Share

276. Part 11

last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-18 01:02:02

Tepat ketika sosok berpakaian putih-putih itu mendarat, batang pohon randu itu tumbang dan jatuh berdebam ke tanah. Bumi bergetar hebat. Debu-debu kontan membubung tinggi memenuhi sekitarnya. Sedang Dewa Abadi tampak masih tegak di tempatnya. Sedikit pun juga tidak terpengaruh oleh keadaan di belakangnya. Kepalanya mendongak tinggi-tinggi menatap angkasa raya dengan kedua bibir bergetar.

Bulan purnama di atas sana tetap bermuram durja oleh awan kelabu yang membungkusnya. Berjuta bintang di angkasa pun sepertinya malas tersenyum.

"Oh..., Dewata...! Kenapa jalan hidupku demikian buruk? Apa salahku, Dewata? Apa karena aku mempelajari Kitab ‘Sukma Abadi’ yang membuat aku begini? Tapi, bukankah Kau tahu! Ilmu yang ku peroleh ini hanya untuk membela jalan-Mu, jalan kebenaran? Lantas, kenapa di saat aku ingin menemui-Mu, malah ini yang ku peroleh?" keluh Dewa Abadi dalam hati, seolah-olah ingin menyesali kiprahnya di rimba persilatan.

Namun apa yan

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   277. Part 12

    Kening Baraka bertautan ketika mendengar suara cempreng dalam bentuk nyanyian yang tak enak didengar. Seketika matanya tertuju ke ujung jalan setapak sana. Tampak seorang lelaki tua tengah melenggang santai dengan tongkat terantuk-antuk. Usia lelaki itu kira-kira tujuh puluh tahun. Rambutnya yang panjang tampak awut-awutan tak terawat. Wajahnya kasar penuh tonjolan daging. Sedang tubuhnya yang tinggi kurus dibalut pakaian ketat warna biru."Siapakah kakek tua berpakaian biru ini? Rasa-rasanya aku belum pernah mengenalnya...," tanya Baraka dalam hati.Dan begitu langkah si tua berpakaian biru makin dekat, Baraka pun hanya membiarkan Saja. Tak ada keinginan untuk menggoda. Ia malah lebih senang menikmati angin semilir yang mengelus-elus tubuhnya.Namun rupanya tidak demikian halnya sang kakek. Begitu berada di depan pemuda dari Lembah Kera, sejenak langkahnya berhenti. Sepasang matanya yang berwarna kelabu pun terus perhatikan Baraka dengan seksama."Sempru

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-18
  • Pendekar Kera Sakti   278. Part 13

    "Hea...! Hea...!"Peramal Darah berkah-kali mencoba dengan jurus-jurus tipuan. Namun, sayangnya Baraka selalu saja dapat menghindarinya dengan mudah. Malah kalau si pemuda itu mau, tak jarang banyak kesempatan lowong untuk melancarkan serangan balik. Maka, hal ini pulalah yang membuat kemarahan Peramal Darah makin menggelegak."Setan alas! Jangan dikira kau sudah di atas angin hingga tak mau balas seranganku, Bocah! Bagaimanapun juga, kau harus modar di tangan ku, Bocah! Heaaa...!"Peramal Darah terus menekan pertahanan Baraka. Tangan kanannya membentuk cengkeraman berkelebatan hebat siap meremukkan batok kepala Baraka. Sedang tangan kirinya yang terkepal erat, siap pula mendaratkan bogem mentah."Hea...! Hea...!""Ah...! Kau ini bagaimana sih, Orang Tua? Kenapa kau berhasrat sekali dengan nyawaku. Padahal di antara kita tidak ada silang sengketa. Apa tidak sebaiknya kita selesaikan urusan sampai di sini?" ujar Baraka sambil terus berkelebatan meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • Pendekar Kera Sakti   279. Part 14

    Sementara tak jauh dari tempat si gadis berlatih berdiri tegak seorang lelaki setengah baya yang tengah mengamati. Sesekali kepalanya mengangguk-angguk penuh kagum, pertanda puas dengan jurus-jurus yang diperagakan si gadis."Bagus, bagus! Tak kusangka kau dapat menguasai jurus-jurus 'Pedang Kupu-kupu Hitam'-ku dengan baik, Ningrum. Aku si Raja Pedang Kupu-kupu, bangga sekali mempunyai murid sepertimu," puji lelaki setengah baya itu.Dia adalah seorang lelaki berusia lima puluh lima tahun. Wajahnya berbentuk persegi penuh dengan kumis dan jenggot. Sepasang matanya tajam, menyimpan ketelengasan yang nyaris tersembunyi. Rambutnya panjang dikuncir sebagian ke belakang.Sedang tubuhnya yang tinggi besar dibalut pakaian ringkas berwarna kuning."Terima kasih, Guru. Semua ini tak lepas dari bimbingan Guru," sahut gadis cantik yang dipanggil Ningrum itu merendah.Lelaki setengah baya bertubuh tinggi besar yang berjuluk Raja Pedang Kupu-kupu ini tertawa ge

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • Pendekar Kera Sakti   280. Part 15

    "Pertanyaanmu aneh, Orang Tua Sinting. Mana mungkin ada orang terlahir bersama seekor naga, bisa mati emaknya karena mengeluarkan naga dari lubang lahirnya" jawab Raja Pedang Kupu-kupu, seenaknya."Kukira jawabanku pun sama dengan Guru, Orang Tua. Sepanjang umur hidupku, rasanya belum pernah aku mendengar orang yang dilahirkan bersama naga," timpal Ningrum."Baiklah kalau kalian memang tidak tahu. Tapi, apakah barangkali kalian dapat membantuku pada siapa aku bertanya?""Keparat! Sudah kubilang tidak tahu, masih saja mengumbar bacot. Apa kau pikir aku takut mendengar nama besarmu, he?!" bentak Raja Pedang Kupu-kupu mengkelap bukan main."Terserah apa katamu. Yang jelas, aku tidak ingin bermusuhan denganmu," jawab Dewa Abadi enteng."Setan alas! Aku jadi ingin lihat apa kehebatanmu juga, sehebat bacotmu?!"Si Raja Pedang Kupu-kupu langsung melompat menyerang dengan jurus-jurus ganas. Dewa Abadi mengeluh dalam hati. Tentu saja ia tidak ingin m

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • Pendekar Kera Sakti   281. Part 16

    "Sulit! Bagaimana mungkin aku dapat menemukan anak manusia yang kumaksudkan? Dari sekian banyak tokoh dunia persilatan yang sempat kumintai keterangan, tak ada satu pun juga memberikan keterangan pasti. Ah...! Jangan-jangan kabar gaib yang kuterima hanyalah mimpi kosong belaka. Kalau iya, ah...! Bagaimana aku dapat menemukan jalan kematian? Oh...!" keluh Dewa Abadi merasa galau.Dan baru saja lelaki tua ini mengeluh begitu, mendadak pendengarannya yang tajam menangkap gerakan halus di belakang jauh dari tempatnya berlari. Tanpa banyak cakap segera langkahnya dihentikan. Sementara sepasang pendengarannya makin dipertajam."Hm...! Kalau pendengaranku tidak salah, langkah-langkah halus yang terdengar terdiri dari dua orang. Dan kini mereka tengah berdiri di balik rindangnya sebuah pohon depan sana. Ya ya ya...! Sebaiknya aku ke sana. Siapa tahu mereka dapat memberikan keterangan," pikir Dewa Abadi.Saat itu pula Dewa Abadi pun segera meloncat ke atas pohon. Lalu de

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • Pendekar Kera Sakti   282. Part 17

    Iblis Muka Bayi sejenak mengalihkan pandang matanya ke arah Iblis Pocong. Dan seperti diberi aba-aba, mendadak kedua tokoh sesat itu tertawa bergelak."Heran heran! Beraninya kau mengumbar suara demikian nyaringnya. Apa matamu sudah lamur tengah berhadapan dengan siapa, he?!" bentak Iblis Pocong lagi.Dewa Abadi mengulas senyum. Tampak sekali kalau ia tidak gentar menghadapi kedua tokoh sesat di hadapannya."Kau akan menyesal seumur hidup berani bertindak lancang di hadapan Dewa Abadi!" sahut Dewa Abadi, tak kalah gertak.Kali ini rasa kaget Iblis Pocong dan Iblis Muka Bayi tak dapat dibayangkan lagi mendengar nama Dewa Abadi disebut. Namun kekagetan mereka hanya sebentar. Setelah dapat mengendalikan perasaan, kedua orang tua itu pun lantas tertawa bergelak. Sebagai tokoh tua dunia persilatan, mereka jelas pernah mendengar tokoh sakti tanpa tanding yang bergelar Dewa Abadi, walau belum pernah bertemu sebelumnya. Tapi sifat mereka yang sombong mengalahkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • Pendekar Kera Sakti   283. Part 18

    Iblis Pocong dan Iblis Muka Bayi yang nyalinya sudah ciut, mendapat kenyataan kalau kesaktian Dewa Abadi amat tinggi, sejenak saling berpandangan. "Mana sudi aku memberi keterangan padamu, Dewa Abadi! Tanyakan saja pada arwah-arwah gentayangan hutan ini!" sahut Iblis Muka Bayi, ketus.Dewa Abadi tersenyum arif. Tentu saja ia masih ingin membutuhkan keterangan dari Iblis Pocong dan Iblis Muka Bayi. Maka tanpa menghiraukan ocehan Iblis Muka Bayi, Dewa Abadi melangkah tenang mendekati."Maaf! Bukannya aku yang menyakiti kalian. Tapi, apakah kalian tidak ingin memberitahuku, pada siapa aku harus bertanya?" ucap Dewa Abadi penuh tekanan. Kedua matanya menyorot tajam, penuh perbawa menggetarkan.Iblis Pocong dan Iblis Muka Bayi seketika makin ciut nyalinya. Mereka tidak menyangka kalau Dewa Abadi memiliki perbawa demikian hebatnya. Maka begitu melihat kedua bola mata lelaki arif itu, tak urung hati mereka bergetar."Mana aku tahu? Kenapa kau tidak tanyakan saja

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • Pendekar Kera Sakti   284. Part 19

    "Hm...! Aku yakin, tentu pemuda sakti itu yang dimaksudkannya," gumam Peramal Darah seperti pada diri sendiri."Siapa bocah sakti yang kau maksudkan, Peramal Darah?" tanya Dewa Abadi tak sabar."Namanya Baraka, gelarnya Pendekar Kera Sakti!" sahut Peramal Darah dengan sepasang mata menerawang.Sejenak tubuh Dewa Abadi tergetar hebat begitu mendengar julukan anak manusia yang terlahir bersama Naga. Dan sejenak itu pula kepalanya mengangguk-angguk dengan senyum tipis terkembang di bibir keriputnya."Ya ya ya...! Kukira ucapannya benar adanya. Aku harus secepatnya dapat menemukan pemuda itu," gumam Dewa Abadi dengan kepala mengangguk-angguk. "Kalau begitu, kuucapkan terima kasih atas keteranganmu."Baru saja Dewa Abadi akan berkelebat meninggalkan tempat itu, tiba-tiba...."Dasar orang tua tak tahu diri! Tadi kau ragukan ramalanku. Tapi, begitu kutunjukkan siapa pemuda yang kau cari, kau malah seenak perutmu akan meninggalkan aku. Apa itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-21

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1167. Part 2

    Jleeg...!"Untung aku cepat pejamkan mata," katanya dalam hati. "Kalau tidak segera pejamkan mata, bisa buta mataku terkena sinar merah itu. Aku tahu letak kekuatan kipasnya itu. Aku tahu bagaimana cara mengatasinya. Kalau saja saat ini Cambuk Getar Bumi ada di tanganku, pasti tubuh si Muka Besi akan terbelah menjadi beberapa potong."Kipas Racun Peri gagal kenai lawan. Si Muka Besi kian penasaran, menggeram penuh kejengkelan. Kipasnya kini dalam keadaan terkatup, menjadi benda mirip tongkat yang panjangnya dua jengkel. Mata si Muka Besi menatap tajam pada lawannya. Suaranya pun terdengar penuh kejengkelan."Mengapa kau menghindari kalau kau anggap Kipas Racun Peri ini hanya kipas biasa, Setan Samudera! Kalau kau memang punya ilmu lebih tinggi dariku dan mampu menumbangkan aku, hadapilah kipas mautku ini!"Wuuutt...!Tiba-tiba kipas itu disentakkan ke depan, lurus dan kuat. Dari ujung kipas keluar selarik sinar sejengkal panjangnya. Sinar itu meles

  • Pendekar Kera Sakti   1166. BENCANA SANG PENDEKAR

    LERENG perbukitan yang terjal menjadi ajang pertarungan. Dua tokoh sakti berusia enam puluh ke atas saling beradu kekuatan ilmu mereka. Entah sudah berapa lama pertarungan itu berlangsung, yang jelas sudah banyak pohon yang tumbang dan bongkahan batu pun berhamburan karena menjadi korban salah sasaran jurus-jurus mereka. Dua tokoh sakti itu sama-sama kenakan jubah berlengan panjang, yang satu berwarna merah, yang satu berwarna abu-abu. Tokoh tua yang mengenakan jubah abu-abu dalam keadaan menderita luka dalam. Sebuah pukulan telapak tangan telah menghantam dadanya dan tokoh berjubah abu-abu itu memuntahkan darah dari mulutnya. Tapi ia masih sanggup bertahan, terbukti ia masih lakukan serangan yang tak kalah hebat dari serangan lawannya.Si jubah merah dibuat terdesak ketika si jubah abuabu lepaskan pukulan bersinar ke arah pohon. Sinar kuning itu melesat menghantam pohon sampingnya. Tapi gerakan sinar memantul kepohon belakang si jubah merah, dan sinar itu memantul lagi mengh

  • Pendekar Kera Sakti   1165. Part 21

    "Kuhitung sampai tiga kali kalau kau tak serahkan cambuk itu, kau akan kukirim ke neraka secepatnya!" gertak si baju hijau."Berhitunglah sampai seribu kali, aku tetap tak akan serahkan cambuk itu, karena aku memang tidak tahu menahu tentang cambuk tersebut!" kata Baraka."Bangsat! Heaah...!" si baju biru menyerang dengan jurus tangan kosong yang melepaskan selarik sinar merah lurus ke dada Baraka.Pendekar Kera Sakti tak menyangka orang itu yang akan menyerangnya, ia segera melompat ke atas, suutt...!Menghindari sinar merah itu. Tetapi ujung suling mustikanya terkena sinar merah yang segera membalik arah, membias ke samping dan sinar itu bergerak lebih cepat serta lebih besar, menghantam dada si baju hijau dengan telaknya.Blaarr...! Asap hitam mengepul tebal. Membungkus orang berkumis tebal yang tidak menduga akan terkena serangan balik dari sinar merah milik temannya. Di dalam asap tebal itu terdengar suara mirip pohon rubuh.Bruugk...!

  • Pendekar Kera Sakti   1164. Part 20

    Wuuuttt...! Seettt...! Tab!Sebuah pisau bergagang hias bulu merah ditangkap oleh gerakan cepat tangan Baraka. Pisau terbang itu terselip di sela jari Baraka dan dijepitnya kuat-kuat. Mata Pendekar Kera Sakti segera menatap semak-semak yang dicurigainya. Maka, dengan gerakan cepat Baraka melemparkan pisau itu ke arah semak-semak sambil merendahkan badan.Wuuuttt...! Zlaappp...!Gusrak...!"Aauh...!" suara orang terpekik terdengar jelas dari semak-semak itu. Kejap berikutnya muncullah seraut wajah lelaki berusia sekitar empat puluh tahun dengan seringai kesakitan, ia melangkah dengan sempoyongan. Rupanya betis orang itu terkena lemparan pisau dari Pendekar Kera Sakti tadi. Orang berpakaian biru tua itu memaki dalam gerutuan. Matanya memandang tajam penuh kemarahan, ia berusaha mencabut pisau terbang yang dikembalikan Baraka dengan seringai sakit yang membuat wajahnya bagaikan terkumpul di tengah hidung.Sleeb...! Pisau berhasil dicabut. Ketika ingin

  • Pendekar Kera Sakti   1163. Part 19

    Sedangkan lelaki yang jatuh dari atas pohon itu berkata dalam hati, "Berapa ketinggian tempatku jatuh ini? Mengapa tulang punggungku jadi seperti patah begini? Ternyata sangat tak enak jatuh dalam keadaan telentang. Lain kali aku harus punya cara jatuh yang nyaman!"Baraka menghampiri lelaki berusia sekitar tiga puluh lima tahun yang berpakaian serba hitam tapi mengenakan ikat kepala merah itu. Busur panahnya patah karena tertindih badannya. Sisa anak panah di punggung menjadi berantakan, dua batang anak panah ada yang patah juga. Pendekar Kera Sakti segera mencengkeram baju orang itu dan menariknya ke atas, sehingga orang itu menjadi berdiri dengan sangat terpaksa."Kembalikan pakaian gadis itu, atau kutenggelamkan kau ke dasar telaga!" ancam Baraka dengan tegas."Ak... aku... aku tidak mencuri pakaiannya!" kata orang tersebut. "Lalu mengapa kau mau membunuh gadis itu dengan panahmu?""Ak... aku... aku hanya disuruh!""Siapa yang menyuruhmu!"

  • Pendekar Kera Sakti   1162. Part 18

    "Kalau kau membentak-bentakku, sebaiknya aku pergi saja dan silakan cari pakaianmu sendiri!" Baraka berpura-pura ingin pergi."Tunggu!" teriak gadis itu. "Baiklah, aku tidak membentakmu lagi," suaranya mereda. "Tolonglah, carikan pakaianku, nanti kuberi upah.""Apa upahnya?""Akan kuajarkan padamu sebuah jurus yang jarang dimiliki orang."Senyum Pendekar Kera Sakti melebar. "Jurus apa itu?""Jurus pukulan 'Malaikat Rela'," jawab gadis itu dengan suaranya yang selalu keras dan bening.Baraka sempat tertawa dalam gumam. "Lucu sekali nama jurus itu.""Jangan menertawakan. Kalau kau tahu kehebatan jurus itu kau akan terbengong-bengong!""Apa kehebatannya?""Pukulan 'Malaikat Rela' dapat merobohkan delapan pohon dalam satu kali hentakan. Jika dilepaskan kepada lawanmu, dia akan tumbang setelah bernapas tiga kali. Percayalah, jurus itu tak ada yang memiliki kecuali diriku. Maka carilah pakaianku dan kau akan kuajarkan jurus te

  • Pendekar Kera Sakti   1161. Part 17

    "Ahg...!" Dampu Sabang tersentak dan diam seketika dengan tangan masih mau disentakkan. Lama sekali dia tak bergerak. Kelana Cinta dan Raja Hantu Malam sempat merasa heran melihat Dampu Sabang bagaikan menjadi patung. Tetapi ketika angin berhembus kencang, mereka terkejut melihat tubuh Dampu Sabang berhamburan ke mana-mana. Rupanya pada saat itu Dampu Sabang sudah tak bernyawa lagi. Pisau-pisau kecil itu telah membuat Dampu Sabang berubah menjadi debu yang masih saling bergumpalan. Itulah kehebatan dan kedahsyatan jurus 'Manggala' milik Pendekar Kera Sakti, pemberian dari Ratu Hyun Ayu Kartika Wangi, calon mertuanya itu.Dengan terbunuhnya tubuh Dampu Sabang, maka persoalan Raja Hantu Malam palsu pun terselesaikan. Ki Randu Papak segera ditolong olah Baraka menggunakan hawa ‘Kristal Bening’-nya, dan Baraka meminta maaf kepada tokoh tua yang bijak itu. Sedangkan Ratu Asmaradani tubuhnya menjadi pulih seperti sediakala, terbebas dari pengaruh 'Racun Siluman' yang ju

  • Pendekar Kera Sakti   1160. Part 16

    Praaak...! Terdengar seperti suara cermin pecah. Lalu sinar biru itu menghantam tubuh Raja Hantu Malam.Zruub! Tepat mengenai iga kanan Raja Hantu Malam."Aaahhhg...!" Raja Hantu Malam mengejang dengan kepala terdongak dan kedua kakinya menekuk ke depan. Sekujur tubuhnya berasap, warna kulitnya menjadi merah retak-retak.Baraka terbelalak melihat keadaan Raja Hantu Malam. Lukanya sangat parah, tapi agaknya ia bertahan untuk tetap lakukan serangan ke arah Dampu Sabang. Tapi serangannya sangat lunak dan mudah dihindari Dampu Sabang yang tertawa terbahak-bahak kegirangan. Baraka dalam kebimbangan. Mau menolong, tapi yang ditolong adalah yang menjadi musuhnya dan ingin dibinasakan jika tak mau tawarkan racun yang mengenal Ratu Asmaradani. Jika ia tidak menolong, ia tak tega melihat orang yang pernah dikagumi itu menderita siksaan begitu keji.Dalam keadaan bimbang itu, tiba-tiba Baraka dikejutkan oleh gerakan halus yang datang dari arah belakangnya. Baraka ce

  • Pendekar Kera Sakti   1159. Part 15

    Rupanya Ki Randu Papak berlari menuju arah datangnya sinar merah yang meletup di angkasa tadi. Tetapi gerakannya mampu dipatahkan oleh Baraka yang tahu-tahu menghadang langkahnya.Jleeg...!"Mau lari ke mana kau, Raja Hantu Malam!" tegur Baraka tak ramah lagi."Baraka, minggirlah dulu. Aku punya urusan dengan seseorang! Setelah kuselesaikan urusanku ini, kita bicara lagi mencari kebenaran fitnah itu!""Tak kubiarkan kau lari tinggalkan tanggung jawabmu. Raja Hantu Malam!""Jangan paksa aku melukaimu, Baraka!""Tidak. Aku hanya ingin paksa dirimu mengobati Ratu Asmaradani yang terkena 'Racun Siluman' itu!""Itu bukan tanggung jawabku, Baraka! Aku tidak melakukannya!" sentak Ki Randu Papak. "Tapi kalau kau ingin aku membantumu, aku sanggup membantumu. Tapi nanti, setelah kuselesaikan urusanku dengan Dampu Sabang!""Sekarang juga kau harus lakukan penyembuhan terhadap Ratu Asmaradani!""Tidak bisa! Aku sudah punya janji unt

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status