Ketika orang tua itu mendengar nama Baraka dan gelarnya;Pendekar Kera Sakti, maka rasa heran itu pun lenyap dari hatinya.
"Pantas kalau kau bisa lakukan hal-hal seperti itu, ternyata kau si Pendekar Kera Sakti, muridnya Setan Bodong!" katanya ketika itu, dan Baraka hanya tersenyum ramah, tanpa kelihatan membusungkan dada atas kesaktiannya.
Hubungan mereka bertiga menjadi baik. Bahkan Ki Palaran sempat menceritakan siapa Hantu Tari dan Nyai ParasMurai itu.
"Paras Murai adalah bekas kekasihku," kata Ki Palaran agak malu-malu, namun masih kelihatan ketegasan dan kewibawaannya. "Kami tak jadi melanjutkan hubungan cinta karena orangtua kami saling bermusuhan. Walau sekarang aku dan Paras Murai sudah sama-sama tidak mempunyai orangtua, namun hubungan cinta sudah telanjur putus dan sepertinya kami sama-sama enggan menyambung kembali di usia setua ini."
Dungu Dipo masih bersandar di pohon sambil duduk melonjor seakan menunggu pulihnya tenaga yang terkuras habis k
"Takut kurang jelas bagimu. Tapi setahumu..., eh... setahuku, gadis gila itu tak ada hubungannya dengan Ratu Gustiku, sebab kami mengetahui gadis itu baru beberapa hari yang lalu, yaitu ketika ia berteriak-teriak di depan pintu gerbang mengatakan akan menjual Pedang Kayu Petir kepada siapa saja yang mau membelinya. Gadis itu segera diusir oleh penjaga pintu gerbang. Penjaga pintu gerbang sempat bocor kepalanya karena dilempar batu oleh gadis gila itu. Ratu Gusti Purnama Laras mendengar teriakan gadis gila yang menawarkan Pedang Kayu Petir, lalu menyuruh kami untuk menghadapkan gadis itu. Tapi... gadis itu malah lari sehabis melukai kepala si penjaga pintu gerbang. Kami ditugaskan mencari dan membawanya pulang ke Muara Singa. Hanya itu yang kau tahu, eh... yang kutahu tentang gadis tersebut.""Apakah ceritamu itu bisa kupercaya?"Dungu Dipo diam sejenak, lalu angkat bahu, "Terserah padamu. Aku tidak memaksamu untuk mempercayai ceritaku. Karenanya kusarankan agar kau tem
"Jangan katakan bahwa kau pernah bertemu dengan gadis gila itu," kata Dungu Dipo.Kata-kata itu membuat Baraka menjadi heran dan menaruh curiga, sehingga meluncurlah pertanyaan dari mulutnya, "Mengapa begitu? Apa akibatnya jika kuceritakan tentang hal yang sebenarnya kualami bersama Palupi?""Pokoknya jangan ceritakan soal Palupi. Berlagaklah pura-puratidak bertemu dengan gadis gila itu. Aku takut Ratu Gustiku akan menaruh curiga padamu, Baraka. Dikiranya kau telah berhasil memiliki Pedang Kayu Petir."Baraka hanya tersenyum dan manggut-manggut. Sebenarnya jika Pendekar Kera Sakti tidak berbelok arah untuk saksikan pertarungan Dungu Dipo dengan Palupi, ia dapat jumpai pertarungan hebat antara Nyai Paras Murai. Tandu Terbang berhasil mendesak Nyai Paras Murai, sehingga hampir-hampir Hantu Tari hancur menjadi sasaran pukulan tenaga dalam yang dilancarkan dari dalam tandu. Untung Nyai Paras Murai cepat-cepat lindungi muridnya, hingga punggungnya menjadi sasaran tel
"Kurasa ada baiknya kutemui Ratu Purnama Laras untuk meminta perlindungan! Di sana aku bisa sembuhkan luka Hantu Tari sebelum ajal menyambutnya lebih dulu. Aku yakin, penguasa Muara Singa tak keberatan jika aku dan Hantu Tari memohon perlindungan dari kejaran Tandu Terbang, toh Hantu Tari masih punya hubungan keluarga dengan penguasa Muara Singa itu!"Tanpa rasa ragu sedikit pun, Nyai Paras Murai bergegas lanjutkan perjalanannya ke arah barat sambil memanggul Hantu Tari dipundak kirinya. Gerakan cepat itu tiba-tiba terhenti karena kemunculan dua orang berpakaian biru dengan ikat kepala merah dan hijau. Dua orang berbadan tegap itu muncul dari balik kerimbunan semak ilalang yang tumbuh di bawah pohon beringin putih."Penjaga tapal batas!" gumam Nyai Paras Murai pelan sekali, tak terdengar oleh dua orang tersebut, karena jaraknya masih tujuh langkah ke depan.Keduanya kini melangkah tiga tindak, lalu yang seorang menyapa dengan sikap tegas, "Nyai Paras Murai! Aku
Zlaaap...!Sebatang anak panah diarahkan padanya, dan bergerak cepat menuju punggung sang nyai. Namun gerak nalurinya cukup tinggi. Tangannya cepat menyambar kipas dari pinggang, lalu tubuhnya berputar sambil kibaskan kipas ke samping dalam keadaan terbuka.Wuuuut...! Weeesss...!Hembusan angin kencang membuat anak panah yang sedang menuju ke arahnya menjadi berbelok arah dan mengenai dinding bangunan lain.Traak...! Anak panah itu patah bagian ujungnya karena menghantam dinding."Pencuri! Pencuri masuk! Awaaas...! Pencuri masuk!" teriak penjaga di atas benteng yang gagal memanah Nyai Paras Murai. Teriakan itu segera diteruskan oleh penjaga lainnya, lalu beberapa penjaga segera berhamburan mengepung Nyai Paras Murai dengan senjata terhunus.Batu Sampang segera muncul dari serambi Istana. Dengan berdiri di anak tangga keenam, Batu Sampang pandangi Nyai Paras Murai yang tampak tak pedulikan kepungan para pengawal istana itu. Mata Nyai Paras Mu
"Raja Tumbal sendiri pernah utarakan ingin peristri Hantu Tari, tanpa peduli istrinya sudah tiga. Tapi Hantu Tari tidak beri jawaban apa-apa kecuali menghilang dari orang-orang Lumpur Maut.""Tapi mengapa ia masih dimusuhi oleh Tandu Terbang?""Karena Tandu Terbang tak mau percaya dengan kenyataan yang ada," jawab Nyai Paras Murai. "Di samping itu, Tandu Terbang memang liar dan ganas!"Persoalan yang belum ditemukan oleh sang Ratu adalah penyerangan Tandu Terbang terhadap anak buah Batu Sampang. Ratu Purnama Laras mengetahui cerita tentang amukan Tandu Terbang di masa lalu. Tetapi sasarannya bukan kepada orang-orang Muara Singa, sedangkan sang Ratu merasa tidak mempunyai persoalan dengan Tandu Terbang. Sejak menerima laporan dari Batu Sampang, Ratu Purnama Laras selalu memikirkan alasan penyerangan Tandu Terbang terhadap orang-orangnya dengan menggunakan racun itu.Sang Ratu akhirnya setuju memberikan perlindungan kepada Hantu Tari dan gurunya. Ketika san
Jika petapa tua itu dapat melihat noda di kening Baraka, maka Baraka pun tahu bahwa petapa itu adalah seseorang yang berilmu tinggi yang kesaktiannya melebihi dirinya sendiri. Terbukti, sebelum Baraka dan Dungu Dipo memperkenalkan diri, Begawan Demang Buwana sudah bisa menyebutkan nama mereka masing-masing, padahal mereka merasa baru pertama jumpa dengan sang Begawan.Hal yang menarik lainnya adalah keajaiban pondok tersebut. Dari luar Baraka dan Dungu Dipo melihat pondok itu kecil, sangat sederhana. Mungkin hanya muat untuk ditempati satu orang. Tapi ketika mereka berdua masuk ke dalam, ternyata pondok itu tampak lebar dan bisa digunakan bermalam empat atau lima orang. Itulah yang membuat kedua tamu sang Begawan tertegun kagum."Apakah Begawan Demang Buwana masih ada hubungannya dengan nama Nyai Demang Ronggeng?" tanya Baraka kepada sang Begawan."Demang Ronggeng adalah adik bungsu saya, Gusti Manggala," jawab sang Begawan tetap menghormat kepada Baraka.
Sang Begawan tersenyum, "Dalam teropong batin dan jalur lacak sukma, gadis itu tidak bisa diketahui dari mana asalnya. Dia mempunyai pelapis jiwa yang membuat seseorang tak bisa melacak sukmanya dan meneropong batinnya. Mungkin karena dia memiliki pedang pusaka itu maka jati dirinya tak bisa diketahui oleh siapa pun, Gusti."Baraka sempat berdebar-debar. Agaknya memang benar, Palupi mempunyai Pedang Kayu Petir. Terbukti tokoh sesakti Begawan Demang Buwana sampai tak bisa melacak jati diri gadis itu. Jika demikian halnya, maka besar kemungkinan Ratu Purnama Laras punya maksud tertentu dengan memerintahkan orang-orangnya untuk menangkap Palupi. Barangkali sang Ratu menginginkan agar hanya dialah yang mengetahui di mana pedang maha sakti itu tersimpan aman di tempatnya. Sang Ratu tak ingin gadis itu bicara kepada siapa pun, sehingga perlu mengamankan atau menyembunyikan Palupi dari pergaulan di rimba persilatan. Jika Palupi lebih dulu tertangkap Ratu Purnama Laras, maka akan sul
"Ke mana saja kau, Kang? Kucari-cari sampai di lubang semut, kupanggil-panggil dari depan lubang semut itu, tapi kau tidak menjawabnya. Kau kejam, Kang Baraka. Kau pergi tanpa meninggalkan pesan padaku."Sebenarnya Baraka ingin membantah bahwa bukan dia yang pergi tapi Palupi yang pergi meninggalkannya. Tapi setelah dipikir-pikir, bantahan itu tak ada artinya bagi gadis gila seperti Palupi. Karenanya Baraka hanya tertawa dalam gumam dan segera memandang Dungu Dipo. Hatinya bimbang, apa yang harus dikatakan kepada Dungu Dipo tentang gadis itu. Baraka ingin mengorek keterangan dari Palupi tentang Pedang Kayu Petir, tapi Dungu Dipo pasti mendengarnya. Mau membiarkan Palupi dibawa Dungu Dipo, hati kecil Baraka tak rela."Kang, ke mana kau akan pergi? Aku ikut, ya Kang?" Palupi bernada manja.Dungu Dipo menyahut, "Bawa saja dia, Baraka. Kebetulan sang Ratu Gustiku ingin sekali berpisah dengan gadis gila itu.""Berpisah? Maksudmu ingin bertemu, begitu?"
Baraka memandang dengan sengaja tak berkedip supaya kelihatan sedang meneropong mata dan membaca pikiran wanita itu. Si wanita mulai tertarik dan mendesak pertanyaan, "Kalau kau memang peramal, sebutkan nama guruku!""Hmmm... gurumu adalah Nini Pancungsari, orang berilmu tinggi yang punya dendam dengan tokoh sakti bernama Raja Hantu Malam!"Angin Betina mulai semakin tertarik dengan gerak mata yang sedikit melebar tanda terperanjat. Padahal semua keterangan itu sudah diperoleh Baraka jauh sebelum ia bertemu dengan Angin Betina."Apa kau tahu siapa pembunuh guruku?""Hmmm... ya, tahu! Tapi berbeda dengan alam pikiranmu.""Jelaskan!""Gurumu bertarung melawan Raja Hantu Malam, bekerja sama dengan Sri Maharatu. Mereka berhasil membunuh Raja Hantu Malam, gurumu mengambil kalung pusaka Raja Hantu Malam, sedangkan Sri Maharatu mengambil pusaka Cambuk Getar Bumi. Tapi Sri Maharatu orang kejam. Gurumu dipakai bahan percobaan kesaktian cambuk itu. Sr
Pendekar Kera Sakti hanya meraba kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi dan bisa dilakukan oleh para tokoh tua. Diam-diam dia mempunyai kecemasan walau kecil sekali. Kecemasan itu berupa bayangan kesaktian Raja Tumbal jika pedang maha sakti itu tak jadi diberikan kepada orangtua Delima Gusti. Menurut Baraka, kesaktian Raja Tumbal akan semakin berlipat ganda; punya pedang maha sakti dan Seruling Malaikat.Siapa orangnya yang bisa mengalahkan dua pusaka dalam satu tangan itu"Baraka sempatkan diri berhenti sejenak. Tanpa terasa, perutnya terdengar mengeluarkan suara aneh.“Ah... sudah lapar aku” membatin Baraka, rupanya karena ruwetnya apa yang saat ini dipikirkannya, sampai Baraka lupa mengisi tenaganya. Gagasan yang terlintas adalah singgah di desa Pucangan, karena desa itulah yang terdekat dari tempatnya berhenti."Aku akan mampir ke kedainya Ki Rosowelas dan mengisi perut di sana. Sekalian ingin melihat kabarnya Sundari, anak gadis Ki Ros
Mereka tiba di padepokan sang Resi ketika matahari mulai bergeser ke barat. Cahayanya masih terang benderang. Kedatangan mereka disambut oleh dua murid sang Resi yang luput dari pembantaian Dampu Sabang. Kedua orang itu adalah Dul dan Sukat."Guru tidak ada di tempat," kata Sukat"Ke mana beliau?""Pergi ke Bukit Kayangan," jawab Dul."Ke Bukit Kayangan!" Baraka berkerut dahi."Ya. Beliau ingin temui seorang tokoh sakti di sana bergelar si Setan Bodong!" kata Sukat tanpa menyadari bahwa yang diajak bicara adalah murid si Setan Bodong. Hal itu membuat Delima Gusti memandangi ke arah Baraka, sebab ia tahu bahwa Baraka adalah murid si Setan Bodong. Tapi karena Baraka berpikir beberapa saat, maka Delima Gusti pun segera ajukan tanya kepada Sukat."Kapan beliau pulang kemari?""Menurut hitungan, hari ini Guru pulang. Mungkin sedikit sore baru tiba.""Kalau begitu begini saja," kata Baraka kepada Delima Gusti. "Kau tunggu sang Resi d
BARAKA terpaksa menemani Delima Gusti dalam perjalanan ke Lembah Sunyi, untuk menemui Resi Wulung Gading. Hal itu dilakukan Baraka demi memperoleh keterangan sejelas-jelasnya dari Delima Gusti tentang kebenaran kata-katanya itu. Sebab, hati Pendekar Kera Sakti kini diliputi kecemasan yang tersembunyi. Jika benar Pedang Kayu Petir akan dijadikan maskawin bagi Raja Tumbal untuk melamar Delima Gusti, itu berarti Pedang Kayu Petir sudah ada di tangan Raja Tumbal. Semakin sulit menumbangkan orang yang telah memiliki pusaka Seruling Malaikat itu."Kabarnya memang begitu, Gandar Saka sudah berusia banyak, tapi ia masih awet muda karena memang mempunyai ilmu awet muda. Ia seperti lelaki berusia tiga puluhan," tutur Delima Gusti."Kau pernah bertemu dengannya?""Pernah, yaitu ketika ia selamatkan ayahku dari ancaman orang-orang Pulau Dadap. Waktu itu kami masih bermusuhan dengan Pulau Dadap. Setelah itu aku tak pernah bertemu lagi, karena aku jarang ada di kadipaten. Bel
Wuuut...! Pedang itu kenai tempat kosong karena Delima Gusti menghindar dengan lompatan ke samping.Weess...! Dan ternyata dengan sentakan tangan yang terjulur bergerak ke belakang, pedang bergagang hitam itu bisa kembali mundur dengan cepat.Wuuut!Taab...! Dalam sekejap pedang itu sudah kembali ke tangan pemiliknya. Jurus itu belum pernah dilihat oleh Baraka. Tangan perempuan berpakaian hitam itu seperti mempunyai daya sedot yang mampu membuat pedangnya yang sudah melayang lurus menjadi kembali ke tempat semula. Tentu saja hal itu bisa dilakukan karena tenaga dalam yang tinggi dan sangat terkendali."Bahaya sekali jurus pedangnya itu," gumam Baraka masih belum mau bertindak.Tetapi di lain sisi, Delima Gusti pun lakukan jurus yang memukau, ia tak mau mundur setapak pun ketika lawannya maju menyerang. Pedangnya berkelebat cepat membuat tangkisan-tangkisan sambil mencuri kesempatan untuk merobek perut atau dada lawannya. Bahkan dalam satu keeempata
Sebuah pembelaan telah dilakukan Baraka. Palupi merasa sedang ditutupi kelemahannya. Rupanya Baraka benar-benar menjaga rahasia kelemahan ilmu Palupi, sehingga pendekar tampan itu merasa harus berpikir dan berjuang sendiri mencari jalan keluar dari masalah yang masih buntu itu."Pembelaannya terhadapku cukup membuat hatiku semakin bangga padanya," pikir Palupi. "Tapi apakah pembelaan itu berarti awal tumbuhnya rasa cintanya pada diriku? Semoga saja begitu. Seandainya tidak begitu, aku pun tak boleh sakit hati, karena cinta bebas memilih dan tak baik dipaksakan. Aku hanya bisa berharap agar ia dekat dengan hatiku, jauh dari hati perempuan lain. Mulai sekarang harus kupahami bahwa tidak setiap harapan menjadi kenyataan. Jika harapan itu jauh dari kenyataan, aku tak boleh terlalu kecewa. Untuk membendung rasa kecewa agar tidak melukai hatiku, sebaiknya segalanya kuserahkan kepada garis kehidupanku saja. Biar sang nasib yang menentukan perjalanan kasihku."Termenungn
"Aneh...!" gumam Baraka sambil berkerut dahi dan manggut-manggut."Dalam keadaan seperti dulu, aku sanggup menumbangkan Raja Tumbal. Sayang tak pernah berhasil kutemui kecuali hanya begundalnya saja. Tapi dalam keadaan setelah menjadi ratu dengan penobatan resmi ini, aku merasa kalah ilmu dengan Raja Tumbal. Tapi... hanya kau yang tahu hal itu. Kumohon jangan sampai bocor kepada siapa pun."Baraka kian mengangguk-angguk. "Aku paham maksudmu.""Jadi, dalam menghadapi Raja Tumbal nantinya aku sangat membutuhkan bantuanmu. Kecuali aku bisa memiliki Pedang Kayu Petir, mungkin aku berani hadapi sendiri paman tiriku itu. Tanpa pedang tersebut, aku butuh berlindung di belakangmu, Baraka. Maukah kau menjadi panglima perangku?" tanya Palupi yang membuat Baraka bingung menjawabnya.-o0o-Sebenarnya Baraka tidak ingin mempunyai jabatan yang akan mengikat kebebasannya. Menjadi senopati atau panglima perang adalah pekerjaan yang menyita waktu. Ban
"Aku hanya memancing perhatian bagi orang-orang yang bernafsu memiliki pedang tersebut. Tentu saja bukan orang berilmu rendah yang menghendaki pedang itu, pasti orang berilmu tinggi. Lalu, aku bisa kenali orang-orang berilmu tinggi itu, dan bisa tahu apakah dia berpihak kepada Purnama Laras, atau berpihak kepada orang lain. Sasaran utamaku pada waktu itu adalah Purnama Laras dan orang-orangnya. Karena aku tak tahu hati Purnama Laras ternyata amat mulia. Jika aku ingin lakukan penyerangan, aku harus tahu siapa-siapa saja yang akan kuhadapi nantinya. Jadi kupancing mereka dengan berita adanya Pedang Kayu Petir pada diriku. Sebab aku tahu pedang itu pasti masih diminati oleh para tokoh sakti."Napas Baraka terhempas panjang sebagai penghilang kedongkolan, ia segera bertanya, "Lantas apa kesimpulanmu kala itu?""Ternyata Purnama Laras sangat berhasrat untuk memiliki pedang itu, juga dirimu kulihat sangat bernafsu untuk memilikinya, tapi tak kulihat kau ada di pihak Purnama
"Baiklah, kita lupakan dulu tentang pertemuanku dengan sang Begawan itu," kata Baraka. "Sekarang bagaimana dengan Raja Tumbal?""Untuk mengalahkan Seruling Malaikat-nya kupikir aku harus menggunakan Pedang Kayu Petir kalau memang tak sanggup menandingi kesaktian pusaka tersebut. Persoalannya adalah, saat ini sudah hampir masuk purnama ketiga, berarti aku dan para pejabat di istana harus segera tinggalkan negeri ini. Raja Tumbal akan ganti menguasai negeri ini.""Apakah kau sudah bicarakan kepada Palupi, termasuk tentang Pedang Kayu Petir yang saat menjadi orang gila disebut-sebutkan itu?""Aku belum berani membicarakan karena ia masih menikmati masa kegembiraan. Setelah pesta ini usai, aku akan membicarakannya."Tak ingin mengganggu kebahagiaan dan kegembiraan yang sedang berlangsung pada diri seseorang, sungguh merupakan sikap yang baik dan patut dikagumi. Baraka mengerti betul maksud hati Purnama Laras. Tetapi menurutnya, persoalan Raja Tumbal ada