Beranda / Pendekar / Pendekar Kera Sakti / 6. Jimat Hati Iblis

Share

6. Jimat Hati Iblis

last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-22 20:11:37
LANGIT MALAM tebarkan bintang dan rembulan di sudut mega. Warna cerahnya menggiurkan pasangan muda-mudi untuk taburkan kasih kemesraannya. Bahkan pasangan tua berhati muda pun tak segan-segan lepaskan rayu dan canda menggelitik di sela-sela hati mereka.

Mendadak kabut berjingkat dari celah bongkahan tanah perbukitan. Kabut tipis itu merayap makin menebal, lalu membungkus setiap celah tanah berdaun rumput. Bukit mulai diselimuti kabut. Langit sedikit dipulas rona hitam awan. Rupanya tadi telah melesat cahaya hijau berekor. Cahaya hijau di langit itu bagaikan berudu terbang yang melintasi perbatasan langit bermega hitam. Warna hijaunya terang dan mencolok mata para penghuni bumi.

Wuusshh...!

Angin mulai menunjukkan keperkasaannya, hembusannya tiba-tiba saja menjadi cepat dan berat. Warna hijau cerah berekor panjang di langit bagai semakin dilemparkan dari sisi satu ke sisi lainnya. Gerakannya mengikuti lengkung langit hingga menuju perbatasannya yang tak pasti. Para tokoh tua saling berl
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   7. Jatuhnya Pertanda Sang Pewaris

    Ketika dia membungkuk hendak mengambil Jimat Hati Iblis yang masih berada dalam genggaman tangan kiri Rawana Baka. Tiba-tiba tidak disangka-sangka kaki kanan orang yang diduga telah menemui ajal itu melesat ke arah dada si kakek.Bukkkk!“Uggghhh!”Sang Utusan Para Dewa menjerit keras. Tubuhnya terpental tiga tombak, terbanting jatuh punggung pada sebuah batu besar dan dari mulutnya menyembur darah kental!"Mengapa aku bertindak lengah! Belum mati jahanam itu rupanya!” keluh si kakek. Memandang ke depan dilihatnya Rawana Baka terbungkuk-bungkuk berusaha bangkit berdiri.Walau dadanya serasa hancur si kakek cepat bangun. Tangan kirinya digerakkan. Tongkat api kembali berubah menjadi cambuk menyala. ”Kali ini harus kuputus lehernya! Harus kutanggalkan kepalanya!”Si kakek berkomat kamit sambil putar pergelangan tangan kirinya. Cambuk api bergetar, meliuk-liuk laksana sosok ular hidup. Begitu dia menyentak maka cambuk api itu melesat ganas ke udara, mengeluarkan suara menggidikkan disert

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-22
  • Pendekar Kera Sakti   8. Kelahiran Sang Naga

    Gunung Asmoro terlihat berdiri dengan angkernya malam itu, sebuah gerobak yang ditarik kuda berbulu putih belang coklat itu berhenti di depan bangunan besar yang mirip candi diatas puncak gunung asmoro. Saat itu di penghujung malam menjelang pagi. Perempuan tua yang duduk di samping pemuda sais gerobak melompat turun. Gerakannya gesit dan enteng. Di pinggangnya tergantung satu bungkusan besar. Di depan pintu bangunan dia hentikan langkah, memandang pada lelaki yang keluar menyambutnya.Perempuan tua itu ludahkan gumpalan sirih dan tembakau di dalam mulutnya lalu bertanya."Apa aku datang terlambat Yudha?""Belum mak. Keadaannya gawat sekali. Aku khawatir”Perempuan tua itu tidak menunggu sampai lelaki bernama Yudha menyelesaikan ucapannya. Dengan cepat dia masuk ke dalam bangunan, langsung menuju ke sebuah kamar dari dalam mana terdengar suara erangan berkepanjangan.Di ambang pintu kamar si nenek mendadak hentikan langkah. "Yudha! Kegilaan apa yang aku lihat ini! Siapa yang mengikat

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-22
  • Pendekar Kera Sakti   9. Kelahiran Sang Pewaris

    Pada saat sang jabang bayi hendak nongol dari rahim sang ibu, hujan deras disertai dengan amukan badai cukup dahsyat. Lebih dari tiga puluh pohon tumbang, puluhan batu menggelinding dari ketinggian, kilatan cahaya petir ikut menghujani gunung itu. Badai mengamuk hanya di puncak gunung, sedangkan di kaki Gunung Asmoro hanya terjadi angin kencang biasa-biasa saja. Bahkan hujannya tak terlalu lebat.Kabutpun hadir membungkus puncak Gunung Asmoro. Tebal sekali, seperti selimut domba. Puncak Gunung Asmoro bagai lenyap ditelan langit. Kilatan cahaya biru menggelegar menyambar-nyambar puncak gunung itu."Oaaa...! Oaaa.. ! Oaaa. !"Akhirnya, suara tangis bayi itu pun terdengar melengking tinggi. Seakan ingin mengalahkan deru badai dan ledakan guntur di sana-sini. Tangis sang bayi menggetarkan dinding-dinding batu, seolah-olah bangunan candi itu akan runtuh karena getaran suara si jabang bayi. Bahkan dari puncak hingga kaki gunung terjadi getaran hebat, sepertinya gunung itu akan meletus atau

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-22
  • Pendekar Kera Sakti   10. Awal Bencana

    SEMILIR ANGIN MALAM menghembuskan udara yang terasa sangat dingin ketika seorang wanita cantik tengah membuka pakaian warna merah yang dikenakannya. Rambutnya yang semula digelung dengan tusuk konde, dilepas hingga terurai. Hal itu membuat kecantikan Dewi Salindri kian bertambah nyata.Tanpa sepengetahuannya, seseorang dengan mata tak berkedip mengintip tubuhnya yang kuning langsat dan menggairahkan. Lelaki itu berulang kali menelan ludah serta menahan napas dengan mata jalang."Ck, ck, ck.... Pantas saja kalau Wasesa sampai mabuk kepayang kepadanya. Tidak kusangka, kalau sang Dewi benar-benar mempesona," gumamnya dengan gairah yang bergejolak.Ketika ia tengah asyik mengintip tubuh mulus dan mempesona itu, kakinya yang tak mampu menahan getaran birahi tanpa disengaja membentur sesuatu.Krak!Kegaduhan kecil itu membuat Dewi Salindri yang tengah mengganti pakaian tersentak dan terburu-buru mengenakannya kembali. Mata cantiknya memandang lekat pada dinding bilik rumahnya, sedangkan pen

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-22
  • Pendekar Kera Sakti   11. Sepasang Pendekar Golok Sakti

    Orang yang memanggul harpa tertawa. Wajahnya yang sesungguhnya tampan, dengan tajam memandang Sepasang Pendekar Golok Sakti yang juga kakak-kakak seperguruannya. Kemudian, pandangannya diarahkan pada Dewi Salindri yang semakin sengit melihat tatap mata nakal itu, sehingga napasnya turun-naik. Matanya melotot penuh kebencian."Wasesa, masih belum jerakah kau?" tanya Dewi Salindri dengan bentakan marah.Ucapan itu tidak menjadikan Wasesa takut. Malah, lelaki berpakaian serba merah itu tergelak-gelak hingga matanya berlinang air mata."Ah, mana mungkin aku jera sebelum mendapatkan Kitab Inti Golok Sakti?"Usai berkata demikian, Wasesa memandang taman-temannya sambil tergelak-gelak. Sehingga teman-temannya turut tertawa."Kau benar-benar keras kepala, Sudah kukatakan, bahwa kitab itu tidak ada pada kami Lagi pula, jangan bermimpi untuk mendapatkan kitab itu" bentak Dewi Salindri gusar. Kemarahannya sudah tidak dapat lagi dibendung.Dibentak begi

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-24
  • Pendekar Kera Sakti   12. Kemarahan Dewi Salindri

    "Kubunuh kau, Wasesa..." bentak Dewi Salindri sengit. Kemudian tanpa banyak berkata lagi, Dewi Salindri segera menyerang dengan tebasan-tebasan golok. Serangannya begitu gencar, membuat golok di tangannya bagai menghilang. Ke mana pun Wasesa menghindar, golok di tangan Dewi Salindri mengejarnya. Keadaan itu membuat Wasesa agak kerepotan juga."Hebat.. Rupanya ilmu golokmu semakin lama semakin bertambah maju, Dewi...," puji Wasesa sambil tertawa terkekeh, membuat perempuan itu semakin bertambah panas. Karena ia tahu kalau ucapan Wasesa hanyalah sebuah ejekan kepadanya."Jangan banyak bacot. Terima seranganku ini..." Dewi Salindri semakin mempercepat serangannya. Golok di tangan kanannya berkelebat cepat, menimbulkan sinar putih keperakan yang bergulung cepat mengejar Wasesa.Menghadapi serangan gencar dari Dewi Salindri, Wasesa yang tidak memakai senjata mau tak mau harus mengeluarkan ilmu peringan tubuhnya untuk berkelit ke sana kemari.Sebuah sodokan gag

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-24
  • Pendekar Kera Sakti   13. Baraka terjatuh ke dalam jurang

    "Hup...""Auh, tidak..." Dewi Salindri kembali memekik seraya menghindari sergapan Wasesa. Kaki kanannya memang mampu digeser agak melebar, tapi tetap saja tangan Wasesa dapat menjambret pakaiannya.Breeet!Pakaian yang dikenakan Dewi Salindri robek di dadanya, sehingga bagian dadanya tampak jelas terlihat. Hal itu membuat Wasesa menelan ludahnya berulang kali. Sedangkan Dewi Salindri berusaha menutupinya dengan kedua tangan.Dewi Salindri menggeleng-gelengkan kepalanya dengan mata masih memandang tegang ke arah Wasesa yang kian kerasukan setan. Tubuhnya kembali menerkam Dewi Salindri. Dan tanpa dapat dihindari lagi, tubuh Dewi Salindri disergap dengan buas oleh Wasesa."Lepaskan Lepaskan aku, Pengecut!" jerit Dewi Salindri sambil terus berontak untuk dapat melepaskan dekapan kokoh tangan Wasesa yang kian beringas dan terus menciumi wajahnya.Kegaduhan itu rupanya membangunkan seorang bocah berusia sekitar sepuluh tahun yang tengah tidur di

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-24
  • Pendekar Kera Sakti   14. Kematian sang ibu

    Pertarungan Yudha melawan kelima begundal Wasesa masih berlangsung seru. Dilihat dari perkembangannya, jelas menunjukkan Yudha semakin terdesak hebat oleh kelima lawannya yang semakin bernafsu untuk secepatnya menjatuhkan lawan mereka.Meski begitu, Yudha tidak mau mengalah begitu saja. Selama hayat masih dikandung badan, ia akan tetap melawan sampai titik darah penghabisan. Itulah jiwa ksatria sejati.Golok Sakti di tangan Yudha bergerak cepat, memapak serangan lawan yang datang silih berganti. Sesekali tangannya menyodokkan golok ke arah lawan yang menyerang, tapi lawannya yang lain telah mendahului dari belakang. Mau tak mau Yudha mengurung serangannya.Sambil membalikkan tubuh, ditangkisnya serangan lawan."Heaaa...!"Senjata rantai berujung bola berduri di tangan Sepasang Hantu dari Kelangit mendesing di alas kepalanya. Cepat-cepat Yudha merundukkan tubuh ke bawah untuk menghindar dari sabetan ganas salah satu rantai. Kemudian dengan cepat pul

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-25

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1221. Part 10

    Sang Begawan tersenyum, "Dalam teropong batin dan jalur lacak sukma, gadis itu tidak bisa diketahui dari mana asalnya. Dia mempunyai pelapis jiwa yang membuat seseorang tak bisa melacak sukmanya dan meneropong batinnya. Mungkin karena dia memiliki pedang pusaka itu maka jati dirinya tak bisa diketahui oleh siapa pun, Gusti."Baraka sempat berdebar-debar. Agaknya memang benar, Palupi mempunyai Pedang Kayu Petir. Terbukti tokoh sesakti Begawan Demang Buwana sampai tak bisa melacak jati diri gadis itu. Jika demikian halnya, maka besar kemungkinan Ratu Purnama Laras punya maksud tertentu dengan memerintahkan orang-orangnya untuk menangkap Palupi. Barangkali sang Ratu menginginkan agar hanya dialah yang mengetahui di mana pedang maha sakti itu tersimpan aman di tempatnya. Sang Ratu tak ingin gadis itu bicara kepada siapa pun, sehingga perlu mengamankan atau menyembunyikan Palupi dari pergaulan di rimba persilatan. Jika Palupi lebih dulu tertangkap Ratu Purnama Laras, maka akan sul

  • Pendekar Kera Sakti   1220. Part 9

    Jika petapa tua itu dapat melihat noda di kening Baraka, maka Baraka pun tahu bahwa petapa itu adalah seseorang yang berilmu tinggi yang kesaktiannya melebihi dirinya sendiri. Terbukti, sebelum Baraka dan Dungu Dipo memperkenalkan diri, Begawan Demang Buwana sudah bisa menyebutkan nama mereka masing-masing, padahal mereka merasa baru pertama jumpa dengan sang Begawan.Hal yang menarik lainnya adalah keajaiban pondok tersebut. Dari luar Baraka dan Dungu Dipo melihat pondok itu kecil, sangat sederhana. Mungkin hanya muat untuk ditempati satu orang. Tapi ketika mereka berdua masuk ke dalam, ternyata pondok itu tampak lebar dan bisa digunakan bermalam empat atau lima orang. Itulah yang membuat kedua tamu sang Begawan tertegun kagum."Apakah Begawan Demang Buwana masih ada hubungannya dengan nama Nyai Demang Ronggeng?" tanya Baraka kepada sang Begawan."Demang Ronggeng adalah adik bungsu saya, Gusti Manggala," jawab sang Begawan tetap menghormat kepada Baraka.

  • Pendekar Kera Sakti   1219. Part 8

    "Raja Tumbal sendiri pernah utarakan ingin peristri Hantu Tari, tanpa peduli istrinya sudah tiga. Tapi Hantu Tari tidak beri jawaban apa-apa kecuali menghilang dari orang-orang Lumpur Maut.""Tapi mengapa ia masih dimusuhi oleh Tandu Terbang?""Karena Tandu Terbang tak mau percaya dengan kenyataan yang ada," jawab Nyai Paras Murai. "Di samping itu, Tandu Terbang memang liar dan ganas!"Persoalan yang belum ditemukan oleh sang Ratu adalah penyerangan Tandu Terbang terhadap anak buah Batu Sampang. Ratu Purnama Laras mengetahui cerita tentang amukan Tandu Terbang di masa lalu. Tetapi sasarannya bukan kepada orang-orang Muara Singa, sedangkan sang Ratu merasa tidak mempunyai persoalan dengan Tandu Terbang. Sejak menerima laporan dari Batu Sampang, Ratu Purnama Laras selalu memikirkan alasan penyerangan Tandu Terbang terhadap orang-orangnya dengan menggunakan racun itu.Sang Ratu akhirnya setuju memberikan perlindungan kepada Hantu Tari dan gurunya. Ketika san

  • Pendekar Kera Sakti   1218. Part 7

    Zlaaap...!Sebatang anak panah diarahkan padanya, dan bergerak cepat menuju punggung sang nyai. Namun gerak nalurinya cukup tinggi. Tangannya cepat menyambar kipas dari pinggang, lalu tubuhnya berputar sambil kibaskan kipas ke samping dalam keadaan terbuka.Wuuuut...! Weeesss...!Hembusan angin kencang membuat anak panah yang sedang menuju ke arahnya menjadi berbelok arah dan mengenai dinding bangunan lain.Traak...! Anak panah itu patah bagian ujungnya karena menghantam dinding."Pencuri! Pencuri masuk! Awaaas...! Pencuri masuk!" teriak penjaga di atas benteng yang gagal memanah Nyai Paras Murai. Teriakan itu segera diteruskan oleh penjaga lainnya, lalu beberapa penjaga segera berhamburan mengepung Nyai Paras Murai dengan senjata terhunus.Batu Sampang segera muncul dari serambi Istana. Dengan berdiri di anak tangga keenam, Batu Sampang pandangi Nyai Paras Murai yang tampak tak pedulikan kepungan para pengawal istana itu. Mata Nyai Paras Mu

  • Pendekar Kera Sakti   1217. Part 6

    "Kurasa ada baiknya kutemui Ratu Purnama Laras untuk meminta perlindungan! Di sana aku bisa sembuhkan luka Hantu Tari sebelum ajal menyambutnya lebih dulu. Aku yakin, penguasa Muara Singa tak keberatan jika aku dan Hantu Tari memohon perlindungan dari kejaran Tandu Terbang, toh Hantu Tari masih punya hubungan keluarga dengan penguasa Muara Singa itu!"Tanpa rasa ragu sedikit pun, Nyai Paras Murai bergegas lanjutkan perjalanannya ke arah barat sambil memanggul Hantu Tari dipundak kirinya. Gerakan cepat itu tiba-tiba terhenti karena kemunculan dua orang berpakaian biru dengan ikat kepala merah dan hijau. Dua orang berbadan tegap itu muncul dari balik kerimbunan semak ilalang yang tumbuh di bawah pohon beringin putih."Penjaga tapal batas!" gumam Nyai Paras Murai pelan sekali, tak terdengar oleh dua orang tersebut, karena jaraknya masih tujuh langkah ke depan.Keduanya kini melangkah tiga tindak, lalu yang seorang menyapa dengan sikap tegas, "Nyai Paras Murai! Aku

  • Pendekar Kera Sakti   1216. Part 5

    "Jangan katakan bahwa kau pernah bertemu dengan gadis gila itu," kata Dungu Dipo.Kata-kata itu membuat Baraka menjadi heran dan menaruh curiga, sehingga meluncurlah pertanyaan dari mulutnya, "Mengapa begitu? Apa akibatnya jika kuceritakan tentang hal yang sebenarnya kualami bersama Palupi?""Pokoknya jangan ceritakan soal Palupi. Berlagaklah pura-puratidak bertemu dengan gadis gila itu. Aku takut Ratu Gustiku akan menaruh curiga padamu, Baraka. Dikiranya kau telah berhasil memiliki Pedang Kayu Petir."Baraka hanya tersenyum dan manggut-manggut. Sebenarnya jika Pendekar Kera Sakti tidak berbelok arah untuk saksikan pertarungan Dungu Dipo dengan Palupi, ia dapat jumpai pertarungan hebat antara Nyai Paras Murai. Tandu Terbang berhasil mendesak Nyai Paras Murai, sehingga hampir-hampir Hantu Tari hancur menjadi sasaran pukulan tenaga dalam yang dilancarkan dari dalam tandu. Untung Nyai Paras Murai cepat-cepat lindungi muridnya, hingga punggungnya menjadi sasaran tel

  • Pendekar Kera Sakti   1215. Part 4

    "Takut kurang jelas bagimu. Tapi setahumu..., eh... setahuku, gadis gila itu tak ada hubungannya dengan Ratu Gustiku, sebab kami mengetahui gadis itu baru beberapa hari yang lalu, yaitu ketika ia berteriak-teriak di depan pintu gerbang mengatakan akan menjual Pedang Kayu Petir kepada siapa saja yang mau membelinya. Gadis itu segera diusir oleh penjaga pintu gerbang. Penjaga pintu gerbang sempat bocor kepalanya karena dilempar batu oleh gadis gila itu. Ratu Gusti Purnama Laras mendengar teriakan gadis gila yang menawarkan Pedang Kayu Petir, lalu menyuruh kami untuk menghadapkan gadis itu. Tapi... gadis itu malah lari sehabis melukai kepala si penjaga pintu gerbang. Kami ditugaskan mencari dan membawanya pulang ke Muara Singa. Hanya itu yang kau tahu, eh... yang kutahu tentang gadis tersebut.""Apakah ceritamu itu bisa kupercaya?"Dungu Dipo diam sejenak, lalu angkat bahu, "Terserah padamu. Aku tidak memaksamu untuk mempercayai ceritaku. Karenanya kusarankan agar kau tem

  • Pendekar Kera Sakti   1214. Part 3

    Ketika orang tua itu mendengar nama Baraka dan gelarnya;Pendekar Kera Sakti, maka rasa heran itu pun lenyap dari hatinya."Pantas kalau kau bisa lakukan hal-hal seperti itu, ternyata kau si Pendekar Kera Sakti, muridnya Setan Bodong!" katanya ketika itu, dan Baraka hanya tersenyum ramah, tanpa kelihatan membusungkan dada atas kesaktiannya.Hubungan mereka bertiga menjadi baik. Bahkan Ki Palaran sempat menceritakan siapa Hantu Tari dan Nyai ParasMurai itu."Paras Murai adalah bekas kekasihku," kata Ki Palaran agak malu-malu, namun masih kelihatan ketegasan dan kewibawaannya. "Kami tak jadi melanjutkan hubungan cinta karena orangtua kami saling bermusuhan. Walau sekarang aku dan Paras Murai sudah sama-sama tidak mempunyai orangtua, namun hubungan cinta sudah telanjur putus dan sepertinya kami sama-sama enggan menyambung kembali di usia setua ini."Dungu Dipo masih bersandar di pohon sambil duduk melonjor seakan menunggu pulihnya tenaga yang terkuras habis k

  • Pendekar Kera Sakti   1213. Part 2

    "Dungu Dipo ada di sana? Hmm... siapa orang yang sedang diserangnya itu?" pikir Baraka sambil kian mendekati tempat pertarungan Dungu Dipo melawan tokoh tua berpakaian serba hitam. Rambutnya masih tampak hitam pekat walau wajahnya mencerminkan usia di atas sembilan puluh tahun. Tubuh kurus yang terbungkus baju jubah hitam itu masih mampu bergerak lincah, walau pada akhirnya terjungkal karena tendangan kaki Dungu Dipo yang mempunyai hentakan tenaga dalam dan membuat tubuh lawannya terpental sebelum kaki menyentuh tubuh itu."Bahaya! Dungu Dipo masih ganas saja. Pengaruh 'Racun Murka' belum hilang dari jiwanya, ia masih kelihatan bernafsu membunuh siapa saja, termasuk lawannya itu. Tapi... bukankah lawannya itu yang tadi kulihat berkelebat menyambarnya? Pakaiannya hitam, rambutnya panjang dan hitam, kulitnya pun tergolong hitam. Jangan-jangan memang orang itu yang tadi menyambar Dungu Dipo?"Dalam satu kesempatan, Dungu Dipo melihat lawannya yang tua terkulai lemas dan m

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status