"Justru aku yang seharusnya bertanya begitu mau apa kau menghadang langkahku dengan cara begitu?"
"Mau memastikan dirimu!" Jawab perempuan yang kemudian mengaku bernama Perawan Sesat itu.
"Apa yang perlu kau pastikan dari diriku, Perawan Sesat?"
"Apakah benar kau yang bernama Baraka, Pendekar Kera Sakti itu?!"
"Mengapa kau tanyakan hal itu?"
"Aku mencarinya."
"Untuk apa?"
"Suatu keperluan penting."
"Menyenangkan atau menyusahkan?!"
"Sangat menyenangkan."
Dirgo manggut-manggut dalam senyuman, melangkah ke samping tiga pijak sambil membatin. "Perempuan ini boleh juga. Cantik tapi berkesan liar. Merangsang tapi berkesan angker. Perempuan seperti ini pasti punya gairah besar dalam bercinta. Tubuhnya serba kencang dan itu menunjukkan jaminan kenikmatan yang luar biasa. Perempuan ini jauh lebih menggiurkan dari Selendang Maut atau pun Peri Malam. Hmmm... dia mencari Baraka. Dia punya kepentingan yang menyenangkan. Apaka
"Aku kagum pada sikap ksatriamu, Baraka. Dan...," Ucapan itu terhenti. Menandakan adanya sesuatu yang membuatnya ragu. Dan mendadak tangan perempuan berambut makin awut-awutan itu berkelebat ke belakang sambil balikkan badan.Rupanya lemparkan selembar daun yang tadi sempat dipetiknya sebelum melangkah pergi dari ranjang alamnya. Daun itu kini melesat terbang bagaikan lempengan logam dan menancap tepat di batang sebuah pohon bersemak bawahnya.Jruub...!"Ada apa?!" Tanya Dirgo Mukti kaget.Pertanyaan itu belum terjawab, tiba-tiba dari semak bawah pohon yang tertancap daun itu melesat sesosok bayangan kuning. Kejap berikutnya telah berdiri seorang perempuan berpakaian kuning kunyit dengan dada yang sekal juga, walau kalah montok dengan Perawan Sesat.Perempuan yang baru hadir dan keluar dari persembunyiannya itu berambut lurus sebatas pundak lewat sedikit. Rambutnya itu dililit rantai emas kecil melingkar kepala. Di bagian tengah kening rantai itu m
PERAWAN SESAT bukan hanya tajam mata namun juga tajam ingatannya. Ucapan Peri Malam sempat lekat dalam ingatan, bahwa Baraka ada di Perguruan Merpati Wingit dalam perawatan lukanya. Ini suatu kesempatan baik buat Perawan Sesat untuk membawa Baraka ke Bukit Garinda. Tetapi, ke mana arah Perguruan Merpati Wingit? Perawan Sesat tak pernah tahu arah perguruan itu. Satu-satunya jalan ia harus mencari sebuah desa dan menanyakan kepada beberapa orang di sana. Perawan Sesat kembali berkelebat ke satu arah. Tujuannya adalah kaki bukit yang tampak dari tempatnya singgah di atas pohon.Namun baru beberapa kejap ia bergerak, telinganya menangkap suara deru kaki kuda. Perawan Sesat telengkan kepala untuk menyimak suara kaki kuda itu. Setelah jelas arahnya, Perawan Sesat sentakkan kaki dan melesat pergi menuju arah derap kaki kuda.Tiga orang berkuda melaju melintasi kaki bukit. Dua dari mereka adalah perempuan berparas manis, satu penunggang kuda lainnya seorang pemuda berparas imu
Wusss...!Kedua pisau terbang itu terpental berlainan arah dan melesat ke tempat kosong. Kibasan angin tenaga dalamnya membuat tubuh Widarti berguncang sesaat. Kesempatan itu digunakan oleh perempuan bermata buas untuk melompat dan bersalto dua kali. Gerakannya itu begitu cepat dan tak terlihat, sehingga tahu-tahu ia sudah berada di depan Widarti jarak satu jangkauan.Widarti terkesiap melihat lawannya sudah ada di depannya. Ia tak sempat bergerak karena Perawan Sesat lebih dulu menghentakkan pukulannya memakai pangkal pergelangan tangan ke dada Widarti.Begh... begh... beg...!"Heeghh...!"Widarti tersentak kejang dengan kepala terdongak ke atas dan kaki berjingkat naik. Lalu, pukulan Perawan Sesat yang menggunakan punggung telapak tangannya itu mengakhiri pertarungan tersebut.Kuat sekali pukulan itu, membuat Widarti kembali tersentak ke belakang dan terbang sejauh lima langkah. Tubuhnya rubuh di samping kudanya sendiri dengan mulut memunt
"Persetan dengan kata-katamu! Aku menuntut kematian kedua teman perguruanku ini?!""Dengan apa kau mau menuntutnya, Sungko? Hmm...?!""Dengan nyawamu, Bodoh!""Dengan nyawaku? O, boleh saja! Tapi jangan sekali-kali kamu menyentuh tubuhku, Sungko. Sebab kalau tubuhku tersentuh lelaki macam kamu, gairahku berkobar dan kita tak jadi bertarung dengan permusuhan, tapi akan bertarung dengan kemesraan. Hi hi hi...!"Perawan Sesat perdengarkan tawa seraknya.Ia lebih puas mempermainkan pemuda itu ketimbang harus cepat melenyapkan nyawanya. Perawan Sesat paham betul, pemuda seusia Sungko itu mudah sekali goyah pendiriannya. Juga mudah untuk membunuhnya. Karena itu, Perawan Sesat tetap memandangnya dan sesekali membuang lirikan mesumnya ke arah Sungko.Pemuda itu kian salah tingkah. Di dalam hatinya Sungko berkata. "Apa yang harus kulakukan jika begini? Dia cukup tinggi ilmunya. Aku hanya mempunyai dua pisau di pinggang belakang. Tak mungkin bisa untu
"Ini sebuah pelajaran berharga untukmu, Dirgo," Kata Peri Malam mengutip kata-kata Dirgo tadi. "Lain kali jangan coba-coba berani memegang bagian terlarang dari tubuhku!"Dirgo bangkit dengan menarik napas panjang-panjang. Ia sunggingkan senyum meremehkan dan berkata. "Kalau begitu, aku boleh pegang tubuhmu yang tidak terlarang!""Semua tubuhku terlarang dipegang oleh tanganmu!" Sentak Peri Malam dengan bersungut-sungut cemberut. Ia palingkan wajah kembali menatap Dirgo dan berkata. "Hanya Baraka yang boleh memegangnya!"Benci sekali Dirgo jika mendengar nama murid Setan Bodong itu disebutkan oleh Peri Malam. Rasa-rasanya ia menjadi sangat rendah jika dibandingkan dengan Baraka. Panas hati mendengar ucapan Peri Malam tadi membuat Dirgo ucapkan kata pedas. "Lelaki hina macam dia tak patut disebut namanya di depanku!""Aku akan menyebutnya setiap saat. Karena Baraka memang seorang pendekar tanpa tanding yang layak namanya diagungkan!""Dia tidak pant
Maka, tangan kirinya pun menyentak ke depan dengan telapak tangan terbuka dan jari-jarinya mengarah ke bawah. Gelombang pukulan jarak jauh itu bagai merayap di atas permukaan tanah.Pada saat itu, Baraka sedang mencubit pipi Peri Malam dan berkata. "Kupikir kau mati kena pukulan gurumu sendiri. Ternyata kau masih hidup dan semakin nakal!"Duug...!Kaki Baraka menghentak pelan ke tanah. Gelombang pukulan jarak jauh milik Dirgo itu berbalik arah dan lebih cepat serta lebih besar kekuatannya.Dirgo Mukti merasakan kembalinya pukulan itu, hingga ia perlu secepatnya berkelit pindah tempat. Namun ia terlambat bergerak. Pukulan itu sudah lebih dulu menghantam bagian kakinya hingga membuat tanah menyembur naik. Dirgo Mukti terpelanting bagai dilemparkan ke atas. Ia kurang menjaga keseimbangan tubuhnya akibat rasa kagetnya tadi.Maka, mau tak mau ia pun jatuh bergedebuk di atas tanah berpasir. Suara bergedebuk itulah yang membuat Peri Malam sadarkan diri da
"Aku memang harus kembali kepada Nyai Betari Ayu untuk menjelaskan bahwa aku tidak ada hubungan apa-apa dengan perempuan yang bernama Perawan Sesat itu!""Tidak! Kamu tidak boleh ke sana! Betari Ayu akan semakin kegirangan jika kau datang. Aku tahu dia mencintaimu, Baraka!""Itu hak dia! Aku tak bisa melarang!""Tapi kau melayaninya! Kau tidur dengannya dan....""Cukup! Urusan itu kita bicarakan nanti saja! Sekarang aku mau ke sana dan jangan halangi aku!""Tidak boleh!"Peri Malam rentangkan kedua tangannya.Baraka nekat sentakkan kaki dan melesat pergi menabrak tubuh Peri Malam. Akibatnya perempuan itu terjengkang ke belakang dan jatuh di atas tanah berpasir. Ia segera bangkit begitu melihat Baraka sudah lenyap dari pandangan matanya.Ia berseru. "Baraka...! Tunggu! Aku ikut...!"Karena pada saat itu terlintas dalam pikiran Peri Malam, jika ia tidak ikut mengawasi Baraka, bisa-bisa hubungan Baraka dengan Betari Ayu sem
"Menyingkirlah, aku akan menggeledah tempat ini. Atau berikan Baraka supaya aku cepat pergi dari sini!""Tak ada Baraka. Tak mau menyingkir!""Berarti kau memang cari mampus! Hiaaat...!"Perawan Sesat hanya membentak dengan kaki menghentak kuat ke tanah, tangan terangkat ke atas. Belum lagi ia maju menyerang, Suryadani sudah tumbang karena gelombang bentakannya yang mempunyai kekuatan tenaga dalam cukup besar itu.Suryadani segera bangkit berdiri dan membatin. "Suaranya tak seberapa keras, tapi gelombang kekuatan tenaga dalamnya begitu hebat! Oh, telingaku berdarah...?!"Suryadani memegangi cairan yang mengalir ke pipi kiri. Ternyata memang darah yang keluar dari telinganya. Kemudian dia memegang bagian depan hidung. Darah juga mengalir walau tak banyak."Aku harus hati-hati dengannya," Pikir Suryadani."Majulah kalau kau memang ingin mengusirku!" Sentak Perawan Sesat.Maka, Suryadani pun melompat maju tiga langkah. Ia segera m