jumawa. "Untuk meladeni kekerasan kepalamu, kau hadapi saja Lidah Maut satwa tunggangan ku ini!" Usai berkata, Iblis Seribu Wajah menepuk leher Gamabunta."Khrokkk...! Khrokkk...!"Katak raksasa berkulit kasar seperti tonjolan batu itu membuka mulutnya lebar-lebar. Timbul tiupan angin kencang. Beberapa bongkah batu besar jatuh menggelinding ke kaki bukit. Sementara, gumpalan tanah bercampur kerikil dan patahan ranting pohon jati tampak beterbangan hendak menghajar tubuh Ksatria Topeng Putih!"Aku belum kalah!"Ksatria Topeng Putih mengulang lagi kalimatnya. Dia tak berbua

    Last Updated : 2024-05-12
  • Pendekar Kera Sakti   71. Iblis Pencabut Jiwa

    Sesaat, Baraka mendelikkan mata melihat serangan Dua Iblis dari Gunung Batur yang teramat ganas dan penuh nafsu membunuh. Pandangan Baraka jadi kabur akibat rasa pening di kepalanya. Bau anyir darah telah memenuhi tempatnya berdiri. Namun, percuma saja Baraka digembleng keras oleh Raja Kera Putih di Lembah Kera. Andai dia tak dapat meredam serangan Dua iblis dari Gunung Batur itu. Ketika tiga telapak tangan yang mengandung hawa kematian hampir mengenai sasaran, Baraka mengibaskan telapak tangan kirinya. Timbul serangkum angin pukulan yang cukup hebat walau Baraka cuma mengerahkan sepertiga bagian tenaga dalamnya. Kibasan telapak tangan kiri pemuda bernama Pendekar Kera Sakti itu bukan saja mampu mengusir bau anyir darah yang menebar dari telapak tangan Dua Iblis dari Gunung Batur, bahkan mampu menahan lesatan tubuh dua tokoh sesat itu.Dan pada saat tubuh Dua Iblis dari Gunung Batur masih tertahan di udara, Pendekar Kera Sakti membungkuk seraya melakukan gerakan 'Kera Memilah

    Last Updated : 2024-05-12
  • Pendekar Kera Sakti   72. Raja Penyasar Sukma

    "Hmmm..... Jadi, karena itulah kau menuduh aku telah mencuri batu mustika 'Menembus Laut Bernapas Dalam Air'?"Iblis Pencabut Jiwa tak menjawab. Dia Cuma menatap wajah Baraka. Tapi, Baraka sudah dapat nenangkap arti dari tatapan kakek gemuk bulat itu."Ketahuilah, Kakek Gendut, aku tidak pernah mencuri benda yang kau sebutkan itu," ujar Pendekar Kera Sakti kemudian. "Aku mengucap 'Menembus Laut Bernapas Dalam Air' karena kata-kata itu adalah kata sandi pemberian Iblis Seribu Wajah. Tokoh jahat itu telah menyandera seorang sahabatku. Dan, aku harus dapat memecahkan kata sandi itu agar aku dapat memberi pertolongan...."Baraka berkata dengan sejujurnya. Nada ucapannya jelas menyiratkan bahwa dia sudah tak punya sakit hati lagi kepada Iblis Pencabut Jiwa. Sementara, Iblis Pencabut Jiwa yang mendengar Baraka menyebut nama Iblis Seribu Wajah cuma diam saja. Padahal, dia punya hubungan dengan kakek yang pandai merubah wajah dan bentuk tubuhnya itu."Sekarang, k

    Last Updated : 2024-05-12
  • Pendekar Kera Sakti   73. Sihir Ksatria Topeng Putih

    "Pergilah! Gendong tubuh saudara seperguruanmu itu!" seru Pendekar Kera Sakti. "Ingat kata-kataku ini! Jika ternyata apa yang kau katakan tadi hanya suatu kebohongan, tak segan-segan aku meremukkan seluruh tulang-belulang mu!"Baraka mengancam penuh kesungguhan. Iblis Pencabut Jiwa yang benar-benar sudah jera dan ngeri bergegas menghampiri tubuh Iblis Perenggut Roh yang masih tergeletak pingsan di tanah. Tanpa menoleh-noleh lagi. Iblis Pencabut Jiwa membopong tubuh adik seperguruannya seraya lari terbirit-birit.Sementara, Pendekar Kera Sakti menatap kepergian kakek gemuk bulat itu sambil senyum kalem."Aku harus segera mendapatkan batu mustika 'Menembus Laut Bernapas Dalam Air'...," tekad Baraka."Aku harus segera mendapatkannya! Tapi..., aku tak tahu batu mustika itu dibawa siapa?"Pendekar Kera Sakti menggaruk kepalanya yang tak gatal. Perutnya yang lapar memperdengarkan suara berkeruyukan. Tapi, Pendekar Kera Sakti tak mau ambil peduli. Dia ter

    Last Updated : 2024-05-13
  • Pendekar Kera Sakti   74. Datangnya Raja Penyasar Sukma

    Dan, Iblis Seribu Wajah pun benar-benar tertipu. Dia menyangka bila benda yang masuk ke perut Gamabunta adalah tubuh Ksatria Topeng Putih. Karena takut terjadi apa-apa, Iblis Seribu Wajah lalu memerintahkan Gamabunta untuk mengerahkan tenaga 'Mengolah Api Guncangkan Bumi'. Tentu saja ranting pohon jati terbakar hangus oleh gumpalan api yang tersimpan di dalam perut Gamabunta. Dan, Iblis Seribu Wajah pun menyangka Ksatria Topeng Putih benar-benar telah dijemput ajal. Iblis Seribu Wajah itu tidak tahu bila Ksatria Topeng Putih tengah bersembunyi di balik bongkahan batu besar dan sedang menunggu kesempatan untuk dapat melaksanakan rencana yang telah disusunnya."Melihat sikap durjana laknat itu, agaknya dia sedang menanti kehadiran seseorang yang amat diseganinya," kata hati Ksatria Topeng Putih, terus memperhatikan Iblis Seribu Wajah yang masih duduk di leher sang katak raksasa Gamabunta.Sementara itu, Iblis Seribu Wajah tengah digeluti perasaan tegang. Berkali-kali dia

    Last Updated : 2024-05-13
  • Pendekar Kera Sakti   75. Kitab Tiga Dewa

    "Aku tahu Banyak Langkir adalah seorang tokoh yang amat licik dan kejam. Amat berbahaya apabila dia menguasai ilmu 'Raja Tiwikrama' dengan sempurna...," gumam Ksatria Topeng Putih. "Aku harus mencegahnya! Aku harus dapat merampas Katak Wasiat Dewa! Soal Pedang Naga Kresna biarlah nanti kuurus di lain waktu. Tentang cermin 'Terawang Tempat Lewati Masa' biar Ratu Perut Bumi sendiri yang mengurusnya....""Ayo, tunggu apa lagi!” seru Raja Penyasar Sukma, semakin tak sabaran."Hmmm.... Soal menyerahkan Katak Wasiat Dewa adalah suatu hal yang amat mudah...," sahut Iblis Seribu Wajah. "Tapi, dapatkah kau memegang kata-kata yang kau ucapkan dulu, Ba... eh, Raja Penyasar Sukma?""Kata-kataku yang mana, heh!” bentak Raja Penyasar Sukma. "Apa kau lupa bila Gamabunta yang kau tunggangi itu adalah milikku yang kini telah kuserahkan dan ku jinakkan untukmu?""Ya! Ya, aku tetap ingat bila katak raksasa yang maha hebat ini adalah pe

    Last Updated : 2024-05-13
  • Pendekar Kera Sakti   76. Ratu Perut Bumi

    "Ya, Dewata yang agung...," Pendekar Kera Sakti menyebut nama Sang Penguasa sekali lagi. Tubuhnya gemetaran dengan jantung berdegup kencang. Tanpa terasa, keringat dingin bercucuran. Di hadapan pemuda remaja berwajah lugu itu, nampak sesosok tubuh manusia yang sungguh-sungguh bisa membuat siapa saja yang melihatnya menjadi bergidik ngeri. Wujud manusia yang baru muncul dari dalam tanah itu merupakan perpaduan antara manusia dengan ular!Dari pinggang ke atas, sosok tubuh itu berupa seorang wanita berwajah cantik mengenakan baju merah gemerlap seperti layaknya seorang ratu. Di kepalanya bertengger sebuah mahkota emas bertahtakan intan berlian. Sementara, dari pinggang ke bawah, sosok tubuh itu berbentuk ekor ular yang panjang melingkar dan berwarna hijau berkilat!"Jangan takut!" seru sosok tubuh itu. "Aku adalah Ratu Perut Bumi. Aku bukan makhluk jahat! Kedatanganku justru untuk menolongmu.""Ratu... Ratu Perut Bumi...," desis Pendekar Kera Sakti, tergagap.

    Last Updated : 2024-05-14

Latest chapter

  • Pendekar Kera Sakti   1251. Part 18

    Tetapi tiba-tiba sekelebat Sinar putih perak dari telapak tangan sang pengintai melesat lebih dulu sebelum Rajang Lebong lepaskan jurus 'Pasir Neraka' andalannya.Zlaaap...!Sinar putih perak yang dinamakan jurus 'Tapak Dewa Kayangan' itu tepat kedai dada Rajang Lebong.Deeub...! Blaaarrr...!Apa yang terjadi sungguh tak diduga-duga oleh Pangkas Caling. Tubuh Rajang Lebong hancur. Pecah menjadi serpihan-serpihan daging dan tulang yang menyebar ke mana-mana. Bahkan darahnya sendiri tak bisa terkumpulkan. Ada yang membasahi batu, pohon, daun, ilalang, dan ke mana saja tak jelas bentuknya, hanya warna merah yang membuat alam sekitarnya bagai berbunga indah. Sedangkan Pangkas Caling gemetar antara takut dan memendam murka, ia sempat berkata pada dirinya sendiri, "Kalau begini matinya, bagaimana aku bisa meludahi Rajang Lebong? Apanya yang harus kuludahi! Celaka! Ada orang yang membantu kedua pendeta itu! Ilmunya pasti lebih tinggi! Sebaiknya aku harus lekas-l

  • Pendekar Kera Sakti   1250. Part 17

    Tubuh Pangkas Caling tak kelihatan setelah terjadi kilatan cahaya terang warna ungu akibat benturan tadi. Tubuh kedua pendeta itu terjungkal lima langkah dari jarak tempat berdiri mereka tadi. Hidung mereka sama-sama keluarkan darah, dan wajah mereka sama-sama menjadi pucat. Mereka sendiri tak sangka kalau akan terjadi ledakan sedahsyat itu."Jantung Dewa, apakah kita masih hidup atau sudah di nirwana?""Kukira kita masih ada di bumi, Mata Lima," jawab Pendeta Jantung Dewa dengan suara berat dan napas sesak. Getaran bumi terhenti, angin membadai hilang. Gemuruh bebatuan yang longsor bersama tanahnya pun tinggal sisanya. Kedua pendeta itu sudah tegak berdiri walau sesak napasnya belum teratasi. Tapi pandangan mata para orang tua itu sudah cukup terang untuk memandang alam sekitarnya.Pada waktu itu, keadaan Rajang Lebong yang sudah mati ternyata bisa bernapas dan bangkit lagi. Sebab sebelum Pangkas Caling menyerang, terlebih dulu meludahi wajah Rajang Lebong. Tet

  • Pendekar Kera Sakti   1249. Part 16

    Bersalto di udara dua kali masih merupakan kelincahan yang dimiliki orang setua dia. Kini keduanya sudah kembali mendarat di tanah dan langsung menghadang lawannya, tak pedulikan sinar kuning tadi kenai pohon itu langsung kering dari pucuk sampai akarnya."Rajang Lebong dan Pangkas Caling, mau apa kalian menyerang kami!" tegur Pendeta Jantung Dewa dengan kalem. Senyum Pangkas Caling diperlihatkan kesinisannya, tapi bagi Pendeta Jantung Dewa, yang dipamerkan adalah dua gigi taring yang sedikit lebih panjang dari barisan gigi lainnya. Pangkas Caling menyeringai mirip hantu tersipu malu.Sekalipun yang menyeringai Pangkas Caling, tapi yang bicara adalah Rajang Lebong yang punya badan agak gemuk, bersenjata golok lengkung terselip di depan perutnya. Beda dengan Pangkas Caling yang bersenjata parang panjang di pinggang kirinya."Kulihat kalian berdua tadi ada di Bukit Lajang!""Memang benar!" jawab Pendeta Jantung Dewa. Tegas dan jujur."Tentunya kalian

  • Pendekar Kera Sakti   1248. Part 15

    RESI Wulung Gading mengatakan, bahwa Seruling Malaikat tidak mempunyai kelemahan. Satu-satunya cara menghadapi Seruling Malaikat adalah, "Jangan beri kesempatan Raja Tumbal meniup Seruling itu!"Pendekar Kera Sakti punya kesimpulan, "Harus menyerang lebih dulu sebelum diserang. Karena jika Raja Tumbal diserang lebih dulu, maka ia tidak punya persiapan untuk meniup serulingnya. Syukur bisa membuat dia tidak punya kesempatan untuk mengambil pusaka itu!Itu berarti Baraka harus lakukan penyerangan mendadak ke Lumpur Maut. Padahal ia tidak mengetahui di mana wilayah Lumpur Maut. Maka, hatinya pun membatin, "Aku harus minta bantuan Angin Betina! Di mana perempuan itu sekarang?"Pendekar Kera Sakti dihadapkan pada beberapa persoalan yang memusingkan kepala. Pertama, ia harus mencari di mana Angon Luwak, agar Pedang Kayu Petir yang ada di tangan anak itu tidak jatuh ke tangan orang sesat. Kedua, ia harus temukan Delima Gusti dan memberi tahu tentang siasat Raja Tumbal

  • Pendekar Kera Sakti   1247. Part 14

    Diamnya Baraka dimanfaatkan oleh Angin Betina untuk berkata lagi, "Aku suka padamu, dan berjanji akan melindungimu!""Berani sekali kau berkata begitu padaku. Apakah kau tak merasa malu, sebagai perempuan menyatakan isi hatimu di depanku?""Aku lebih malu jika kau yang menyatakan rasa suka padaku lebih dulu!""Aneh!" Baraka tertawa, tapi tiba-tiba Angin Betina menyentak lirih, "Jangan tertawa!""Kenapa" Aku tertawa pakai mulutku sendiri!""Tawamu makin memancing gairahku," jawabnya dalam desah yang menggiring khayalan kepada sebentuk kehangatan. Baraka hanya tersenyum, matanya sempat melirik nakal ke dada Angin Betina. Perempuan itu pun berkata lirih lagi, "Jangan hanya melirik kalau kau berani! Lakukanlah! Tunjukkan keberanianmu sebagai seorang lelaki yang mestinya mampu tundukkan wanita sepertiku!"Baraka kian lebarkan senyum dan menggeleng. "Tidak. Anggap saja aku pengecut untuk urusan ini! Selamat tinggal!"Zlaaap...! Weesss...!

  • Pendekar Kera Sakti   1246. Part 13

    "Apa bahaya itu?""Mereka terancam oleh orang-orang Lumpur Maut."Baraka berkerut dahi secepatnya. "Raja Tumbal, maksudmu?""Ya. Raja Tumbal bermaksud menaklukkan kedua biara itu, sebab kedua biara itu dianggap perguruan yang berbahaya jika sampai bersatu. Selama ini kedua biara itu tidak bisa bersatu karena ada perbedaan pendapat mengenai aliran kepercayaan mereka. Ancaman dari Raja Tumbal itulah yang membuat mereka harus bisa mendapatkan Pedang Kayu Petir, sebab mereka tahu bahwa Raja Tumbal telah memiliki pusaka Seruling Malaikat.""Bukankah Pedang Kayu Petir sudah ada di tangan Raja Tumbal?"Angin Betina gelengkan kepala dengan tenang."Tidak mungkin, sebab jika Raja Tumbal sudah memiliki pedang yang asli, tentunya kedua biara sudah diserangnya, negeri Muara Singa sudah direbutnya, dan negeri-negeri lain sudah ditumbangkannya. Sampai sekarang Raja Tumbal belum mau bergerak, sebab ia punya firasat munculnya pedang maha sakti itu. Ia harus

  • Pendekar Kera Sakti   1245. Part 12

    Tak ada jawaban. Ilmu ‘Ilmu Menyadap Suara Angin’ digunakan. Ternyata memang tak ada suara siapa-siapa ditempat itu. Akhirnya Baraka duduk di salah satu tepi danau itu."Ke mana anak itu? Jika tak ada di sini, berarti dia berlari dan bersembunyi di tempat lain. Tapi di mana kira-kira? Haruskah kutanyakan kembali kepada Sabani, kakaknya? Ah, capek kalau harus bolak-balik ke sana."Sesaat kemudian di hati Pendekar Kera Sakti timbul kecemasan yang samar-samar. "Jangan-jangan dia terperosok di jurang sebelah timur tadi? Ah, mudah-mudahan tidak demikian. Biarlah kedua pendeta bodoh itu yang terperosok di jalanan tepi jurang timur itu. Kalau tidak terperosok pasti mereka sudah mengejar dan menemukanku di sini. Seandainya mereka menemukanku di sini dan menyerangku, apakah aku harus melumpuhkan mereka?"Pikiran Baraka sempat melayang-layang tak tentu arah. Tapi segera dikembalikan pada pokok persoalannya, ia masih merasa tak habis pikir, mengapa ked

  • Pendekar Kera Sakti   1244. Part 11

    Jaaab...!Tanah keras itu merekah, dari rekahannya keluar asap putih dan cahaya sinar biru membara di dalamnya. Kejap berikutnya tanah itu kembali utuh, namun rumput-rumputnya rontok dan mengering kecoklatan."Mana dia tadi?" Pendeta Jantung Dewa mencari-cari Baraka tanpa menengok kepada kakaknya. Pendeta Mata Lima juga menengok ke sana-sini dan begitu menengok ke belakang terpekik kaget."Hahhh...!"Wajahnya lucu. Wajah tua berkumis dan berwibawa itu membelalakkan mata dan melebarkan mulut karena kaget. Bahkan tubuhnya sempat terlonjak satu tindak ke samping. Tapi wajah itu buru-buru dibuat tenang dan berwibawa, walau yang terlihat adalah wajah menahan rasa malu dan jengkel. Sedangkan Pendeta Jantung Dewa tetap tenang memandangi Baraka yang tersenyum geli melihat kelucuan wajah Pendeta Mata Lima itu."Hebat sekali kau bisa hindari jurus 'Jala Surga'-ku," kata Pendeta Jantung Dewa sambil manggut-manggut."Tapi dapatkah kau tetap bertahan den

  • Pendekar Kera Sakti   1243. Part 10

    Baraka ingin berkecamuk lagi di dalam hatinya, tapi ia batalkan karena kecamuknya akan diketahui oleh Pendeta Mata Lima. Kini ia bahkan berkata dengan tegas dan lebih bersikap berani."Eyang-eyang Pendeta, saya mohon maaf tidak bisa membantu maksud Eyang. Jadi, izinkan saya lewat tanpa ada sikap memaksa!""Tidak bisa!" si Mata Lima berkata dengan tegas juga. "Kami tak bisa lepaskan orang yang tahu tentang pedang itu! Dengan menyesal dan sangat terpaksa, aku harus tunjukkan padamu bahwa kami benar-benar membutuhkannya!""Apa maksud kata-katanya?" pikir Baraka setelah mereka bertiga sama-sama diam. Tapi mata Baraka segera melihat bahwa tasbih hitam yang ada di tangan Pendeta Mata Lima itu diremas-remas semakin kuat.Remasan itu kepulkan asap putih, dan tiba-tiba Baraka rasakan perutnya bagai dipelintir sekuat tenaga, hingga akhirnya ia jatuh terbanting."Uuhg...!"Bruuk...!"Gila! Rupanya dia telah serang diriku dengan kekuatan batinnya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status