Buuhg...!
Genjotpati terguling-guling di tanah karena terkena hentakan agak kuat, posisinya waktu itu ada di dekat Raga Paksa, Baraka sendiri terpental tak seberapa jauh, tapi ia masih mampu kuasai keseimbangannya sehingga masih mampu berdiri tegak saat daratkan kaki ke tanah. Matanya memandang tajam kepada lawan-lawannya. Ia tersenyum tipis melihat Raga Paksa mengeluarkan darah pada hidung dan telinganya.
Sementara itu, Katok Banjir tampak aman di persembunyiannya, tapi masih belum bisa kedipkan mata melihat kehebatan pertarungan tokoh-tokoh yang menurut anggapannya berilmu tinggi itu.
"Baru sekarang ada orang berani melawan Raga Paksa dan bisa membuat Raga Paksa berdarah!" pikirnya dengan polos. "Kalau begitu, Kang Baraka ini sebenarnya orang sakti dong? Tapi kok nggak punya kumis dan jenggot panjang, ya?"
Preman yang ditakuti penduduk desa itu membatin, "Dadaku panas sekali! Sialan, jurusnya mampu membuat jurusku pecah menjadi dua kali lipat lebih keku
Baraka balikkan badan. "Lihat saja nih...," katanya pelan kepada Katok Banjir. Lalu, sang Pendekar Kera Sakti segera gunakan jurus 'Sentak Bumi' yang diajarkan Setan Bodong padanya. Dengan cara menghentakkan kakinya ke tanah dialiri tenaga dalam tinggi, maka seseorang yang bersembunyi di balik semak-semak itu terlempar ke atas bagaikan ada kekuatan yang membuangnya terbang.Dugg...! Wuuut...!Wes, wess...!Orang itu pun bersalto dua kali sambil menjaga keseimbangan tubuhnya. Dalam kejap berikut orang tersebut sudah mendarat di depan Baraka dan Katok Banjir dalam jarak enam langkah.Katok Banjir terbengong melompong melihat kehebatan jurus 'Sentak Bumi, dan segera heran melihat sosok berwajah cantik jelita berdiri di depannya. Sosok cantik jelita itu berambut sepundak, lurus dan lemas dengan rambut depan diponi, tanpa ikat kepala. Wajah cantik berhidung bangir itu mempunyai mata bundar bening dan bibir mungil melenakan jika dipagut. Usianya sekitar dua pul
"Sebutkan dulu namamu, nanti aku akan menyerangmu!"Gadis itu menatap tajam dan penuh pancaran kebencian, tapi akhirnya ia pun berkata dengan nada kian ketus,"Namaku Awan Sari! Puas?""Belum. Mana bisa puas, diapa-apakan saja belum kok sudah disuruh puas?" ledek Baraka sengaja bikin jengkel hati si cantik itu.Bahkan Baraka berseru lagi dari atas pohon, "Yang benar namamu Awan Sari atau Sari Awan?""Mulutmu itu yang kena penyakit sariawan!" sentaknya makin tampak jelas kejengkelannya. Hati pendekar tampan yang konyol itu merasa gembira bisa membuat gadis secantik Awan Sari bersungut cemberut penuh kedongkolan.Bahkan Awan Sari segera lepaskan pukulan bersinar merah seperti tadi, namun lagi-lagi hanya dihindari oleh Baraka dengan pergunakan gerakan kilatnya yang dinamakan jurus ‘Gerak Kilat Dewa Kayangan’ itu. Itulah sebabnya tahu-tahu Baraka sudah ada di bawah dan posisinya ada di belakang Awan Sari. Sedangkan pukulan A
"Karena kau telah mengusik kegemaran pribadiku dengan racunmu itu, maka aku pun terpaksa akan mengusik nyawamu, Awan Sari!""Tak ada yang kutakuti sedikit pun pada dirimu, Dadanila! Cuma kuminta pertimbangkanlah langkahmu nanti. Jika kau berurusan denganku, maka kau akan berurusan dengan guruku; si Hantu Cungkring!""Kau pikir gurumu punya kekuatan untuk melumpuhkan aku?! Justru gurumu si Hantu Cungkring akan kubuat bertekuk lutut dan menyembah-nyembah dl depanku, bila mana perlu sampai menciumi telapak kakiku karena muridnya telah mengganggu hobi pribadiku!""Lancang sekali mulutmu, Dadanila! Jangan salahkan aku kalau kau sebentar lagi kehilangan kepala dan pulang nyasar- nyasar!""Buktikan kecongkakanmu! Terima dulu jurus 'Pancaran Maut'-ku ini, Awan Sari! Hiaaah...!"Clappp...!Sinar kuning melesat dari ujung kuku jari telunjuk kiri Dadanila. Sinar kuning itu berbentuk panjang dan lurus, gerakannya sangat cepat. Awan Sari menangkisnya den
"Luar biasa. Memang anak ini benar-benar anak aneh. Pingsan saja masih bisa menantang, apalagi kalau dalam keadaan sadar. Oh, aku tak bisa bertahan lagi."Sistem penyembuhan untuk menghancurkan Racun Kembang Kubur telah membuat kepekaan tinggi dari semua urat saraf di tubuh sang Pendekar Kera Sakti. Karenanya, pemuda itu bagaikan pria yang rajin minum ginseng dan makan telur-madu. Perempuan yang sudah telanjur menjadi korban racun 'Penakluk Hawa' dari darah kejantanan Baraka, akhirnya terkulai lemas sendiri. Cahaya matanya berbinar-binar penuh kelegaan. Wajahnya berseri bagai telah menemukan segunung kegembiraan yang didambakan.Apa yang terjadi jika Baraka sadar pada saat Dadanila menjadi pilot penerbangan menuju ambang surga cintanya? Marahkah Baraka melihat dirinya yang pingsan dimanfaatkan oleh Dadanila?Ternyata tidak. Wah, edan lagi nih. Baraka malah memberikan respon yang lebih agresif lagi. Hal itu disebabkan karena sistem penyembuhan tadi telah membuat
Merasa hatinya telah damai batinnya telah terpenuhi, sekalipun di tempatnya Dadanila dipanggil sebagai Gusti Ratu dan sering keluarkan perintah, tapi di depan pemuda tampan menggiurkan itu ia tak mampu keluarkan perintah bahkan menolak perintah pun tak sanggup. Dadanila mengendap-endap mendekati bagian dekat mulut gua. Baraka membayang-bayangi dari kejauhan. Nyala api unggun tak sempat dipadamkan. Mudah-mudahan orang yang baru masuk tadi tidak sempat menangkap nyala api unggun yang ada di kedalaman lorong gua tersebut. Tapi seandainya orang itu mengetahui ada nyala api unggun, Baraka sudah punya rencana sendiri untuk orang tersebut.Tamu gua itu ternyata seorang lelaki berambut putih panjangnya sepunggung. Rambut putihnya diikat ke belakang dengan seutas tali yang sepertinya dari jenis akar pepohonan. Kumis dan jenggotnya cukup lebat tapi lemas, berwarna putih rata. Wajah tuanya mempunyai sepasang mata cekung. Mata itu memancarkan rasa dingin yang tidak bisa ditebak apa yang
BULAN PURNAMA kurang dua malam lagi. Bukit Jengkal Demit sudah banyak disatroni para tokoh rimba persilatan. Tentu saja mereka datang secara sembunyi- sembunyi. Ada yang datang berdua, ada yang datangnya bertiga. Tetapi yang banyak mereka datang secara pribadi. Sendiri dan tersembunyi. Arah sasaran mereka adalah kuburan di bawah pohon beringin berdaun merah.Pohon beringin berdaun merah hanya ada satu di seluruh Bukit Jengkal Demit. Di bawah pohon itulah jenazah Iblis Dedemit dimakamkan oleh murid tanggungnya yang bernama Layang Petir. Keadaan si Layang Petir yang gemar mabuk kala itu membuat rahasia tentang kuburan Iblis Dedemit bocor ke mana-mana. Akibatnya sekarang kuburan itu menjadi bahan incaran para tokoh. Mereka yakin bahwa Patung Dedemit akan keluar dari makam itu, sebab tanda-tandanya persis seperti apa yang dikabarkan oleh Layang Petir, yaitu tentang rembulan berwarna hitam.Jika dari awal kemunculan rembulan sudah ada awan hitam melapisi cahayanya, maka sud
"Iih...!" Baraka bergidik merinding membayangkan diajak bercumbu seorang banci. Dadanila sempat tertawa melihat Baraka bergidik merinding.Dadanila berkata kepada Baraka, "Kalau saja sekarang ia masih hidup dan mengejar-ngejarmu untuk diajak bercumbu, mungkin aku akan korbankan nyawaku buat melawannya mati-matian.""Ah, kecemburuanmu itu hanya luapan gairah belaka!" ujar Baraka yang membuat Dadanila tersipu dan mencubit lengan Baraka."Kusarankan lebih baik kalian pikirkan hubungan kasih kalian itu. Kulihat kalian amat mesra. Tak perlu memikirkan Patung Dedemit, nanti kalian malah tak jadi kawin.""Kawinnya sih sudah," jawab Dadanila sambil cekikikan, matanya masih saja melirik jalang dan nakal. Tapi tokoh tua itu tidak tersenyum sedikit pun. Bahkan berkata dengan serius lagi. "Bulan purnama nanti akan terjadi pertarungan yang sia-sia. Kuburan itu akan menjadi kubangan darah, dan darah itu adalah darah orang yang menjadi korban kabar bohong! Barangkali to
Di atas pohon itu gairah Baraka juga terbakar lagi. Ia menjadi pemuda yang mudah terpancing khayalan mesum. Tapi ia segera sadar akan pengaruh kekuatan sinar dari mata Pak Tua yang membuatnya jadi begitu. Maka secara diam-diam ia melawan kekuatan aneh itu dengan pengaturan napas tingkat tinggi dan penyaluran hawa murninya ke seluruh tubuh. Cara itu berhasil meredakan tuntutan batin yang menghendaki pergumulan dengan Dadanila atau siapa saja. Sambil memperhatikan suasana di sekitar makam Iblis Dedemit, Baraka mengobati dirinya sendiri terus-terusan sehingga kekuatan sinar beracun itu lenyap dari dirinya.Tiba-tiba Baraka dan Dadanila tertarik dengan datangnya suara deru kaki kuda dari arah barat. Ternyata ada tiga orang penunggang kuda yang sedang menuju ke makam di bawah pohon beringin merah itu."Kau kenal mereka?" tanya Baraka pelan kepada Dadanila yang berdiri di sampingnya di atas dahan yang sama."Kalau tak salah mereka adalah orang-orang Lembah Cingur!" ja