Home / Pendekar / Pendekar Kera Sakti / 64. Mahisa Birawa, Iblis Seribu Wajah

Share

64. Mahisa Birawa, Iblis Seribu Wajah

last update Last Updated: 2024-05-10 01:01:23

Terlalu banyak tanda tanya yang menggeluti benak Baraka. Hingga sampai beberapa lama, Baraka Cuma dapat berdiri termenung tanpa menyampaikan keputusannya. Baraka baru tersadar manakala Kenanga menepuk bahunya.

"Kau terlalu lama berpikir! Aku jadi tak sabaran lagi!" Di ujung kalimatnya, Kenanga menjejak tanah. Cepat sekali tubuhnya berkelebat.

"Hei! Tunggu!" cegah Baraka, berteriak keras sekali. Tapi, tubuh Kenanga telah hilang menyatu dengan kegelapan malam. Tinggallah Baraka merutuk dan menyesali kebodohannya sendiri

-o0o-

Penyesalan selalu datang terlambat. Baraka merasakan kebenaran ungkapan itu. Tidakkah lebih baik mengejar Kenanga. Kalau mungkin, malah memaksa gadis itu untuk mengatakan di mana letak Lembah Dewa-Dewi! Bukankah Lembah Dewa-Dewi mempunyai komplotan yang telah terbukti melakukan serangkaian pembunuhan kejam.

"Astaga!" seru Baraka tiba-tiba, mengarahkan pandangan ke arah hilangnya sosok Kenanga. "Aku dapat mengenali

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pendekar Kera Sakti   65. Cermin Terawang Tempat Lewati Masa

    "Cermin ini bernama 'Terawang Tempat Lewati Masa'!" seru Mahisa Birawa lagi. "Lihatlah baik-baik! Kau akan segera tahu apa yang tengah terjadi pada Kemuning!" Usai berkata, Mahisa Birawa menyipitkan kelopak matanya. Sebentar kemudian, dari mulut lelaki tua berwajah pemuda ini keluar suara ceracau tak karuan, mirip sekelompok lebah yang sedang mengamuk.Namun, Baraka bisa menduga bila Mahisa Birawa sedang merapal mantra guna mengeluarkan salah satu ilmu kesaktiannya. "Jahanam itu, sedang merapal mantra, tapi aku tak tahu apa yang akan dilakukannya...," desah Baraka."Aku harus siap siaga...." Terbawa perasaan tegang, Baraka mengalirkan kekuatan tenaga dalam Ilmu Angin Es dan Api ke berbagai tempat penting di tubuhnya. Sementara Mahisa Birawa merapal mantra, perlahan sinar mentari pagi mulai menyembur di ufuk timur. Cahaya Jingga mengusir kegelapan. Mahisa Birawa melebarkan kelopak matanya. Dia tersenyum mengejek ketika tahu Baraka mengeluarkan ilmu pelindung.

    Last Updated : 2024-05-10
  • Pendekar Kera Sakti   66. Sandi Keselamatan

    Namun, sosok Kemuning yang telah mencuri hatinya sanggup mengalahkan kekhawatiran Baraka terhadap kesesatan Mahisa Birawa. Baraka harus dapat menyelamatkan Kemuning! Apalagi, di benak Baraka terbayang peristiwa manis yang pernah dilaluinya bersama Kemuning. Beberapa hari yang lalu, di tengah malam, Baraka pernah merasakan ciuman dan dekapan Kemuning. Dan, hal itu membuat Baraka mengambil keputusan bahwa nyawa Kemuning lebih berharga dari Katak Wasiat Dewa!"Baik! Aku menuruti apa syaratmu!" ujar Baraka kemudian. "Katak Wasiat Dewa akan kuberikan kepadamu, tapi beritahukan lebih dulu di mana letak Lembah Dewa-Dewi!""Kau lemparkan benda di tanganmu itu kepadaku, baru nanti kukatakan tempat Kemuning berada...," tawar Mahisa Birawa."Jahanam! Kau hendak berlaku culas lagi!""Tidak! Aku tak akan mempermainkan mu. Aku benar-benar akan mengatakan di mana letak Lembah Dewa-Dewi kalau Katak Wasiat Dewa telah berada di tanganku!"

    Last Updated : 2024-05-10
  • Pendekar Kera Sakti   67. Menembus Laut Bernapas Dalam air

    "Hei! Siapa kau?" teriak Baraka. Tapi, si pengejar Mahisa Birawa yang sebenarnya adalah lelaki bertopeng baja putih, tak menghiraukan teriakan Baraka, Namun, lamat-lamat Baraka mendengar sebuah bisikan yang disampaikan dengan ilmu pengirim suara jarak jauh."Suatu saat nanti, aku pasti akan menemuimu. Ada banyak hal yang ingin kuketahui tentang jati dirimu. Namun, agar kau tak penasaran, kau bisa mengingat ku dengan sebutan Ksatria Topeng Putih."Mendengar bisikan itu, untuk beberapa lama Baraka terpaku di tempatnya. "Ksatria Topeng Putih....Ksatria Topeng Putih...," desisnya. "Siapa dia? Apakah dia berada di pihakku. Hmmm.... Siapa pun dia, yang pasti dia mempunyai urusan dengan Mahisa Birawa. Mudah-mudahan dia bisa menyelamatkan Katak Wasiat Dewa agar tidak disalahgunakan oleh Mahisa Birawa...."Baraka menatap sang mentari yang telah naik sejengkal dari garis cakrawala timur. Teringat akan persoalan pelik yang dihadapinya, Jalan pikirannya jadi buntu

    Last Updated : 2024-05-11
  • Pendekar Kera Sakti   68. Batu mustika

    "Batu mustika?" ujar Baraka, semakin tak mengerti. "Aku tidak membawa batu mustika! Aku memegangi perutku karena aku merasa lapar....""Jahanam!" geram Iblis Perenggut Roh. "Kau pasti menyimpan batu mustika 'Menembus Laut Bernapas Dalam Air' karena kau terus menyebut-nyebut nama batu milik Raja Penyasar Sukma itu!"Mendengar tuduhan Dua Iblis dari Gunung Batur yang datang silih berganti, lama-kelamaan Baraka jadi tahu duduk persoalannya. "Hmmm.... Aku tahu sekarang...," katanya dalam hati. "Kedua kakek itu menyangka aku membawa sebuah batu mustika bernama 'Menembus Laut Bernapas Dalam Air' milik seseorang yang berjuluk Raja Penyasar Sukma. Jadi..., kiranya kata sandi dari Mahisa Birawa itu berupa nama sebuah batu mustika...."Mendadak, Baraka bersorak girang. Setitik jalan terang untuk memecahkan sandi 'Menembus Laut Bernapas Dalam Air' sudah dapat ditemukannya tanpa sengaja."Terima kasih, Kek.... Terima kasih, Kek...," ujar Baraka seraya membungkuk horm

    Last Updated : 2024-05-11
  • Pendekar Kera Sakti   69. Gamabunta

    "Mahisa Birawa keparat...!" dengus Ksatria Topeng Putih."Ha ha ha...!" tawa gelak pemuda berpakaian serba merah yang memang Mahisa Birawa atau Iblis Seribu Wajah. "Bentuk tubuhmu bagus, bahan pakaianmu pun cukup enak dipandang mata, tapi aku tak tahu kenapa wajahmu kau tutup dengan topeng. Siapa kau? Apa hubunganmu dengan pemuda bernama Pendekar Kera Sakti itu? Kenapa kau mengejarku?"Mahisa Birawa mengeluarkan rentetan kalimat panjang. Telapak tangan kanannya tak henti mengelus katak raksasa yang tengah didudukinya. Sementara, satwa setinggi sepuluh tombak lebih itu senantiasa membuka mulut. Lidahnya yang berwarna merah berkilat tampak melelet-lelet."Aku mengejarmu karena ada banyak urusan yang harus kuselesaikan denganmu!" seru Ksatria Topeng Putih."Kau belum sepenuhnya menjawab pertanyaanku, Lelaki Bertopeng!" sahut Iblis Seribu Wajah. "Siapa kau? Apa hubunganmu dengan Pendekar Kera Sakti, sehingga kau bersusah payah mengejarku sampai ke Bukit Prata

    Last Updated : 2024-05-11
  • Pendekar Kera Sakti   70. Ksatria Topeng Putih vs Gamabunta

    "Aku belum kalah!" seru Ksatria Topeng Putih lagi bibirnya tetap tak bergerak."Hmmm.... Kau memang keras kepala, Ksatria Se....""Aku belum kalah!" Ksatria Topeng Putih berseru kembali, memotong kalimat Mahisa Birawa."Aku tak mau membuang tenaga percuma! Membunuh orang yang sudah luka parah sepertimu, aku tak memperoleh keuntungan apa-apa!" ujar Iblis Seribu Wajah, jumawa. "Untuk meladeni kekerasan kepalamu, kau hadapi saja Lidah Maut satwa tunggangan ku ini!" Usai berkata, Iblis Seribu Wajah menepuk leher Gamabunta."Khrokkk...! Khrokkk...!"Katak raksasa berkulit kasar seperti tonjolan batu itu membuka mulutnya lebar-lebar. Timbul tiupan angin kencang. Beberapa bongkah batu besar jatuh menggelinding ke kaki bukit. Sementara, gumpalan tanah bercampur kerikil dan patahan ranting pohon jati tampak beterbangan hendak menghajar tubuh Ksatria Topeng Putih!"Aku belum kalah!"Ksatria Topeng Putih mengulang lagi kalimatnya. Dia tak berbua

    Last Updated : 2024-05-12
  • Pendekar Kera Sakti   71. Iblis Pencabut Jiwa

    Sesaat, Baraka mendelikkan mata melihat serangan Dua Iblis dari Gunung Batur yang teramat ganas dan penuh nafsu membunuh. Pandangan Baraka jadi kabur akibat rasa pening di kepalanya. Bau anyir darah telah memenuhi tempatnya berdiri. Namun, percuma saja Baraka digembleng keras oleh Raja Kera Putih di Lembah Kera. Andai dia tak dapat meredam serangan Dua iblis dari Gunung Batur itu. Ketika tiga telapak tangan yang mengandung hawa kematian hampir mengenai sasaran, Baraka mengibaskan telapak tangan kirinya. Timbul serangkum angin pukulan yang cukup hebat walau Baraka cuma mengerahkan sepertiga bagian tenaga dalamnya. Kibasan telapak tangan kiri pemuda bernama Pendekar Kera Sakti itu bukan saja mampu mengusir bau anyir darah yang menebar dari telapak tangan Dua Iblis dari Gunung Batur, bahkan mampu menahan lesatan tubuh dua tokoh sesat itu.Dan pada saat tubuh Dua Iblis dari Gunung Batur masih tertahan di udara, Pendekar Kera Sakti membungkuk seraya melakukan gerakan 'Kera Memilah

    Last Updated : 2024-05-12
  • Pendekar Kera Sakti   72. Raja Penyasar Sukma

    "Hmmm..... Jadi, karena itulah kau menuduh aku telah mencuri batu mustika 'Menembus Laut Bernapas Dalam Air'?"Iblis Pencabut Jiwa tak menjawab. Dia Cuma menatap wajah Baraka. Tapi, Baraka sudah dapat nenangkap arti dari tatapan kakek gemuk bulat itu."Ketahuilah, Kakek Gendut, aku tidak pernah mencuri benda yang kau sebutkan itu," ujar Pendekar Kera Sakti kemudian. "Aku mengucap 'Menembus Laut Bernapas Dalam Air' karena kata-kata itu adalah kata sandi pemberian Iblis Seribu Wajah. Tokoh jahat itu telah menyandera seorang sahabatku. Dan, aku harus dapat memecahkan kata sandi itu agar aku dapat memberi pertolongan...."Baraka berkata dengan sejujurnya. Nada ucapannya jelas menyiratkan bahwa dia sudah tak punya sakit hati lagi kepada Iblis Pencabut Jiwa. Sementara, Iblis Pencabut Jiwa yang mendengar Baraka menyebut nama Iblis Seribu Wajah cuma diam saja. Padahal, dia punya hubungan dengan kakek yang pandai merubah wajah dan bentuk tubuhnya itu."Sekarang, k

    Last Updated : 2024-05-12

Latest chapter

  • Pendekar Kera Sakti   1142. Part 19

    Maka, pendekar tampan yang ternyata sejak tadi diintip oleh Sundari dari celah pintu dapur itu, mencoba mengutarakan maksudnya kepada Pak Tua pemilik kedai tersebut. "Apakah kau menyediakan kamar untuk penginapan, Ki?""Tidak. Maksudmu bagaimana, Baraka?""Kalau ada kamar, aku akan bermalam di sini. Aku ingin tahu siapa bayangan hitam itu. Karena..., terus terang saja, kedatanganku kemari adalah dalam perjalanan menemui Raja Hantu Malam.""Hahh...!" Ki Rosowelas terkejut. Baraka memang tidak jelaskan pokok masalah sebenarnya agar tak mengundang perhatian terlalu besar bagi si pemilik kedai itu.Baraka hanya berkata, "Aku punya sedikit urusan dengan Raja Hantu Malam dan harus segera kuselesaikan. Jika bayangan hitam itu memang Raja Hantu Malam, berarti aku tak perlu susah-susah mendaki Gunung Keong Langit. Jika memang bukan dia, maka kita semua akan tahu siapa sebenarnya bayangan hitam itu.""Tapi dia berbahaya, Baraka. Bayangan hitam itu, baik dia

  • Pendekar Kera Sakti   1141. Part 18

    Karena tutur katanya sopan dan wajah Baraka tidak kelihatan bengis, maka Ki Rosowelas pun mempersilakan Baraka untuk masuk ke kedainya. Kedai itu tidak ditutup semua, melainkan disisakan satu pintu untuk keluarnya Baraka nanti. Selain mengisi perutnya, Baraka juga memesan secangkir arak. Dua potong ketan bakar dinikmati pula sebagai pengisi perutnya. Ki Rosowelas menemani Baraka dengan ikut menikmati secangkir arak pula.Seorang gadis manis berkulit hitam segera bergegas ke belakang setelah membantu beberes tempat itu. Gadis manis berusia sekitar dua puluh tahun itu adalah anak tunggal Ki Rosowelas yang terlambat lahir. Gadis itu bernama Sunari, yang lahir pada saat Ki Rosowelas sudah berusia empat puluh tahun.Mulanya Ki Rosowelas dan mendiang istrinya merasa tidak akan punya keturunan, karena sudah bertahun-tahun hidup berumah tangga tapi tidak pernah mempunyai anak. Ketika mereka sudah berusia separo baya, sang istri justru hamil. Tapi sayang sang istri harus mening

  • Pendekar Kera Sakti   1140. Part 17

    "Kuhancurkan tubuh Sumbaruni jika kau tak mau tunduk padaku, Baraka!" kata Nila Cendani mengancam dengan suara dingin."Aku tak akan pernah tunduk pada orang sesat sepertimu, Nila Cendani!""Bagus. Kalau begitu kau ingin lihat tubuh Sumbaruni hancur sekarang juga!"Wuuut...! Claaap...!Dari mata Nila Cendani melesat selarik sinar biru bening ke arah tubuh Sumbaruni yang terkapar tak berdaya itu. Baraka yang memang mengetahui kalau serangannya bisa menyentuh Ratu Tanpa Tapak, cepat patahkan sinar biru itu dengan lepaskan jurus 'Tapak Dewa Kayangan', yaitu Sinar putih perak yang keluar dari telapak tangan yang disatukan di dada dan disentakkan ke depan.Baraka memang sudah mengetahui keistimewaan akan dirinya yang akan selalu perjaka, walaupun keperjakaannya itu sudah di obral kesana kemari.Claap...!Blegaaarrr...! Ledakan lebih dahsyat dari yang tadi telah membuat tanah bagaikan diguncang gempa hebat. Tiga pohon di seberang sana tumba

  • Pendekar Kera Sakti   1139. Part 16

    Dalam perjalanannya menuju Gunung Keong Langit, yang menurut keterangan Tabib Awan Putih, bentuk gunung itu seperti rumah keong raksasa itu, Baraka sempat berpikir tentang semua kata-kata dan penjelasan tabib bungkuk itu."Mungkin memang karena tak beristri lagi, maka Raja Hantu Malam kembali ke jalan yang sesat karena tak ada orang yang mengingatkannya. Tapi mengapa diawali dari dasar laut? Mengapa sasaran pertamanya Ratu Asmaradani? Apakah dengan begitu tingkah lakunya tidak mudah tercemar di permukaan bumi? Atau karena Raja Hantu Malam tak bisa menahan hasratnya untuk beristri lagi dan sudah lama mengincar Ratu Asmaradani yang masih tampak muda itu?"Renungan itu patah. Langkah pun terhenti. Pandangan Baraka segera tertuju ke arah kirinya. Di sana ada tanah lega berpohon jarang. Di atas tanah itu tampak dua orang mengadu kesakitan dengan letupan-letupan yang kadang menjadi ledakan mengguncang tanah. Baraka segera bergegas ke pertarungan dua perempuan yang jaraknya l

  • Pendekar Kera Sakti   1138. Part 15

    Pada saat Pendekar Kera Sakti tercengang, wajah Ratu Asmaradani tertunduk malu dan sedih. Tapi suaranya terdengar jelas, "Paksa dia untuk sembuhkan diriku, Baraka. Jika memang sangat terpaksa, kalahkan dia dengan caramu. Aku mohon bantuanmu. Pendekar Kera Sakti...!"Baraka masih tertegun merinding melihat keganasan ilmu 'Racun Siluman', ia dapat bayangkan alangkah menderitanya hidup tanpa bagian perut ke bawah.-o0o-RINDU MALAM hanya diizinkan oleh Ratu Asmaradani mengantar Baraka sampai di permukaan laut saja. Ia harus segera kembali, karena sang Ratu punya firasat adanya rasa cinta di hati Rindu Malam. Bahkan sebelum ia ditugaskan mengantarkan Baraka ke permukaan laut, sang Ratu sudah berpesan kepada semua rakyat dan orang-orang bawahannya, "Tak satu pun boleh mencintai Baraka dan merayunya. Dia orang terhormat, murid dari kakak sepupuku. Apalagi kalau dia berhasil kalahkan Raja Hantu Malam, kalian semua, termasuk aku, berhutang budi kepadanya.

  • Pendekar Kera Sakti   1137. Part 14

    "Ibuku adalah adik dari ibunya Dewi Pedang. Jadi cukup dekat hubunganku dengan bibi gurumu itu, Baraka."Pendekar tampan angguk-anggukkan kepala. Senyumnya kian mekar berseri menggoda hati para prajurit di pinggiran ruang pertemuan itu. Pendekar Kera Sakti merasa lega dan bangga bisa bertemu dengan Ratu Asmaradani, yang dalam urutan silsilah termasuk orang yang patut dihormati dan dilindungi, sebab adik dari gurunya sendiri. Tetapi Baraka diam-diam menyimpan keheranan kecil."Tentunya dia punya ilmu tinggi. Tapi mengapa dia tak bisa selesaikan persoalannya sendiri? Mengapa harus meminta bantuan padaku?"Kemudian Baraka pun bertanya, "Jadi, bagaimana aku harus memanggilmu, Nyai Ratu? Bibi atau....""Terserah kau. Bukan panggilan hormatmu yang kubutuhkan, tapi kesaktianmu yang kuharapkan bisa menolongku.""Boleh aku tahu apa kesulitanmu, Nyai Ratu?""Beberapa waktu yang lalu, seorang lelaki berilmu tinggi dapat masuk ke negeri ini. Ia mengaku

  • Pendekar Kera Sakti   1136. Part 13

    "Gusti Ratu kami mempunyai ilmu 'Latar Bayangan' yang membuat semua pemandangan di sini seperti pemandangan di permukaan pulau," kata Kelana Cinta."Apakah di sini juga ada siang dan malam?""Ya. Kami juga mengenal siang dan malam, tapi kami tak punya matahari dan rembulan," jawab Rindu Malam."Hanya orang berilmu tinggi dan mempunyai kepekaan indera keenam saja yang bisa sampai di tempat kami ini. Tetapi jika kau tinggal di sini, kau akan dibekali ilmu tersendiri yang bisa membuatmu keluar masuk ke negeri kami, seperti contohnya ilmu yang kugunakan membawamu kemari tadi," kata Kelana Cinta."Seandainya ada...." Kelana Cinta tak jadi teruskan kata, ia melihat seorang wanita berjubah perak muncul di serambi istana. Wanita berambut pendek itu membungkukkan badannya, memberi hormat kepada Baraka.Maka Kelana Cinta berkata, "Sebaiknya kita segera masuk ke istana. Pendeta Agung Dewi Rembulan sudah mempersilakan kita untuk menghadap sang Ratu.""O

  • Pendekar Kera Sakti   1135. Part 12

    "Aneh sekali!" gumam Baraka sambil memandang pulau gundul yang seolah-olah tempat pengasingan amat menyedihkan. Tak ada tonggak, tak ada pohon, tak ada atap, tak ada apa-apa. Tentu saja Pendekar Kera Sakti bingung mencari di mana negeri Samudera Kencana itu.Rindu Malam membawa Baraka persis ke tengah pulau. Kelana Cinta segera lakukan gerakan aneh. Kedua tangannya direntangkan, lalu mengeras, dan bergerak saling mendekat di depan dada. Kedua tangan itu saling bertemu, tapi hanya ujung telunjuk dan ujung jempolnya saja yang bertemu, jari lainnya menggenggam rapat. Kelana Cinta memusatkan pikirannya, mengerahkan tenaga untuk keluarkan kekuatan aneh dari ujung pertemuan dua telunjuk tersebut.Kejap berikut, ujung telunjuk itu lepaskan selarik sinar warna-warni, bagaikan sinar pelangi. Sinar itu melesat tanpa putus, mengarah ke tanah cadas berumput laut. Sinar itu bergerak sesuai dengan langkah kaki Kelana Cinta yang mengelilingi tubuh Rindu Malam dan Baraka. Sinar warna-

  • Pendekar Kera Sakti   1134. Part 11

    "Memang... memang hanya salah paham saja."Baraka tertawa, tapi Rindu Malam dan Sumbaruni saling lirik penuh hasrat untuk saling menyerang. Hasrat itu sama-sama mereka tahan supaya tidak membuat si pendekar tampan besar kepala, karena merasa diperebutkan.Tiba-tiba sekelebat bayangan datang dari arah belakang Sumbaruni. Bayangan itu tahu-tahu sudah berwujud di depan mereka, membuat Sumbaruni dan Baraka sedikit tercengang melihat penampilan seorang tokoh tua berambut panjang abu-abu, berbadan kurus dan berjubah putih kusam. Orang itu bukan orang tua yang bertarung aneh di puncak bukit seberang tadi, melainkan seorang tokoh tua yang amat dikenal Baraka dan Sumbaruni. Dia adalah Raja Maut, tokoh beraliran putih yang tidak sempat hadir dalam pertemuan di Bukit Kayangan untuk membicarakan pelaku pembunuhan Ki Empu Sakya."Sumbaruni, syukurlah kau bisa kutemui di sini!" kata Raja Maut."Ada apa, Prasonco?" tanya Sumbaruni menyebutkan nama asli Raja Maut.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status