KENING Baraka berkerut dalam menatap sosok yang mengeluarkan bentakan. Sosok yang tak lain Dewa Abadi itu kini malah melangkah mendekati tubuh Ningrum. Semula si pemuda merasa cemas bukan main. Namun ketika dilihatnya orang tua renta itu menotok beberapa jalan darah dan mengurut tengkuk tubuh gadis itu, baru Baraka merasa lega.
“Aneh...! Rasanya belum pernah aku bertemu orang macam dia. Ternyata Ningrum yang telah dicelakakan, eh, malah sekarang diobati," gumam Baraka dalam hati
Selang beberapa saat, Ningrum pun mulai siuman. Perlahan-lahan kelopak matanya pun mulai membuka. Namun saat itu pula, Ningrum memekik tertahan. Sepasang matanya yang semula bersinar indah, mendadak berkilat-kilat penuh kemarahan.
"Jangan terlalu banyak bergerak, Cah Ayu...! Luka dalammu belum begitu pulih. Minumlah obat ini!" kata Dewa Abadi lembut seraya menyerahkan obat pulung yang diambil dari dalam saku bajunya.
Sejenak Ningrum membelalak heran melihat perubahan sikap o
Saat itu pula, Dewa Abadi meluruk deras menyerang Baraka. Ia yang ingin segera menemui kematian, tidak tanggung-tanggung lagi untuk mengeluarkan ajian 'Sukma Abadi' agar Baraka mau mengerahkan ilmu pamungkasnya. Maka begitu, 'Sukma Abadi' dikerahkan, seketika kedua telapak tangan Dewa Abadi telah berubah jadi putih berkilauan hingga sampai ke pangkal siku! Kemudian dengan sebagian tenaga dalamnya, lelaki tua itu segera menghantamkan kedua tangannya ke depan.Wesss! Wesss!Hebat bukan main serangan Dewa Abadi. Sebelum pukulan 'Sukma Abadi' mengenai sasaran, terlebih dahulu berkesiur angin dingin mendahului! Diam-diam Baraka mengeluh dalam hati. Kendati tak berhasrat untuk bertarung, tentu saja tubuhnya tidak ingin jadi sasaran empuk serangan-serangan Dewa Abadi. Maka begitu menyadari datangnya bahaya, segera tubuhnya melenting ke samping. Sehingga dua larik sinar putih terang dari kedua telapak tangan Dewa Abadi terus menerabas ke belakang, menghantam batang pohon.
Melihat keadaan Dewa Abadi, ada sedikit keheranan di hati Baraka, karena biasanya apapun yang terkena gulungan asap dari Ilmu Angin Es dan Api miliknya, akan tewas dan berubah menjadi debu warna warni, tapi tidak dengan Dewa Abadi. Tubuhnya masih utuh."Terima kasih, Anak Muda. Kau baik sekali. Kau telah antarkan aku menemui Pendampingku Yang Setia. Kalau kau tertarik, sekalian ajak gadis itu mempelajari kitab-kitab peninggalan ku. Asal, jangan Kitab Sukma Abadi! Itu amat berbahaya, Anak Muda. Kukira hanya itu pesanku, Anak Muda!” ucap Dewa Abadi yang kontan membuat wajah berubah.“K-kitab Sukma Abadi” ulang Baraka lagi, karena memang kitab itulah yang dicari-carinya selama ini.“Benar. Kitab sukma abadi. Kenapa Baraka, sepertinya kau terkejut mendengar nama kitab itu?”“Sebenarnya aku memang ingin mencari kitab itu Dewa Abadi, Raja Kala Coro yang memintaku untuk mencarinya” kata Baraka lagi.Kali ini wajah
Sementara itu sosok Dewa Abadi terlihat disekujur tubuhnya sudah menyala-nyala dengan kilatan lidah petir yang berpusaran disekujur tubuhnya, Dewa Abadi benar-benar seperti sosok dewa petir dengan seluruh petir disekujur tubuhnya.“Keluarkan kekuatanmu seluruhnya Dewata, keluarkan!” teriak Dewa Abadi dengan sangat keras membahana ditempat itu. Kerasnya teriakan Dewa Abadi bukan saja menggetarkan tempat itu, tapi juga berdampak hingga bermil-mil jauhnya. Bahkan Baraka yang sedang berkelebat cepat diantara kilatan-kilatan petir terkena dampaknya. Untuk sesaat gerakan Baraka melambat karena harus menahan nyeri ditelinganya akibat teriakan keras Dewa Abadi.Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar!Akibatnya, hujan lidah petir yang menyambar dahsyat kebawah, salah satunya menghantam sosok Baraka. Untuk sesaat terlihat sosok Baraka mengeluarkan semburat aura keemasan disekujur tubuhnya. Ningrum yang ada dipondongannya terlempar darinya. Baraka sendiri ter
“Benar-benar gila Sukma Abadi itu” batin Baraka menyadari kalau ilmu surya pamungkas miliknyapun tak bisa membuat Dewa Abadi terbunuh, bahkan terluka saja tidak.“Hebat juga jurus pukulanmu ini Baraka” terdengar suara serak Dewa Abadi seraya mengangkat wajahnya, terlihat wajah Dewa Abadi penuh bersimbah darah. Kedua matanya tidak lagi mengeluarkan lidah petir seperti sebelumnya. Rupanya serangan terakhir Baraka sudah membuatnya terluka dalam.“Tapi belum cukup untuk membunuhku” sambung Dewa Abadi bangkit berdiri, tapi serangan dahsyat itu tidak mampu melukai tubuhnya, bahkan satu helai rambutnya tidak jatuh dari kepalanya.“Berikan aku yang lebih kuat dari ini Baraka!” pinta Dewa Abadi dengan tatapan sayu. Baraka yang sebelumnya masih terlongo kaget dengan kekuatan yang dimiliki oleh Dewa Abadi, terkejut mendengar kata-kata Dewa Abadi.“Lebih kuat dari ini...” ulang Baraka teringat akan sesuatu.
"Baraka ... hidupku ... tidak ... lama lagi ... ""Ningrum, aku yakin kau pasti sembuh!" potong Baraka dengan cepat.Ningrum menggeleng dengan lemah. "Percuma aku hidup... kalau keadaanku seperti ini Baraka"Baraka hanya diam tak menjawab ucapan Ningrum. Sementara Ningrum mulai menangis terisak-isak dipelukan Baraka, menyesali nasib dan dirinya saat ini.Tak lama kemudian, Baraka tiba juga ditepian sebuah danau yang bening yang ada dipinggiran hutan situ waras.“Untuk apa kita kemari Baraka?”“Dewa Abadi bilang di dasar danau ini ada sebuah lorong goa yang di dalamnya juga ada sebuah kolam kecil”“Memangnya kenapa Baraka?”“Dewa Abadi bilang, air di danau itu bisa mengobati keadaanmu saat ini Ningrum” kata Baraka lagi hingga membuat wajah Ningrum berubah.“B..be...benarkah Baraka?”“Aku juga tidak tau Ningrum, tapi lebih baik kita memastikannya dari
"Hemm ... disini ada lorong lagi. Masuk atau tidak, ya?" gumamnya, "...ah ...bodo amat! Paling-paling juga mampus."Setelah mengambil keputusan bulat, Baraka memasuki lorong yang tidak diketahui seberapa dalam dan bahaya yang akan dihadapinya. Setelah berjalan dua tombak lebih, ia mendapati sebuah ruangan yang cukup besar dan lebar.“Anginnya bertiup kencang. Pasti ini sebuah ruang atau goa yang cukup besar."Baru saja berjalan beberapa langkah.Kruukk! Krukkk!“Aduh... perutku minta jatah." Keluhnya sambil duduk bersandar di dekat pintu gua. "Mau makan apa di tempat seperti ini?"Saat Baraka ingin menyandarkan tangannya, tanpa sengaja tangan kanannya menyentuh sesuatu yang menggantung berada persis sejangkauan di depannya.“Eh ... apa itu tadi?"Hidung sedikit mengendus-endus, mirip sekali dengan hidung anjing yang membau daging."Baunya harum sekali."“Apa ini?" Tangan kanannya memegang-m
Konon katanya, saat belum menjadi seorang dewa dan menjadi pemimpin para dewa di istana langit. Sang Hyang Guru Dewa terlebih dahulu harus menjalani takdirnya menjadi seorang manusia hingga akhirnya Sang Hyang Guru Dewa berhasil meraih takdirnya untuk menjadi seorang dewa. Ini semua berkat kesaktian yang dimilikinya, satu diantaranya adalah Tenaga Sakti Kuasa Dewata dan Si Penakluk Hawa. Meski saat itu baru mencapai tingkat ke tujuh dari Ilmu "Tenaga Sakti Kuasa Dewata", tapi sudah bisa membuat Sang Hyang Guru Dewa disejajarkan dengan tokoh-tokoh tingkat atas dan para dewa yang ada di istana langit. Sampai pada akhirnya, Sang Hyang Guru Dewa menghilang dari percaturan dunia persilatan, moksa naik ke istana langit untuk menjadi seorang dewa dan sekarang mencapai tingkat tertinggi dari istana langit. Menjadi Sang Hyang Guru Dewa.-o0o-SEMBILAN hari sembilan malam lamanya Baraka terbujur pingsan di tempat itu. Pada hari ke sembilan, tubuh si pemuda mu
Yang terlihat dimata Baraka sekarang bukanlah sosok tua renta yang sebelumnya terbaring lemah tak berdaya dengan kulit tipis kering sekedar membalut tulang, bukan sosok bertubuh keriput seperti nenek-nenek menjelang ajal dan juga bukan sosok gadis pesakitan. Kini yang terbaring di atas Batu Pualam Hitam adalah sesosok gadis cantik jelita berkulit putih mulus tinggi semampai. Sepasang bibir merah merekah alami terukir indah di mulut, sedang diatasnya terdapat sebentuk hidung mancung ditingkahi dengan pipi kemerah-merahan. Sepasang mata gadis secantik bidadari tersebut masih tertutup rapat dalam masa tidur panjangnya. Dada membusung di balik baju yang dipakai terlihat turun naik dengan lembut, bagai tanda kehidupan tetap berada di raga cantik Ningrum.Kecantikan dan keagungan Ningrum benar-benar sempurna, bagaikan seorang bayi yang terlahir kembali untuk ke dua kalinya! Baraka sendiri sampai terpesona melihat aura keagungan yang terpancar dari raga tidur Ningrum."Bukan