Tiba-tiba ada sesuatu yang menyentak dari dalam perut Singo Bodong yang berwajah sangar dan berkumis tebal itu. Sesuatu yang menyentak itu makin kuat, dan akhirnya Singo Bodong paksakan diri untuk duduk, lalu tersontaklah isi perutnya keluar mulut.
"Hoooek...! Hoooek...!"
Tak banyak yang terkuras keluar, namun bikin Singo Bodong semakin geram menahan jengkel. Batinnya mengucap, "Mabuk yang telat! Mestinya tadi, sewaktu aku terombang-ambing ombak, muntah ini bekerja. Sekarang giliran aku mau istirahat, baru muntah ini datang!"
Baru saja Singo Bodong bangkit dengan menggeloyor, tiba-tiba dari arah punggungnya ada benda keras yang menyentak kuat. Bukk!
"Ehg...!"
Singo Bodong memekik tertahan dan tubuhnya yang besar itu tersungkur ke depan sedikit terlonjak.
Bruusss...!
Singo Bodong terpaksa mencium pasir basah. Bahkan setengah terpaksa membenamkan wajahnya ke sana. Kepalanya semakin berat, pandangan matanya berkunang-kunang saat ia kibas
Rupanya Tengkorak Terbang sama sekali tidak mau mempercayai penjelasan Singo Bodong. Bahkan ia berkata, "Kau boleh berganti nama jika kau sudah terbujur kaku tanpa nyawa, Dadung Amuk!""Jangan begitu," Singo Bodong tampak gemetar."Aku benar-benar bukan Dadung Amuk. Mungkin wajahku memang mirip dia, tapi aku bukan dia, Tengkorak Terbang. Sungguh! Berani sumpah apa saja!""Tutup mulutmu! Aku tak butuh kepura-puraanmu! Sekarang terimalah pukulan 'Gempur Baja' ini, hiaaaaah...!"Tengkorak Terbang sentakkan sedikit kaki ke tanah, tubuhnya sudah melayang cepat menuju ke arah Singo Bodong. Kedua tangannya mengepal dan begitu mendarat tepat di depan Singo Bodong, kedua tangan itu disentakkan ke depan dengan cepat sekali.Brreggh...!Dada Singo Bodong menjadi sasaran empuknya. Singo Bodong mencoba kibaskan tangan untuk menangkis, tapi meleset. Akibatnya, tubuh besar itu tersentak ke belakang, kedua kakinya sampai mengambang di permukaan tanah. Lalu.
Mata cekung itu cepat layangkan pandang ke arah depan. Keadaan di depan sana sepi-sepi saja. Tiap jengkal tanah, tiap bentuk tanaman, disusuri oleh mata cekung Tengkorak Terbang. Tapi tak terlihat tanda-tanda gerakan yang mencurigakan. Akhirnya si Tengkorak Terbang serukan suaranya, "Siapa yang ada di depan! Keluarlah! Jangan bikin aku marah!"Dari atas pohon meluncur orang berpakaian serba ungu. Melihat warna pakaiannya saja Tengkorak Terbang sudah dapat mengerti siapa tokoh perempuan yang baru saja turun dari pohon itu."Cempaka Ungu...!" sebut Tengkorak Terbang dengan sedikit kerutkan dahi. Perempuan bertusuk konde bentuk kembang cempaka itu berdiri dengan kedua kaki sedikit merenggang. Sebagian rambutnya yang samping jatuh ke depan telinga berbentuk lengkung-lengkung indah, ia menyandang pedang di punggungnya dengan gagang dan sarung pedang dibungkus kain ungu. Perempuan berusia antara tiga puluh tahun itu bukan hanya cantik, tapi juga bermata menarik. Mata itu mem
Perempuan bertampang cantik namun angkuh itu mendenguskan hidungnya. Semakin benci ia memandang Singo Bodong, semakin bergolak darahnya dan bertambah besar nafsunya untuk membunuh orang besar itu. Mata indahnya itu menatap Singo Bodong dengan buas, seolah-olah seluruh darah Singo Bodong ingin dihirupnya habis sebagai pembalasan atas kematian kedua kakaknya, yaitu Melati Hitam dan Kenanga Merah.Singo Bodong sendiri semakin sedih hatinya, ia tahu bahwa perempuan itu ingin sekali menghabisi nyawanya. Seandainya ia bisa jelaskan bahwa dirinya bukan Dadung Amuk, ia akan jelaskan sejelas-jelasnya. Tapi geram kemarahan perempuan itu kelihatan tak akan mau menerima penjelasan Singo Bodong, dan sulit mempercayai kata-katanya. Sebab itu Singo Bodong sekarang justru bertaruh harap kepada Tengkorak Terbang, ia sengaja berdiri di belakang Tengkorak Terbang sebagai pelindung dari serangan Cempaka Ungu."Cempaka," kata Tengkorak Terbang tanpa ada kesan mengimbangi kemarahan perempua
"Kenapa tidak kau lakukan?""Karena dia sudah menyerah dan siap dihadapkan pengadilan sang Ratu! Siapa menentang langkahku ini, berarti menentang keputusan sang Ratu!"Orang yang tadi berani bicara sekarang terdiam. Matanya memandangi teman-temannya. Teman- temannya juga saling pandang satu dengan yang lain. Pada saat hening tanpa kata, Tengkorak Terbang cepat sentakkan suaranya lagi, "Minggir kalian!"Maka, empat orang yang menutup jalan menuju pintu gerbang itu pun segera menepi dengan sikap tetap mengacungkan senjatanya, seakan berjaga-jaga mendapat serangan sewaktu-waktu dari Singo Bodong yang dianggap tawanan mereka."Buka pintu!" sentak Tengkorak Terbang kepada penjaga pintu gerbang itu. Dengan terburu-buru kedua penjaga segera membukakan pintu, dan Tengkorak Terbang menarik tangan Singo Bodong agar mempercepat langkahnya. Kali ini, Singo Bodong ada di belakang Tengkorak Terbang yang melangkah lebih dulu.Begitu mereka masuk ke pintu gerbang,
ILMU 'Lebur Samudera' adalah ilmu yang sangat berbahaya. Si Setan Bodong pun tidak memiliki ilmu itu. Tetapi Ratu Pekat tahu, satu-satunya orang yang memiliki ilmu 'Lebur Samudera' yang ada di sekelilingnya itu adalah Dewi Kencana Langit, yang bersemayam di pesisir selatan bagian timur tanah Jawa.'Lebur Samudera' ilmu yang tak kenal ampun lagi. Orang yang memiliki kesaktian setinggi apa pun, jika terkena pukulan ilmu 'Lebur Samudera', akan hilang semua kesaktiannya, dan ia tak akan bisa berbuat apa-apa. Ia akan menjadi orang polos dan bodoh. Bahkan untuk berlari cepat pun tak akan mampu. Ratu Pekat melihat keadaan Singo Bodong yang dianggap Dadung Amuk itu, menjadi sangat curiga dan agak ragu dalam bertindak.Sebab ia tahu ciri-ciri orang berilmu tinggi yang habis terkena pukulan 'Lebur Samudera' akan menjadi seperti Singo Bodong; bodoh, penakut, dan kosong tanpa isi sedikit pun."Setidaknya," pikir Ratu Pekat, "Kalau Dadung Amuk hanya berpura-pura kalah, maka
Cempaka Ungu kerutkan dahi. "Mengapa bisa begitu, Ibu?""Tengkorak Terbang yang melakukannya dan membuat dia menjadi seperti itu.""Apa maksud, Ibu?""Kau tahu sendiri kehebatan jurus dan ilmunya Dadung Amuk sewaktu dia mengamuk di sini dan mencari Kitab Pusaka Wedar Kesuma! Begitu tangguh dan hebatnya dia. Ibu mengakui hal itu. Tapi di tangan Tengkorak Terbang, ia menjadi luluh dan tak berdaya seperti itu. Kesaktian dan kekuatannya hilang tak tersisa sedikit pun. Dan hanya orang yang mempunyai ilmu 'Lebur Samudera' yang bisa membuat lawan menjadi seperti itu.""Jadi... jadi maksud Ibu, Tengkorak Terbang telah memiliki ilmu 'Lebur Samudera' Oh, tidak mungkin, Ibu! Aku tidak percaya kalau Cakradanu bisa memiliki ilmu sehebat itu!""Nyatanya Dadung Amuk menjadi sebegitu lemahnya setelah dibawanya kemari! Tentunya saat ia temukan Dadung Amuk di pantai, ia telah lepaskan pukulan 'Lebur Samudera' yang membuat ilmu dan kesaktian Dadung Amuk menjadi sirna
"Mengapa jadi begitu?" pikir Tengkorak Terbang.Bahkan si Mata Elang pun memandangnya dengan sikap bersahabat. Biasanya anak muda yang bertubuh kekar itu memandangnya dengan sikap angkuh, seakan meremehkan keberadaan Tengkorak Terbang di lingkungan para pejabat istana. Sekarang sikap angkuh dan meremehkan itu sudah tidak ada lagi. Bahkan dengan senyum kecilnya, si Mata Elang berkata, "Sebagai seorang panglima yang baru saja diangkat, kau harus bisa tunjukkan sikap kejantananmu yang mengagumkan hati Nyai Ratu itu, Tengkorak Terbang. Kurasa tak ada jeleknya kau memutuskan apakah hukuman gantung itu perlu dilaksanakan atau tidak! Kau punya kekuasaan sekarang ini!""Nyai Ratu," kata Tengkorak Terbang. "Penghargaan ini terlalu tinggi buat saya! Tak pantas rasanya saya menjadi panglima!""Siapa bilang tak pantas!" senyum Ratu Pekat tersungging. "Bahkan menurutku kau sangat pantas untuk mendapat gelar sang Penakluk dari Pulau Beliung!""O, tidak, Nyai! Itu semak
"Kudengar kau memanggil namaku, Tengkorak Terbang!""Karena aku tahu kau memancing kemarahanku, Dewa Racun!""Kau salah duga, Tengkorak Terbang!""Tidak. Aku tidak salah duga!" sentak Tengkorak Terbang. "Aku kenal betul senjatamu itu, panah pendek! Sesuai dengan tubuhmu yang kerdil!""Justru aku keluar dari persembunyianku karena aku melihat ada orang menggunakan senjataku!""Omong kosongi Kau bersekongkol dengan anak buah Siluman Selaksa Nyawa itu!""Salah!" sahut Dewa Racun. "Kau tidak tahu bahwa aku telah kehilangan senjata saat perahuku pecah! Busur dan anak panahku hilang entah ke mana, juga kedua teman yang bersamaku hilang tak kutahu di mana. Hanya satu orang yang kutahu di mana letaknya!""Kau ingin cuci tangan dari persoalan ini, rupanya!""Terserah apa katamu, yang jelas...."Belum selesai Dewa Racun bicara, datang anak panah dari arah kiri Tengkorak Terbang.Zllappp...!Kewaspadaan yang tinggi, k
Baraka kerutkan dahi, karena merasa asing dengan nama tersebut. Gadis berkepang dua yang punya tahi lalat kecil di sudut mata kirinya itu hanya mencibir sinis melihat keheranan Baraka."Aku tidak kenal dengan nama itu.""Bohong!""Aku berani bersumpah. Justru kalau kau mau, tolong jelaskan siapa orang berjuluk Iblis Raja Naga itu?""Tentu saja orang yang mempunyai Pedang Raja Naga!""Aku tidak tahu siapa pemilik pedang tersebut, Nona."Gadis itu diam. Tangannya membersihkan tanah yang melekat di pakaian hijau cerahnya itu. Sambil menepiskan tanah-tanah dari pakaiannya, matanya memandang tajam penuh selidik. Dari ujung rambut Baraka diperhatikan sampai ke bagian kakinya. Baraka tetap kalem. Bahkan ia sempat menggaruk kepalanya. Kesannya menganggap ringan kepada gadis yang sedang cemberut itu."Baiklah, Nona," kata Baraka, "Kalau kau tak mau jelaskan apa sebab kau menangis dan apa hubungannya dengan Iblis Raja Naga, aku akan teruskan la
Ternyata harapan Baraka terkabul. Ia berhasil bertemu dengan kakek penyerang Wiratmoko. Mata Baraka memperhatikan dengan seksama. Kakek itu mengenakan jubah putih lusuh dan menggenggam tongkat berkelokkelok seperti seekor ular warnanya hitam. Rambutnya yang panjang sepunggung tidak diikat apa pun, sehingga hembusan angin memainkan rambut itu, menyingkap dan menutup sebagian wajahnya. Kakek kurus itu mempunyai sapasang mata yang cekung dan tubuh yang kurus. Namun sorot pandangan matanya itu bagai mempunyai kekuatan yang membuat lawan atau orang lain menjadi segan kepadanya. Baraka pun merasa demikian, namun ia memaksakan diri untuk tetap berdiri menghadang kakek tersebut."Maaf, Pak Tua...." sapa Baraka dengan sopan, "Aku terpaksa menghentikan langkahmu. Ada sesuatu yang ingin kuketahui darimu dan membuatku sangat ingin tahu."Kakek berambut panjang itu berkata, "Menyingkirlah, Murid Setan Bodong. Jangan campuri urusanku!"Baraka terkejut mendengar kakek itu meng
Setelah keduanya menyalurkan hawa murni dalam tubuh masing-masing, rasa sakit yang mereka alami pun mulai reda. Napas mereka yang terengah-engah menjadi tenang kembali. Tapi kedua mata mereka masih saling beradu pandang dengan sama-sama tajamnya."Aku tak akan membiarkan kau lolos, Tandak Ayu. Sebelum ku peroleh benda itu darimu, akan kusiksa dirimu dengan jurus 'Pembakar Jantung'-ku nanti!""Persetan dengan anggapanmu! Aku bukan Tandak Ayu!""Omong kosong! kau pasti Tandak Ayu yang merubah diri menjadi wujud lain!""O, kurasa kau benar-benar salah anggapan. Perlu kuluruskan. Aku bukan Tandak Ayu. Namaku adalah Kirana, murid Nyai Punding Sunyi dari Perguruan Mawar Seruni!"Citradani diam sebentar, mulai merenungi kemungkinan salah pahamnya. Wajah Kirana diperhatikan baik-baik dengan hati dililit kebimbangan. Sementara itu, Kirana sendiri segera ajukan tanya kepada Citradani."Sebutkan siapa dirimu, supaya kesalahpahaman ini tidak merenggut n
Kelinci putih itu melompat di balik karang. Citradani segera menghantamkan pukulan jarak jauhnya bercahaya merah.Wuuut...!Blaaar...!Karang hancur seketika menjadi serbuk warna merah membara dan panas. Kelinci itu hilang. Entah kemana perginya.Citradani mencari kebingungan. Hatinya kian panas, dadanya ingin meledak karena kehilangan lawannya. Ia hanya bisa menggerutu, "Kurang ajar! Dia pasti berubah menjadi undur-undur!"Sambil mengorek-ngorek tanah berpasir mencari undur-undur jelmaan Tandak Ayu, Citradani bertanya-tanya dalam hatinya, "Bagaimana mungkin kalung itu bisa ada di tangannya? Apakah ia berhasil merebut kalung itu dari si tampan berhati iblis itu? Semudah itu kah Tandak Ayu mampu merebutnya"Padahal aku tahu persis ilmu si Tandak Ayu tidak seberapa tinggi. Sekalipun ia murid Nyai Demang Ronggeng yang kesohor dengan ilmu 'Tarian Mayat'-nya, tapi aku yakin ia belum mewarisi ilmu itu. Nyai Demang Ronggeng tak akan semudah itu men
"Nama yang sederhana, tapi mudah diingat, mudah pula dihilangkan dari ingatan," kata Wiratmoko bernada angkuh."Apakah kau tersesat di hutan ini?""Tidak semata-mata tersesat.""Ha, ha, ha, ha...," Wiratmoko tertawa melecehkan. "Jangan menutupi kebodohanmu. Baraka. Aku tahu kau benar-benar tersesat. Buktinya kau tidak mengetahui bahwa tanah yang kau lalui tadi adalah permukaan sebuah lubang maut yang bernama Sumur Tembus Jagat."Baraka berkerut dahi, matanya memandang ke arah tanaman rambat yang tadi dilaluinya. Ia baru tahu bahwa lubang itu adalah Sumur Tembus Jagat. Tapi ia tak paham apa artinya."Sumur Tembus Jagat ini termasuk sumur tanpa dasar. Jika seseorang masuk ke dalamnya ia tak akan bisa ditemukan lagi. Mungkin mati di pertengahan lorong sumur atau terbuang ke sisi belahan bumi lainnya. Yang jelas tak akan ada orang bisa selamat dari maut yang ada di Sumur Tembus Jagat itu. Beruntung sekali kau mempunyai ilmu peringan tubuh cukup tinggi,
Sebuah senjata rahasia telah terselip di antara jemari Baraka. Citradani terperanjat dan segera menyadari apa sebenarnya yang dilakukan oleh Baraka. Ternyata Pendekar Kera Sakti baru saja menyelamatkan jiwa Citradani dari ancaman senjata rahasia yang dilemparkan oleh seseorang dari tempat yang tersembunyi. Senjata rahasia itu berupa sepotong bulu landak yang tajam dan beracun ganas. Jika tangan Baraka tidak menutup ujung bukit dada Citradani maka senjata rahasia itu yang akan menancap di sana. Tapi dengan gerakan tangan Baraka menutup ujung bukit dada Citradani, maka senjata rahasia itu hanya terselip di sela jari Baraka dan dijepit kuat agar tak menyentuh kulit dada gadis itu."Kau mengenal siapa pemilik senjata ini?" tanya Baraka."Tidak. Tapi aku melihat sekelebat bayangan lari ke sana. Aku akan mengejarnya!""Tunggu dulu, aku akan...."Wuuusss...!Citradani sudah melesat lebih dulu sebelum Baraka selesai bicara. Kecepatan gerakannya yang menyer
Brrug...!Jaraknya hanya empat langkah dari tempat Pendekar Kera Sakti berdiri. Kalau saja Baraka mau menyerangnya, itu bukan pekerjaan yang sulit. Tapi ternyata Baraka tidak mau memberikan serangan balasan. Ia hanya melangkah satu tindak lagi dan si gadis buru-buru bangkit dari kejatuhannya. Kuda-kuda terpasang lagi, mata semakin tajam, napas kian menderu."Tulangku terasa ngilu semua," pikir gadis itu. "Kekuatan apa yang ada pada senjata itu, sehingga tenaga dalamku menjadi berbalik menyerangku? Rupanya pemuda ini bukan manusia hutan sembarangan. Aku tak boleh menganggap remeh kepadanya. Hmmm... tapi ketampanannya membuat keberanianku sempat susut beberapa kali. Kurang ajar! Persetan dengan ketampanan itu. Aku harus bisa melupakannya kalau tak ingin mati di ujung senjatanya itu!""Tahan seranganmu, Nona," kata Baraka dengan kalem. "Aku bukan musuhmu. Toh aku telah melepaskanmu dan tak jadi menyantapmu," tambah Baraka karena ia yakin gadis itu jelmaan dari keli
SEKELEBAT bayangan melintasi hutan di kaki bukit. Orang mengenal bukit itu dengan nama Bukit Mata Langit. Tak ada orang yang berani melintasi hutan di Bukit Mata Langit itu, karena mereka takut terperosok ke sebuah lubang yang amat dalam. Lubang itu tertutup oleh tanaman rambat sehingga tidak mudah diketahui oleh siapa pun. Tanaman rambat yang menutup rapat lubang tersebut seolah-olah berguna sebagai tanaman penjebak. Kelihatannya tempat itu datar dan bertanaman rambat biasa, tapi sebenarnya di bawah tanaman rambat itu terdapat lubang besar yang mengerikan. Lubang itu dikenal orang dengan nama Sumur Tembus Jagat.Hanya orang-orang yang tersesat saja yang berani masuk dan melintasi hutan Bukit Mata Langit itu. Salah satu orang yang tersesat adalah pemuda berpakaian keemasan. Pemuda itu mempunyai ketampanan menghebohkan kaum wanita. Di kedua pergelangan tangannya, tampak barisan gelang yang juga berwarna keemasan. Sebuah rajah naga emas melingkar juga tampak terlihat jelas dipu
Kini pedang emas sudah ada di tangan Baraka. Dan tubuh Rangka Cula yang terkena jurus 'Yudha' itu menjadi terpotong-potong dengan sendirinya setiap ruasnya, sampai terakhir kepalanya jatuh ke tanah dalam keadaan sudah tidak sempurna lagi.Brukk...!Tubuh Rangka Cula rubuh dalam keadaan paha dan lutut sudah terpisah. Dan itulah kehebatan jurus 'Yudha', yang menjadi satu dengan jurus 'Manggala', pemberian dari seorang ratu di alam gaib, yaitu Ratu Hyun Ayu Kartika Wangi."Baraka...! Kau berhasil...!" teriak Kirana dengan girangnya, ia segera memeluk Pendekar Kera Sakti yang sudah memegangi pedang emas bersama sarungnya. Yang lain pun tersenyum merasa lega bercampur kagum. Terutama Ratna Prawitasari, tak henti-hentinya ia tersenyum memandangi kehebatan Baraka, tak henti-hentinya ia terkesima memandangi ketampanan Baraka, hingga lupa berkedip sejak tadi.Namun, kegembiraan itu segera susut setelah mereka mendengar suara ringkik kuda. Mata mereka berpaling ke