Blarrr...! Blarrr...!
Tiba-tiba dua gulungan asap itu pecah dan menimbulkan ledakan yang mengguncang bumi. Pohon-pohon bergetar, daunnya berguguran. Tubuh Badai Kelabu pun terhempas bagai dilemparkan oleh tangan raksasa. Hampir saja ia membentur gugusan batu jika tidak segera berkelit lalu berguling di rerumputan.
Di atas tanah tinggi, Tanjung Bagus tersentak. Duduknya sampai terlonjak ke atas dan ia memekik latah. "Kambing, kucing, kodok, jangkrik, babi ngepet...! Suara apa itu tadi, ya...!"
Ia menjadi tegang dan ketakutan. Buru-buru ia menelungkupkan diri dengan kepala sedikit tersumbul mencari tahu penyebab suara ledakan yang menggelegar itu. Sedangkan Nini Pasung Jagat terkesiap beberapa saat lamanya, ia terbungkam mulutnya dan berhenti bergerak bagaikan patung. Tapi matanya memandang kepulan asap yang membubung tinggi akibat dua ledakan jurus 'Rembulan Berdarah'nya itu.
Dalam hatinya ia membatin, "Keparat mana yang bisa meledakkan jurus 'Rembulan Ber
"Hiaaaat...!" tiba-tiba terdengar pekikan keras melayang melewati kepala Nini Pasung Jagat. Rupanya Tanjung Bagus tak sabar melihat lagak Melati Sewu yang beberapa waktu lalu hampir merenggut nyawanya dalam satu pertarungan di tepi pantai. Tanjung Bagus telah mencabut dua trisulanya. Satu dimainkan dalam keadaan berputar, satu lagi cepat ditusukkan ke dada Melati Sewu. Tapi dengan cekatan Melati Sewu miringkan badan sehingga tusukan itu mengenai tempat kosong. Seketika itu juga tangan Melati Sewu menghantam dalam gerakan menyamping.Buhggg...!Cukup kuat pukulan menyamping dari Melati Sewu. Kena telak di bawah pundak kiri Tanjung Bagus. Pukulan itu membuat Tanjung Bagus memekik tertahan dengan langkah tersentak mundur dua tindak. Tapi ia cepat tegakkan kepala dan kedua trisulanya diadukan di atas kepala.Trangng...!Perpaduan dua trisula itu menimbulkan loncatan api biru yang segera menyambar Melati Sewu."Hiaaat...!"Melati Sewu mencabut pe
Mereka segera lupakan hal itu, karena Tanjung Bagus punya kebiasaan latah. Tapi seringainya menandakan seringai kesakitan yang sungguh-sungguh. Aneh juga, jika gerakan itu hanya karena latah, tak perlu Tanjung Bagus menyeringai kesakitan, juga tak perlu mulutnya mengeluarkan darah kental. Pendekar Kera Sakti tetap tersenyum kalem memandangi Nini Pasung Jagat.Yang dipandangi heran juga dalam hatinya. Pendekar Kera Sakti segera berkata, "Mengapa tak kau gunakan pukulan 'Rembulan Berdarah'! Mungkin pukulan 'Rembulan Berdarah' bisa membuatku bergeser dua tindak!""Manusia sombong! Untuk membuatmu bergeser dua tindak, tak perlu menggunakan jurus 'Rembulan Berdarah'. Cukup dengan menggunakan pukulan 'Iblis Menjilat Karang', kau akan terlempar mundur lima tombak lebih jauhnya!"Pendekar Kera Sakti tertawa pendek. "Pukulan macam apa itu? 'Iblis Menjilat Karang', jelas itu pukulan iblis kurang kerjaan!"Merasa diremehkan, Nini Pasung Jagat segera sentakkan tangan
"Hmm...! Enak sekali. Buah ini rasanya seperti jambu sukun! Manis dan segar!" kata Pendekar Kera Sakti sambil mengunyah buah Malagasi.Dalam kecemasan yang mendebarkan jantung, Badai Kelabu mendapat bisikan dari Melati Sewu, "Hitunglah sampai dua puluh kali. Belum mencapai hitungan kelima belas, dia akan jatuh ke tanah dan mati terkapar seperti perampok yang dulu itu!"Karena Badai Kelabu dicekam kecemasan yang membingungkan, maka Melati Sewu sendiri yang menghitung dengan suara pelan, "Satu, dua, tiga, empat...."Badai Kelabu bergegas mendekati Pendekar Kera Sakti dan berkata, "Pendekar Kera Sakti, kumohon buang buah itu! Jangan teruskan makan buah itu, Pendekar Kera Sakti! Aku sudah cukup lama tinggal di pulau ini, aku tahu mana buah yang bisa dimakan dan yang tidak! Percayalah padaku, Pendekar Kera Sakti! Badanmu akan menjadi biru dan kamu akan mati!""Nyatanya sudah lebih dari lima gigitan, badanku tidak biru!"Mata perempuan itu memandang deng
Pada waktu itu, Badai Kelabu datang sehabis memeriksa sekeliling dan mengatakan, "Tak ada manusia di sekeliling sini!""Lupakan manusia itu! Bantu aku memegang temanmu ini”Badai Kelabu segera menyandarkan Melati Sewu di tubuhnya, sementara Baraka sudah berada di belakangnya.Baraka menempelkan telapak tangannya ke dada yang membekas tangan dengan lima jari. Sedikit berada dibawah gundukan bukit kembar indah milik Melati Sewu yang begitu menggugah selera bagi yang melihatnya.Dari telapak tangan Baraka, keluar aura kemerahan yang merupakan wujud dari 'Tenaga Matahari Merah' miliknya. Dengan 'Tenaga Matahari Merah' miliknya, Baraka berusaha mendorong keluar racun yang mengendap di tubuh Melati Sewu. Beberapa helaan nafas, terlihat dari dada yang membekas tangan dengan lima jari, mengeluarkan uap berwarna kemerahan. Setelah cukup lama Baraka mengeluarkan racun itu dari tubuh Melati Sewu. Selanjutnya dengan mengeraskan dua jari tangan kanannya, Barata
"Hmmm...!" Baraka manggut-manggut, seakan ikut merasakan keguncangan hati Dewa Racun saat itu.Lalu, Pendekar Kera Sakti ajukan tanya, "Lalu, apa kelebihan Melati Sewu setelah meminum Air Tuk Sewu itu, Dewa Racun?""Men... men... menurut kabar yang kudengar, orang yang meminum Air Tuk Sewu akan mencapai usia sampai seribu tahun, semasa ia tidak melakukan suatu tindakan yang amat ter... ter... terlarang, yaitu zinah! Tapi kalau dia pernah melakukan zinah, dia kehilangan kekuatan khasiat dari Air Tuk Sewu. Kec... kecuali ia lakukan dengan suami sendiri, itu tak mengurangi khasiat Air Tuk Sewu!"Pendekar Kera Sakti menarik napas setelah bungkam beberapa saat, lalu ia ucapkan kata pelan, "Mudah-mudahan Air Tuk Sewu sudah tidak berguna lagi bagi hidup Melati Sewu!""Berr... berr... berguna atau tidak, aku tak mau peduli. Tapi yang kutuntut adalah kematian Gayanti!""Maksudmu bagaimana, Dewa Racun?""Aku harus menuntut balas atas kematian itu kepa
Di pendapa, Pendekar Kera Sakti sempat ajukan tanya kepada Melati Sewu, "Siapa sebenarnya Nini Pasung Jagat itu?""Dia orang sesat!" jawab Melati Sewu. "Dulu dia punya banyak murid, tapi semua muridnya lari kepada kami, karena dia tak segan-segan menjatuhkan hukuman mati kepada muridnya untuk satu kesalahan kecil. Kini dia hanya punya satu murid, yaitu Tanjung Bagus itu. Apakah kau punya minat naksir Tanjung Bagus?"Pendekar Kera Sakti tertawa dan memancingnya dengan pertanyaan, "Kalau aku punya minat naksir dia, apakah tak layak?""Sangat tak layak! Karena dia itu sebenarnya lelaki. Dia seorang yang punya kelainan dalam jiwanya. Dia merasa dirinya sebagai wanita, bukan sebagai lelaki. Padahal dia punya nama asli Legowo! Bukan Tanjung Bagus. Kalau kau naksir dia, kau akan kecele."Pendekar Kera Sakti kembali tertawa, walau sebenarnya dia sudah tahu bahwa Tanjung Bagus itu banci, dan dia tak punya minat apa-apa kepada Tanjung Bagus. Dia hanya ingin menggir
Pendekar Kera Sakti hanya menggenggam kain putih menyerupai sapu tangan itu. Sebelum sampai di kamar yang dimaksud, Baraka menggaruk kepalanya kembali. Lalu, ia ikuti langkah Badai Kelabu yang masuk di sebuah ruangan lebar. Di situ bau busuk sudah tercium tajam. Tapi Baraka tetap tenang.Badai Kelabu sudah mulai tutupkan kain ke hidungnya. la memberi isyarat pada Baraka agar segera menutup hidung, tapi Pendekar Kera Sakti hanya tersenyum, sepertinya tak pernah merasakan bau busuk yang memualkan perut itu.Sebuah pintu kamar dibuka, Pendekar Kera Sakti dan Badai Kelabu masuk. Tetap saja Pendekar Kera Sakti tidak menutup hidungnya. la bisa bernapas dengan lancar, tanpa merasa terganggu bau busuk yang lebih tajam itu."Guru," kata Badai Kelabu. "Inilah tabib muda yang saya katakan tadi! Dia bersedia menyembuhkan Guru!""Hmmm... ya, suruh dia segera melakukan pengobatan untukku!" ucap orang yang berbaring dengan sekujur tubuh membusuk hitam.Hanya bagi
"Belum," jawab Pendekar Kera Sakti pelan dengan satu kaki diangkat dan ditaruh di atas sebuah batu setinggi lututnya. Baraka sedikit membungkuk karena lengan kirinya bertumpu di atas kaki yang ada di batu. Tangan kanannya masih bertolak pinggang, dahinya masih berkerut memikirkan sesuatu yang membuatnya gundah gulana."Mengapa kau tidak mau menn... menn... mencobanya?" tanya Dewa Racun sambil pandang wajah Baraka."Aku tak bisa...""Cobalah dulu, Baraka. Sebab aku sendiri merasa tidak sanggup menawarkan racun macam itu. Hanya Batu Galih Bumi yang bisa tawarkan racun itu!"Pendekar Kera Sakti menarik napas, tangannya menggenggam kuat. Makin galau pikirannya, makin gundah hatinya, dan hal itu sangat diketahui oleh Dewa Racun. Belum pernah Dewa Racun melihat Pendekar Kera Sakti segundah itu selama ia ikut bersama Baraka. Kejap berikut, setelah mereka sama-sama saling bisu, Dewa Racun berkata penuh hati-hati, "Baraka, cobalah kau gunakan Suling Naga Krish
MEREKA baru saja mendarat di pantai dengan gunakan sebuah sampan. Tiga wanita berambut cepak, seperti potongan rambut lelaki itu mempunyai paras ayu yang berbeda nilai kecantikannya. Namun ketiganya sama-sama menggiurkan seorang lelaki yang memandang dari sisi kemesuman. Karena ketiganya mempunyai bentuk tubuh nan elok, bak lambaian perawan menunggu pelukan.“Ingat ciri-cirinya!” kata wanita muda yang berpakaian putih bertepian benang emas. “Tampan, rambut poni, pakaian rompi kulit ular emas tanpa lengan, memiliki rajah naga emas melingkar di punggung lengannya”.Si cantik berpakaian putih yang mempunyai pedang di punggung bergagang balutan kain beludru merah itu menyebutkan ciri-ciri seorang pendekar tampan yang tak lain adalah Pendekar Kera Sakti, Baraka.Si cantik berdada seksi dan berkulit kuning langsung memberi isyarat dengan tangan agar kedua gadis seusianya itu bergerak mengikuti langkahnya jauh ke dalam hutan. Sesekali ia berpali
"Bocah bodoh kau! Gurumu saja tak mampu kalahkan aku, apalagi kau yang hanya muridnya!" geram Tengkorak Liar."Mendiang Guru tidak mempunyai ilmu 'Pedang Bintang', tapi aku punya jurus itu dari seorang guru pedang tersohor: Ki Argapura alias si Penggal Jagat! Tentunya kau kenal, Tengkorak Liar!""Persetan dengan Argapura!" geram Tengkorak Liar."Buktikan kehebatannya di depanku! Hiaaah...!"Tengkorak Liar sentakkan kedua tangannya ke depan. Dua larik sinar merah yang melingkar-lingkar pada ujungnya bagaikan mata bor itu melesat ke arah Angin Betina. Kecepatannya amat tinggi, membahayakan sekali bagi Angin Betina. Dihindari akan terlambat, ditangkis akan telat. Untung Baraka selalu siap siaga. Begitu sinar merah itu terlepas, sinar biru berkelok-kelok bagai lidah petirpun keluar dari sentakan kedua tangan Baraka.Claaap...!Jurus 'Cahaya Kilat Biru' warisan Ki Ageng Buana yang biasanya membuat lawan hangus dan keropos itu menghantam sinar mer
Blaaar...!Gelombang ledakan menghentak sangat kuat membuat tubuh Pendekar Kera Sakti sebelum sempat mendarat sudah terlempar lagi bagaikan terbuang ke arah belakang.Wuuus...! Brrukk...!Benturan tersebut bukan saja hasilkan gelombang ledakan tinggi, namun juga kerliapan cahaya merah yang lebar dan menyilaukan. Tongkat itu sendiri pecah dan terpotong-potong tidak beraturan. Pandangan mata Baraka menjadi gelap bagaikan menemui kebutaan.Ketika ia jatuh terpuruk dan mencoba untuk bangkit, ia tak melihat apa-apa kecuali kegelapan yang pekat. Tetapi suling mustika masih ada di tangannya, sehingga Baraka buru-buru menyalurkan hawa murni ‘Kristal Bening’-nya!Maka dalam beberapa kejap saja pandangan matanya sudah kembali seperti semula. Kesesakan dadanya mulai lancar, dan rasa sakit pada sekujur tubuh serta tulang-tulangnya yang merasa patah telah pulih segar seperti semuia."Edan! Kekuatannya begitu tinggi. Hampir saja aku celaka!" p
Orang pertama yang menghadapi Baraka adalah Tongkang Lumut yang bersenjata rencong terselip di depan perutnya. Yang lain mundur, memberikan tempat untuk pertarungan maut itu. Tongkang Lumut mulai buka kuda-kudanya, tapi Baraka malahan menggaruk-garuk pantatnya dengan seenaknya saja. Ketenangan itu sengaja dipamerkan Baraka untuk membuat ciut nyali lawannya, sekalipun hanya sedikit saja kedutan nyali itu dialami oleh lawan, tapi punya sisi menguntungkan bagi Baraka.Tongkang Lumut rendahkan kakinya. Kedua tangan terangkat, yang kanan ada di atas kepala dengan bergetar pertanda tenaga dalam mulai disalurkan pada tangan tersebut. Tangan kirinya menghadang di depan dada. Menggenggam keras dan kuat sekali.Slaaap...!Tiba-tiba Tongkang Lumut bagai menghilang dari hadapan Baraka. Tahu-tahu dia sudah berpindah tempat di belakang Baraka dalam jarak satu jangkauan tangan. Tentu saja punggung Pendekar Kera Sakti dijadikan sasaran tangan yang sudah berasap itu. Menyadari h
JUBAH hitam berambut putih panjang terurai sebatas punggung adalah tokoh sakti dari Nusa Garong. Biar badannya kurus, wajahnya bengis, matanya cekung, tapi kesaktiannya tak diragukan lagi. Ia dikenal sebagai ketua perguruan aliran hitam, yaitu Perguruan Lumbung Darah. Namanya cukup dikenal di kalangan aliran sesat sebagai Tengkorak Liar. Anak buahnya pernah berhadapan dengan Baraka ketika Baraka selamatkan Sabani, kakak Angon Luwak dalam peristiwa Keris Setan Kobra. Orang kurus bersenjata cambuk pendek warna merah itu berdiri tepat berhadapan dengan Baraka. Usianya diperkirakan sama dengan orang yang berpakaian serba hijau, sampai ikat kepalanya juga hijau, sabuknya hijau, gagang rencongnya hijau dan pakaian dalamnya hijau lebih tua dari jubah lengan panjangnya. Orang itu dikenal dengan nama Tongkang Lumut, dari Perguruan Tambak Wesi.Dalam usia sekitar delapan puluh tahun ke atas ia masih mempunyai mata tajam dan rambut serta kumisnya abu-abu. Badannya masih tegap, walau tak
Kini kelihatannya Ki Bwana Sekarat mulai memperhatikan segala sikap Baraka yang tadi terjadi saat ia menceritakan kehebatan pedang maha sakti itu. Ki Bwana Sekarat bertanya pada pemuda dari lembah kera itu, "Tadi kudengar kau mengatakan 'persis', maksudnya persis bagaimana?""Aku melihat pedang itu ada di tangan muridmu."Ki Bwana Sekarat kerutkan dahi, pandangi Baraka penuh curiga dan keheranan."Aku tak punya murid. Semua muridku sudah mati ketika Pulau Mayat diobrak-abrik oleh Rawana Baka atau Siluman Selaksa Nyawa!"Baraka tersenyum. "Kau mempunyai murid baru yang hanya mempunyai satu ilmu, yaitu ilmu 'Genggam Buana'. Apakah kau sudah tak ingat lagi?"Segera raut wajah Ki Bwana Sekarat berubah tegang. "Maksudmu... maksudmu pedang itu ada di tangan Angon Luwak, bocah penggembala kambing itu?""Benar!" lalu Baraka pun ceritakan kembali tentang apa yang dilihatnya saat Angon Luwak bermain perang-perangan dengan Saladin dan yang lainnya.
Wuuuss...! Kabut itu membungkus sekeliling mereka berdua. Kejap berikut kabut itu lenyap. Kedua tubuh mereka pun lenyap. Tak terlihat oleh mata siapa pun."Kita lenyap dari pandang mata siapa pun, Gusti Manggala. Suara kita pun tak akan didengar oleh siapa pun walau orang itu berilmu tinggi."Baraka memandangi alam sekeliling dengan kagum, sebab dalam pandangannya alam sekeliling bercahaya hijau semua. Mulut Baraka pun menggumam heran. "Luar biasa! Hebat sekali! Ilmu apa namanya, Ki?""Namanya ilmu... jurus 'Surya Kasmaran'.""Aneh sekali namanya itu?""Jurus ini untuk menutupi kita jika sewaktu-waktu kita ingin bermesraan dengan kekasih."Gelak tawa Baraka terlepas tak terlalu panjang. "Agaknya jurus ini adalah jurus baru. Aku baru sekarang tahu kau memiliki ilmu ini, Ki!""Memang jurus baru! Calon istrimu itulah yang menghadiahkan jurus ini padaku sebagai hadiah kesetiaanku yang menjadi penghubung antara kau dan dia!""Menakj
"Apa maksudmu bertepuk tangan, Bwana Sekarat?" tegur Pendeta Mata Lima.Dengan suara parau karena dalam keadaan tidur, KI Bwana Sekarat menjawab, "Aku memuji kehebatan Gusti Manggala-ku ini!" seraya tangannya menuding Baraka dengan lemas. "Masih muda, tapi justru akan menjadi pelindung kalian yang sudah tua dan berilmu tinggi!""Jaga bicaramu agar jangan menyinggung perasaanku, Bwana Sekarat!" hardik Pendeta Mata Lima.Ki Bwana Sekarat tertawa pendek, seperti orang mengigau, ia menepuk pundak Baraka dan berkata, "Pendeta yang satu ini memang cepat panas hati dan mudah tersinggung!""Ki Bwana Sekarat, apa maksud Ki Bwana Sekarat datang menemuiku di sini? Apakah ada utusan dari Puri Gerbang Kayangan?"Mendengar nama Puri Gerbang Kayangan disebutkan, kedua pendeta itu tetap tenang. Sebab mereka tahu, bahwa Baraka adalah orang Puri Gerbang Kayangan. Noda merah di kening Baraka sudah dilihat sejak awal jumpa. Semestinya mereka merasa sungkan, karena mer
Tetapi tiba-tiba sekelebat Sinar putih perak dari telapak tangan sang pengintai melesat lebih dulu sebelum Rajang Lebong lepaskan jurus 'Pasir Neraka' andalannya.Zlaaap...!Sinar putih perak yang dinamakan jurus 'Tapak Dewa Kayangan' itu tepat kedai dada Rajang Lebong.Deeub...! Blaaarrr...!Apa yang terjadi sungguh tak diduga-duga oleh Pangkas Caling. Tubuh Rajang Lebong hancur. Pecah menjadi serpihan-serpihan daging dan tulang yang menyebar ke mana-mana. Bahkan darahnya sendiri tak bisa terkumpulkan. Ada yang membasahi batu, pohon, daun, ilalang, dan ke mana saja tak jelas bentuknya, hanya warna merah yang membuat alam sekitarnya bagai berbunga indah. Sedangkan Pangkas Caling gemetar antara takut dan memendam murka, ia sempat berkata pada dirinya sendiri, "Kalau begini matinya, bagaimana aku bisa meludahi Rajang Lebong? Apanya yang harus kuludahi! Celaka! Ada orang yang membantu kedua pendeta itu! Ilmunya pasti lebih tinggi! Sebaiknya aku harus lekas-l