Share

211. Part 7

last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-27 01:02:16

"Apa boleh buat, aku harus melayani tantangan orang tua itu. Tapi, aku tak mau membunuh siapa-siapa untuk saat ini...," kata hati Pendekar Kera Sakti. "Aku tak akan mengeluarkan ilmu pukulan. Tapi, aku akan mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamku untuk menahan gempuran kakek yang tampaknya menyimpan banyak rahasia itu."

Mengikuti pikiran di benaknya, bergegas Baraka mengalirkan kekuatan tenaga dalamnya ke tangan kanan. Benar-benar sampai ke puncak!

Walau usia Baraka masih amat muda untuk ukuran orang-orang yang telah menceburkan diri ke kancah rimba persilatan, tapi tenaga dalam pemuda dari Lembah Kera itu tidak bisa dianggap enteng. Karena telah menelan 'Katak Wasiat Dewa', tenaga dalam Baraka jadi meningkat berlipat-lipat. Dengan menelan benda ajaib itu, sama artinya Baraka telah melatih tenaga dalamnya selama dua puluh tahun. Lebih-lebih, Baraka pun telah mendapatkan tambahan tenaga dalam ketika dipukul Setan Bodong dengan Tenaga Inti Es Biru di tambah

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   212. Part 8

    "Apa?" kesiap Baraka, seperti tak percaya pada ucapan si kakek."Mereka semua mati dibunuh Wanara Karang atau Iblis Pemburu Dosa," lanjut Hati Selembut Dewa. "Jadi... jadi apa yang kau lakukan di kota Suradipa itu adalah juga mengubur mayat orang?""Ya. Ketika kau datang, aku baru saja selesai menimbun mayat murid-muridku juga...."Terkejut Baraka saat melihat bola mata Hati Selembut Dewa berkaca-kaca. Dan, si kakek yang tak dapat menahan kesedihan hatinya segera tampak menangis bersimbah air mata."Heran aku. Dua kali aku melihatmu menangis, Kek. Sebenarnya, kau ini siapa? Dan, kenapa murid-muridmu dibunuh orang?" tanya Baraka, menceritakan keingintahuannya.Mendapat pertanyaan itu, air mata Mahendra Karnaka semakin mengalir deras. Dengan suara patah-patah, dia berkata, "Namaku Mahendra Karnaka. Orang-orang memberiku gelar Hati Selembut Dewa. Sejak sepuluh tahun lalu, aku telah mengasingkan diri di tempat ini. Aku mengangkat beberapa orang murid.

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-27
  • Pendekar Kera Sakti   213. Part 9

    "Dan ketika kau datang, semua muridmu yang berada di sini telah menjadi mayat semua?""Begitulah.... Karena sudah lama aku meninggalkan Pondok Matahari, aku memberikan pelajaran ilmu pedang kepada murid baruku itu untuk dilatihnya sendiri. Sementara, aku lalu kembali ke Pondok Matahari...."Mendadak, air mata Hati Selembut Dewa mengalir lagi. Dengan suara terbata-bata, dia lanjutkan ceritanya. "Menilik ciri-ciri yang ada pada mayat murid-muridku, aku yakin bila yang membunuh mereka adalah Wanara Karang. Aku pun bermaksud membalas kebiadabannya itu. Aku pergi ke kota Suradipa. Di kota itu, sebagian muridku yang telah kuanggap menyelesaikan pelajaran bertempat tinggal. Aku bermaksud memberitahu kekejaman Wanara Karang agar mereka berhati-hati, karena bisa saja Wanara Kadang juga bermaksud membantai mereka. Tapi..., kedatanganku terlambat...."Iba hati Baraka melihat Mahendra Karnaka mendekap wajah lalu menangis sesenggukan. Mahendra Karnaka menangis seperti seoran

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-28
  • Pendekar Kera Sakti   214. Part 10

    Namun, tetap tak ada sahutan."Ya, Tuhan...," sahut si kakek untuk kesekian kalinya.Sedih bukan main rasa hati kakek bertubuh kurus tinggi itu. Rasa sesal dan berdosa memburunya pula. Kalau dia tidak meminta Pendekar Kera Sakti untuk turut mengatasi masalah yang sedang dihadapinya, bukankah pemuda lugu itu tak akan mati begini cepat? Itu berarti dialah yang menyebabkan kematian Pendekar Kera Sakti! Hati Selembut Dewa benar-benar larut dalam rasa sesal dan sedih. Dan tanpa disangkanya, tiba-tiba terdengar suara gemuruh yang dibarengi guncangan hebat. Hati Selembut Dewa terkejut bagai disambar petir.Bergegas dia meloncat jauh karena merasa jiwanya terancam. Dengan mata terbelalak lebar, si kakek segera tahu apa yang tengah terjadi.Sekitar lima tombak dari sisi lubang jebakan bongkah-bongkah batu tampak berpentalan ke udara. Bersamaan dengan gumpalan tanah yang turun berhamburan, melesat sesosok bayangan dari dalam lubang yang baru terbentuk. Sosok bayang

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-28
  • Pendekar Kera Sakti   215. Part 11

    "Hh! Astaga!"Keterkejutan Hati Selembut Dewa tak bisa digambarkan lagi. Bilah pedangnya tiba-tiba terlepas dari cekalan, dan melekat pada gumpalan besi hitam yang kemudian jatuh di sela-sela batu!Merasa pedang adalah sarana satu-satunya untuk dapat menahan dua ilmu sesat iblis Pemburu Dosa, bergegas Hati Selembut Dewa meloncat. Langsung dicekalnya lagi hulu pedangnya untuk dilepas dari gumpalan besi hitam. Tapi ternyata, gumpalan besi itu mengandung daya tarik yang amat kuat. Sampai di mana pun Hati Selembut Dewa mengeluarkan tenaga, bilah pedangnya tak dapat dilepas. Ketika ditarik ke atas, gumpalan besi justru turut terangkat!"Ha ha ha...!" tawa pongah Iblis Pemburu Dosa. "Sudah kukatakan, kemunculanku kali ini selain berbekal dua ilmu kesaktian yang telah ku sempurnakan, juga berbekal perhitungan yang masak. Salah satu dari perhitunganku itu bukankah telah kau lihat? Apakah kau mau bertempur dengan membawa gumpalan besi yang begitu berat?"Menggeram

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-28
  • Pendekar Kera Sakti   216. Perkumpulan Matahari Merah

    MATAHARI telah berada di dekat garis cakrawala barat. Cepat sekali waktu berlalu. Namun demikian, pertempuran antara Mahendra Karnaka melawan Wanara Karang masih berlangsung seru. Belum tampak tanda-tanda siapa di antara kedua tokoh tua itu yang akan segera keluar sebagai pemenang.Mahendra Karnaka yang tak mau bersentuhan kulit dengan Wanara Karang menggunakan sarung pedangnya untuk memainkan Jurus 'Memburu Jiwa Mengejar Roh'. Walau senjata di tangan Mahendra Karnaka tidak tajam dan tidak pula berujung runcing, tapi Wanara Karang sempat dibuat kerepotan.Beberapa kali tubuhnya kena gebuk yang mendatangkan rasa sakit hebat. Ilmu kebalnya sama sekali tak berguna karena tenaga dalam Mahendra Karnaka lebih unggul satu tingkat."Keparat!" geram Iblis Pemburu Dosa."Cukuplah kita bermain-main. Aku tak mau memberi hati lagi. Lihat apa yang akan segera kulakukan!" Di ujung kalimat itu, mendadak tubuh Iblis Pemburu Dosa melesat tinggi. Selagi melayang di udara, d

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-29
  • Pendekar Kera Sakti   217. Part 2

    Sebaliknya, Hati Selembut Dewa Cuma tersurut mundur tiga langkah. Tapi..., wajahnya terlihat amat pucat, bahkan lebih pucat dari wajah orang yang sudah dijemput ajal.Sementara, bola matanya melotot besar seperti hendak meloncat keluar dari rongganya. Kedua tangan kakek berkulit kuning itu menekan perutnya yang tampak menggembung besar seperti balon yang baru ditiup sekuat tenaga. Dan..., perut si kakek memang hendak meletus!"Ha ha ha...!" tertawa bergelak lagi Iblis Pemburu Dosa. "Kau baru merasakan kehebatan Ilmu 'Mengadu Tenaga Menjebol Perut'! Kau akan segera mati dengan perut pecah berantakan. Tapi..., aku tak mau melihatmu mati sebelum kau menerima 'Lima Pukulan Pencair Tulang'-ku! Hiaahhh...!"Tubuh Wanara Karang berkelebat cepat. Dan, Mahendra Karnaka yang sudah berada di ambang kematian tak dapat menghindar manakala lelaki berbulu lebat itu menghujani lima pukulan beruntun. Satu pukulan menerpa dahi, dua di bahu, dan dua pukulan lagi tepat bersarang di

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-29
  • Pendekar Kera Sakti   218. Part 3

    Cengar-cengir lagi Baraka. Karena rasa iba dan kasihan, dia tak merasa jijik atau ngeri ketika memindahkan tubuh kakek berjubah merah dari atas lempengan batu. Dibaringkannya tubuh kaku beku itu di sudut ruangan yang tak becek. Dan, mulailah Baraka mengempos tenaga untuk dapat menuruti wasiat si kakek. Hanya dengan mengerahkan sebagian kecil tenaga dalamnya, dapatlah Baraka menggeser lempengan batu bergaris tengah dua depa. Namun, matanya segera terbelalak. Antara rasa heran dan terkejut dia melihat sebuah kitab bersampul merah yang semula tertindih lempengan batu. Karena tertarik, Baraka memungutnya. Kitab itu sudah amat tua. Sampulnya sudah mulai lapuk. Walau hidungnya mencium bau apek yang menusuk, dibukanya juga halaman kitab itu.‘Selamat. Dengan menemukan tubuhku yang sudah menjadi mayat ini, kemungkinan besar kau memang ditakdirkan untuk menjadi ketua Perkumpulan Matahari Merah. Setelah melihat dua pelajaran ilmu pukulan yang terukir di dinding gua, pasti ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-29
  • Pendekar Kera Sakti   219. Part 4

    Baraka cengar-cengir beberapa lama. Usaha kerasnya tidak sia-sia. Kini dia dapat mengetahui di mana letak kelemahan ilmu 'Lima Pukulan Pencair Tulang' dan 'Mengadu Tenaga Menjebol Perut'. Dia pun jadi yakin akan bisa menuruti wasiat Salya Tirta Raharja. Namun, benarkah dirinya memang ditakdirkan untuk menjadi ketua Perkumpulan Matahari Merah"Selagi Baraka berpikir-pikir, keterkejutan menghantamnya lagi. Kali ini dia sampai melompat ke belakang dan berseru keras sekali. Jenazah Salya Tirta Raharja tiba-tiba dapat bergerak tanpa sebab. Kedua tangan dan kakinya yang semula terlipat tampak bergerak perlahan menjadi lurus! Sehingga, tubuh si kakek tidak melengkung lagi."Ya, Tuhan...," sebut Pendekar Kera Sakti. "Apa yang kulihat ini apakah sebuah pertanda bila arwah kakek itu turut merasa senang melihat keberhasilanku?"Baraka cengar-cengir lagi. Tapi ketika ingat akan kewajibannya, dia segera menggali lubang untuk menguburkan jenazah Salya Tirta Raharja, persis se

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-30

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1159. Part 15

    Rupanya Ki Randu Papak berlari menuju arah datangnya sinar merah yang meletup di angkasa tadi. Tetapi gerakannya mampu dipatahkan oleh Baraka yang tahu-tahu menghadang langkahnya.Jleeg...!"Mau lari ke mana kau, Raja Hantu Malam!" tegur Baraka tak ramah lagi."Baraka, minggirlah dulu. Aku punya urusan dengan seseorang! Setelah kuselesaikan urusanku ini, kita bicara lagi mencari kebenaran fitnah itu!""Tak kubiarkan kau lari tinggalkan tanggung jawabmu. Raja Hantu Malam!""Jangan paksa aku melukaimu, Baraka!""Tidak. Aku hanya ingin paksa dirimu mengobati Ratu Asmaradani yang terkena 'Racun Siluman' itu!""Itu bukan tanggung jawabku, Baraka! Aku tidak melakukannya!" sentak Ki Randu Papak. "Tapi kalau kau ingin aku membantumu, aku sanggup membantumu. Tapi nanti, setelah kuselesaikan urusanku dengan Dampu Sabang!""Sekarang juga kau harus lakukan penyembuhan terhadap Ratu Asmaradani!""Tidak bisa! Aku sudah punya janji unt

  • Pendekar Kera Sakti   1158. Part 14

    Perubahan wajah yang ada pada Ki Randu Papak tampak jelas sebagai ungkapan rasa kaget, namun juga rasa tidak percaya. Baraka sengaja diam untuk menunggu kata-kata dari sang kakek itu."Apa maksudmu dengan mengatakan aku menipumu, Pendekar Kera Sakti? Kata-katamu menyimpang dari watak kependekaranmu yang harus bicara jujur.""Aku bicara yang sebenarnya, Ki Randu Papak. Kau boleh buktikan sendiri ke Lembah Sunyi. Hanya ada dua murid yang selamat dari pembantaian sadis itu, karena mereka sedang diutus ke pesisir selatan.""Sepertinya kau bicara mengigau. Tapi baiklah, kucoba untuk mempercayai kata-katamu. Lalu, bagaimana dengan Resi Wulung Gading sendiri? Apakah dia ikut menjadi korban?"Baraka menggeleng berkesan dingin, "Resi Wulung Gading bertapa di Gua Getah Tumbal. Mungkin sampai sekarang belum mengetahuinya.""Kalau begitu aku harus ke Gua Getah Tumbal untuk memberitahukan hal itu kepada Resi Wulung Gading!" tegas Ki Randu Papak.Tiba-tib

  • Pendekar Kera Sakti   1157. Part 13

    Blaaar...!Sinar hijau itu pecah menjadi lebar, lalu padam seketika. Tubuh Siluman Selaksa Nyawa terpelanting dalam keadaan mengepulkan asap. Kerudung kain hitamnya hangus sebagian. Mulutnya keluarkan darah kental. Matanya menjadi merah bagai digenangi cairan darah. Tongkat El Mautnya menjadi putih bagaikan dilapisi busa-busa salju."Keparat!" gumamnya lirih, lalu ia sentakkan kaki dan lari tinggalkan tempat itu secepatnya. Baraka pun bergegas mengejar, tetapi Sumbaruni segera berseru, "Biar kubereskan dia!" dan perempuan cantik itu segera melesat dengan cepat mengejar Siluman Selaksa Nyawa. Sedangkan Baraka segera berpaling ke belakang untuk melihat siapa orang yang telah selamatkan jiwanya dari serangan lima larik sinar hijau tadi."Oh, kau...!" Baraka terkejut bukan kepalang.Ternyata orang yang melepaskan sinar merah berbentuk lingkaran tadi adalah Raja Hantu Malam, alias Ki Randu Papak."Kau terlambat sedikit, Baraka! Sinar hijau itu harus dib

  • Pendekar Kera Sakti   1156. Part 12

    Bukit itu tidak terlalu tinggi. Tanamannya tidak begitu rimbun. Bagian puncak bukit termasuk datar dan mempunyai tempat yang enak untuk sebuah pertarungan. Rimbunan semaknya tumbuh secara berkelompokkelompok. Dan di salah satu rimbunan semak berdaun lebar itulah Baraka bersembunyi mengintai sebuah pertarungan. Ternyata pertarungan itu adalah pertarungan yang tidak disangka-sangka oleh Baraka. Bukan pertarungan Raja Hantu Malam melawan Dampu Sabang, melainkan pertarungan antara Sumbaruni dengan orang berkerudung kain hitam dan membawa senjata tombak El Maut yang ujungnya mirip sabit.Orang itu adalah tokoh sesat yang diburu-buru oleh Pendekar Kera Sakti selama ini. Dia tak lain adalah Siluman Selaksa Nyawa, yang mempunyai wajah pucat dan dingin.Tentu saja Pendekar Kera Sakti terkejut sekali melihat tokoh sesat itu muncul di bukit tersebut dan lakukan pertarungan dengan Sumbaruni. Apa persoalan mereka, Baraka tidak tahu secara pasti. Tetapi sebagai orang yang sudah bebe

  • Pendekar Kera Sakti   1155. Part 11

    "Jadi... selama ini kaulah yang memberi kabar tentang pemuda-pemuda yang akan diculiknya?""Ya. Karena itu syarat untuk menjadi muridnya.""Kau salah, Sundari. Kau tidak boleh membantu pihak yang sesat seperti Nyai Sedah itu.""Tapi aku ingin memiliki ilmu seperti yang dimilikinya!""Ada jalan lain, tanpa harus membantunya melakukan kejahatan."Sundari kian menangis di sela malam bercahaya rembulan. Baraka mencoba memahami jalan pikiran lugu gadis desa itu. Akhirnya ia bertanya, "Lalu mengapa kau tadi mau dibunuhnya?""Sejak kemarin ia mencarimu, tapi aku tak mau kasih tahu di mana dirimu! Aku takut kau dijadikan korban seperti pemuda lainnya. Lalu, malam ini ia mendesakku lagi, tapi tidak percaya kalau kukatakan bahwa kau ke puncak. Rupanya dia bermaksud serahkan dirimu kepada suaminya, yang juga sebagai gurunya, ia merelakan diperistri oleh suaminya itu hanya untuk dapatkan ilmu-ilmu sakti seperti yang dimilikinya sekarang ini. Tapi menuru

  • Pendekar Kera Sakti   1154. Part 10

    "Dia ke puncak! Carilah di puncak sana!" jawab Sundari dengan rasa marah yang tak mampu dilampiaskan. Tangisnya kian terdengar jelas dari tempat Baraka bersembunyi di atas pohon."Tidak mungkin, Sundari! Aku bukan orang bodoh yang bisa kau bohongi! Kau ingin menjebakku di puncak sana, bukan!""Ttt... tidak!""Kau bohong! Aku jadi muak padamu!"Sreeet...!Orang berkerudung hitam itu mencabut pisau sepanjang dua jengkal dari balik baju hitamnya. Pisau itu hendak ditikamkan ke dada Sundari. Tapi Baraka segera lepaskan pukulan 'Jari Guntur'-nya lewat sentilan tangan.Taaas...!Tenaga dalam yang dilepaskan lewat sentilan tangannya itu tepat kenai pelipis orang berpakaian hitam.Dees...!Orang itu pun tersentak dan terpelanting ke samping bagaikan terkena tendangan kuda binal. Ia berguling-guling tiga kali, lalu cepat ambil sikap berdiri lagi.Wuuut...! Jleeg...!Baraka turun dari atas pohon langsung berhadapan d

  • Pendekar Kera Sakti   1153. Part 9

    Dengan gemuruh kemarahan mulai membakar darah dan menyesakkan dada, Pendekar Kera Sakti segera jejakkan kaki ke tanah dan melesat pergi menuju puncak Gunung Keong Langit itu. ia harus bisa mencapai pondok Raja Hantu Malam sebelum bumi menjadi gelap dan malam pun tiba."Tapi tunggu dulu," katanya sendiri. "Jika benar kata Dul, bahwa pembantaian itu dilakukan pada malam hari, maka ada baiknya aku justru mengintai di dekat pondoknya, apakah ia keluar pada malam hari atau tetap di tempat?"Sampai puncak gunung suasana telah gelap. Hawa dingin begitu mencekam kuat. Namun Baraka berusaha tetap di balik kerimbunan semak, mengawasi pondok Raja Hantu Malam. Berulang kali ia garuk-garuk kepala untuk menghalau hawa dingin yang hadir bersama kabut putih.Untung saja Baraka memiliki Ilmu Angin Es Dan Api ditubuhnya. Seandainya tidak, maka tubuhnya akan berubah menjadi gumpalan salju dan darahnya akan membeku dicekam hawa dingin yang amat tinggi itu. Ilmu Angin Es Dan Api yan

  • Pendekar Kera Sakti   1152. Part 8

    Sukat menimpali kata, "Waktu kami tiba, masih ada yang bertahan hidup dalam luka parah. Dia sempat memberi tahu bahwa musibah ini terjadi dua hari yang lalu. Seseorang telah datang dan mengamuk ganas di sini.""Mana temanmu yang terluka parah itu? Aku ingin menanyainya.""Tidak bisa," jawab Sukat dengan sedih."Hanya menanyakan sesuatu saja.""Tetap tidak bisa.""Kenapa?""Karena dia sudah pergi, nyawanya terbang sebelum siang tiba," jawab Sukat yang berambut cepak dan berwajah cengeng itu. Ia menangis walau tak terdengar suara isakannya."Apakah dia tahu siapa orang yang membantai teman-temanmu ini?"Dul yang menjawab, "Menurut keterangannya, orang itu berjuluk Raja Hantu Malam. Datangnya pada malam hari."Seketika itu alis mata Baraka beradu, dahi berkerut, dan mata menatap tajam, ia sangat terkejut mendengar nama itu disebutkan oleh si Dul. Ia hampir-hampir tidak mempercayainya. Dengan segera napas pun ditarik dan dih

  • Pendekar Kera Sakti   1151. Part 7

    "Siapa namamu, Sobat?" tanya Baraka mengakrabkan diri."Dul," jawabnya singkat tanpa berani memandang."Dul siapa?""Dul ya Dul," jawabnya makin merasa terpojok, ia berhenti menebangi anak bambu dan memasukkan goloknya. Lalu tanpa memandang lagi ia pergi meninggalkan Baraka, ia merasa lebih baik segera tinggalkan tempat itu karena merasa cemas kalau-kalau orang yang tadi dikuntitnya tiba-tiba menyerang ganas.Dalam hatinya mengakui bahwa orang yang dikuntitnya itu ilmunya sangat tinggi, tidak sebanding dengan ilmunya sendiri. Mulanya Dul melangkah pelan-pelan, berlagak santai. Makin lama melirik ke belakang, melihat Baraka masih di tempat memandanginya. Langkahnya sedikit cepat, tapi masih dibuat sesantai mungkin.Lama-lama, wuuut..! ia melarikan diri secepat-cepatnya dan ingin memberitahukan kehadiran Baraka kepada seorang teman.Zlaaap...!Baraka pun cepat tinggalkan tempat, bergerak bagaikan anak panah lepas dari busurnya. Dalam wa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status