Bola kekuatan berwarna hitam itu meledak dengan sangat dahsyat. Dentuman nya menggelegar hingga jarak ratusan tombak. Ratu Azalea berdiri dari atas singgasananya. Dia meraih tongkat emas nya menatap para dewan yang duduk di depannya. "Suara apa itu?" tanya Ratu Azalea dengan suara lembut. "Kami akan selidiki Ratu, berdasarkan arah suara, itu tak jauh dari arah toko milikku," Kata Dewan Pertahanan Dwaraka. "Apakah tamu kehormatan itu belum datang ke balai kemuliaan?" Tanya Ratu Azalea. "Mohon maaf Ratu, tamu itu masih ingin berjalan-jalan di kota untuk melihat-lihat. Kami tidak bisa memaksanya untuk segera datang..." Ucap Dwaraka sambil membungkuk. "Baiklah, sekarang cepat selidiki arah suara itu. Aku merasa ada tidak beres," Perintah sang Ratu. "Baik, akan kami perintah kan tim penyelidik," ucap Dwaraka lalu pamit pergi. Ratu Azalea menatap ke arah jendela besar yang ada di istana itu. Dari raut wajahnya yang cantik terlihat jelas jika dia tengah menyembunyikan perasaan gelisa
Dari kejauhan terlihat istana Kerajaan Peri Pelindung yang sangat megah dan menjulang tinggi ke langit. Gedung-gedung di kota tersebut juga menunjukkan arsitektur yang terkesan mewah. "Benteng itu..." desis Bima yang melihat benteng raksasa setinggi dua puluh tombak berdiri megah sebelum memasuki gerbang kota utama. "Itu adalah benteng pertahanan jika terjadi serangan siluman yang tidak di duga, benteng itu tinggi dua puluh tombak dan tebal dua tombak,sangat kuat untuk di tembus siluman ranah Tulang Dewa sekalipun." kata Lesmana. Mata Bima menatap tajam ke arah benteng tersebut. Di atas tembok itu terlihat berjejer para kesatria penjaga dengan senjata lengkap. Mereka terlihat selalu waspada. Bima tersenyum kagum. "Kota ini sangat penting di Kerajaan, kami harus bisa bertahan setiap terjadi serangan besar. Untungnya dalam dua ribu tahun terakhir hanya ada beberapa serangan besar yang berhasil di patahkan dengan mudah oleh Ratu Azalea," Jelas Lesmana. "Dua ribu tahun terakhir...?"
Gerbang besi raksasa itu terbuka secara perlahan. Suaranya berderit. Sepuluh penjaga mendorong pintu tersebut menggunakan tenaga dalam. "Pintu ini beratnya lebih dari sepuluh ribu kati, sepuluh penjaga itu mengerahkan setengah kekuatan mereka untuk membuka gerbang...! Luar biasa!" Batin Bima. "Nanti saat kamu bertemu dengan Ratu, aku sarankan kamu untuk bersikap lebih lembut. Ratu sangat tidak suka dengan sifat kasar. Jangan ulangi kesalahan Barata di depan sang Ratu. Dia tidak tahu tata krama dan sopan santun, sehingga gagal ujian dalam sekejap. Tak hanya itu, dia juga kesulitan dalam menjawab pertanyaan Ratu, padahal itu hanyalah pertanyaan penguji. Jadi, berkata sesuai hati, jangan menyembunyikan atau pun merencanakan jawaban, itu sudah termasuk gagal," Kata Lesmana panjang lebar. Bima menoleh dan menatap lelaki peri tersebut. Lesmana tersenyum. Lalu menepuk bahu Bima. "Jangan berterima kasih, aku hanya bisa membantumu seperti ini. Lagi pula bantuan mu saat malam itu lebih bera
Bima melangkahkan kakinya ke dalam istana yang sangat megah tersebut. Gedungnya yang tinggi dan menjulang ke langit itu terlihat semakin menawan dan indah. Dari istana tersebut Bima juga bisa melihat kaki gunung yang jauh di bawah sana. "Istana ini sangat megah dan indah, benar-benar istana para Peri..." batin Bima. Sesampainya di balai pertemuan para dewan dan Ratu, Bima menghentikan langkahnya dan melihat sekeliling. Banyak Dewan Kerajaan yang menatap nya dengan berbagai macam tatapan. Ratu Azalea berdiri dari singgasananya. Senyumnya mengembang. Bima merasakan tekanan yang sangat kuat saat Ratu Azalea tersenyum ke arahnya. "Inikah tekanan Sang Ratu...? Sangat kuat...Bahkan darahku ikut terhenti oleh tekanan ini...!" batin Bima yang bertahan dari tekanan sang Ratu. Kakinya mulai menekuk. Bima tengah berusaha mati-matian menahan tekanan kekuatan, Ketiga Iblis di dalam tubuh Bima justru tengah terpana melihat sosok Ratu yang benar-benar cantik jelita. "Sesuai ucapan mu saudara
Semua mata menatap ke arah Bima. Pemuda itu pun bersiap dengan tenaga dalamnya jika terjadi serangan mendadak. Ratu Azalea tersenyum lalu menyuruh kepala pasukan penyelidik itu pergi. Ratu pun menoleh ke arah Bima. Kali ini Ratu tersenyum hingga giginya yang putih rapi terlihat. Bima melihat senyum yang berbeda dengan saat pertama tadi dia melihat. Senyum kali ini murni senyum seorang Ratu. "Ada apa Ratu?" tanya Bima yang merasa penasaran kenapa Ratu itu tersenyum seperti itu padanya. Tiba-tiba para Dewan bertepuk tangan meriah. Bahkan Ratu pun turut bertepuk tangan. Bima yang masih kebingungan menatap mata wanita cantik di depannya itu. "Aku tidak tahu apa yang di bicarakan prajurit tadi, apa kau mengerti?" tanya Bima kepada Iblis Es. "Mereka memakai bahasa yang kami tidak tahu. Mungkin itu untuk menjaga rahasia agar tidak di ketahui orang lain," jawab Iblis Es. "Tapi melihat senyuman Ratu yang tulus tadi, aku merasa ini bukan hal yang buruk," kata Iblis Bayangan. Ratu Azalea
Bima duduk bersila di atas lantai. Matanya terpejam. Dia mulai memusatkan pikiran. Saat itulah dia bertemu ribuan aura berbagai warna. "Hm... Warna hitam besar itu, pasti punya Sanca Banteng Hitam..." Pikir Bima. Dia segera melayang mendekati aura hitam yang sangat pekat. "Kekuatan yang terpancar sangat pekat... Kekuatan ini sangat besar,"Bima menaruh tangan kanannya ke dalam aura gelap tersebut. Tiba-tiba dia merasa tangannya tersedot ke dalam aura. Dengan sekuat tenaga Bima bertahan. Dari dalam aura gelap itu muncul sepasang mata bercahaya merah. "Sanca Banteng Hitam!?" Seru Bima sambil terus menahan tangannya. "Lucu sekali... Aku adalah makhluk kelas atas, bagaimana bisa berakhir di dalam tubuh bocah ini... Hmmmm..." ucap Sanca Banteng Hitam. "Aku tidak tahu, salahkan sendiri Nyai Sri Wedari yang tak bisa merawat mu dengan baik!" balas Bima. "Hmm? Kau berani menjawab perkataan ku!? Makhluk lemah!" gertak Sanca Banteng Hitam marah. Bima merasakan tarikan yang sangat kuat. D
Keesokan harinya Bima telah berada di Istana bersama Ratu Azalea dan beberapa Dewan. Lesmana dan Dwarawati juga ada di sana. "Hari ini adalah pertama kalinya selama aku menjadi Ratu, akan membuka pintu gerbang makam Raja Iblis Tanduk Api... Sekali lagi aku ucapkan selamat kepada Pendekar Bima yang akhirnya menjadi orang yang paling ditunggu Guru." ucap Ratu Azalea lalu membuka pintu gerbang itu menggunakan kekuatan miliknya. Pintu itu adalah pintu dengan segel tak terlihat. Hanya Ratu yang bisa membukanya karena dia adalah satu-satunya murid Iblis Tanduk Api. "Ingat nak, kekuatan Iblis Tanduk Api ini utuh dan murni, karena dia tidak terpecah dan juga tidak ternoda seperti Iblis Bayangan ini. Jadi, kamu adalah satu-satunya manusia yang paling beruntung jika berhasil menyerap kekuatan saudara kami..." kata Iblis Es. Bima mengangguk. Matanya menatap ke arah gerbang besi yang di selimuti aura merah. Saat gerbang itu terbuka, aura Iblis Tanduk Api menyebar keluar. Semua yang ada di te
Bima terpaku mendengar perkataan Ratu Azalea yang tak pernah dia duga. Perasaannya bercampur aduk. Pemuda itu terkejut dengan pernyataan Ratu yang tiba-tiba itu. Entah bagaimana dia akan menanggapinya. "Ratu... Apakah warisan itu sungguh untuk mendapatkan calon suami untukmu?" tanya Bima. Ratu Azalea mengangguk. "Guru tak ingin aku menikah dengan orang lemah. Dan benar apa yang dia katakan, banyak pendekar yang berada di ranah Keabadian datang tapi gugur di jembatan ilusi. Di ujian terakhir saat kamu berbicara padaku, itu adalah ujian kelayakan yang hanya aku penentu lolos dan tidaknya pewaris tersebut. Jika aku tidak menyukai nya ataupun mencintainya, itu sudah di anggap tidak lolos..." kata Ratu masih dengan posisi menghadap dinding. Bima melihat tangan Ratu yang terkepal. Perasaannya bimbang. Dia tak menampik bahwa Ratu itu membuatnya jatuh cinta karena kecantikan nya yang luar biasa. Namun, dia juga mencintai Arimbi.
Para siluman menatap ke arah langit. Dari atas langit Bima menatap tajam ke bawah. Sayap apinya bergerak bagaikan sayap burung raksasa. "Berani sekali kalian melukai wanitaku... Matilah!" teriak Bima sambil mengangkat tangan kanannya ke atas. Langit mendadak menjadi merah saat aura kekuatan Bima berkumpul. Perlahan aura tersebut berkumpul dan berubah menjadi bola api. Sembilan bola api melayang di atas kepala Bima siap untuk di jatuhkan ke arah ribuan siluman di bawahnya. "Sembilan Kutukan Neraka!" teriak Bima. Dua tanduk merahnya yang membara di kepalanya semakin menyala. Mata Bima menyorot merah. Sembilan api itu melayang turun dengan cepat bagaikan meteor saat tangan Bima menghantam ke bawah. Para siluman berteriak ketakutan. Namun tak ada tempat untuk mereka bersembunyi. Suara ledakan beruntun terdengar menggelegar. Gedung-gedung hancur terbakar api. Pemukiman itu pun menjadi lautan api yang membara. Ribuan siluman tewas seketika terbakar api merah yang sangat panas. Le
Blaaarrr! Ledakan keras mengguncang seluruh kerajaan Peri Pelindung saat bola merah raksasa milik Kadal Monster itu menghantam perisai roh milik Ratu Azalea. Sang Ratu terpental mundur oleh tekanan kekuatan besar itu. Darah keluar dari mulutnya. Dia terlihat sangat kepayahan. "Lesmana, tembak!" perintah Ratu dengan suara parau. Lesmana yang sempat teralihkan pandangannya karena melihat Ratu yang terluka segera membidik kepala Kadal Raksasa tersebut. Panah roh gabungan seratus Peri petarung itu melesat di iringi aura petir kuning. Kecepatan panah tersebut membuat Kadal Raksasa tak bisa menghindar. Namun bidikan Lesmana meleset sedikit. Panah itu hanya mengenai sebagian kecil kepala Kadal Raksasa itu hingga berlubang dan membuat luka besar yang menganga. Kadal raksasa itu berteriak kesakitan. Meski tidak membuatnya mati, namun luka sebesar itu membuat dia kalap dan menerjang membabi buta. Ratu Azalea menoleh kearah Lesmana yang tangah menatap tak percaya karena bidikannya gagal.
Bima menahan tekanan kuat dari makam lantai terakhir. Sesampainya di sana dia melihat satu peti besar si tengah arena. "Apalagi kali ini," batin Bima sambil mengambil kertas di atas meja batu."Datang dan bukalah peti! Tahan kekuatan asli milikku! Jika kamu berhasil, maka warisan ini adalah milikmu dan kamu harus menjaga murid ku dengan jiwa dan ragamu!""Seperti yang Ratu katakan, tujuan warisan ini memang untuk mencarikan dia jodoh..." batin Bima. Ujian terakhir ini baginya cukup mudah. Namun Iblis Es sudah memperingatkan bahwa lantai terakhir ini adalah tekanan Iblis Tanduk Api yang asli. Tekanan seorang Iblis ranah Batara! "Baiklah... Siapkan tenaga dalam dan perisai es, kita akan mencobanya," kata Bima. Dia melangkah mendekati peti besar di tengah arena. Sebelum sampai pada peti, ada satu lingkaran kecil yang mengelilingi peti. Saat kakinya melangkah ke dalam lingkaran tersebut, Bima terkejut. Satu kekuatan tak terlihat, dengan sangat kuat menekan tubuhnya hingga dia jatuh t
Ratu Azalea meluncur ke atas langit menggunakan Tombak Emas miliknya. Semua kesatria pun bersiap di tembok pertama menanti kedatangan Kadal Monster bersama siluman-siluman lainnya. Ratu berkata di atas langit Kota Peri. Suaranya menggema ke seluruh penjuru kota. Bersama dengan suaranya, dari tubuh Ratu keluar cahaya kuning. "Pertarungan kali ini adalah pertarungan hidup atau mati! Tidak ada kata menyerah sebelum musuh pergi atau mati!" seru Ratu Azalea di atas langit kota. Ratu itu melayang di udara dengan bantuan Tombak Emas nya yang mempunyai kemampuan terbang. Tombak itu adalah senjata roh milik Ratu sendiri. Kemampuan milik Ratu Azalea ini sangat lah langka dan hanya sedikit pendekar yang mempunyai kesaktian yang sama dengan diri nya di seluruh dunia. Dari kejauhan terdengar raungan makhluk raksasa yang sangat besar. Saking besarnya langkah kaki makhluk itu terdengar hingga ke kerajaan. Ratu menoleh kearah para Dewan yang berkuda. "Pertahan kan tembok pertama sebisa mungkin
Bima ke arah Arimbi yang sudah siap menggorok lehernya sendiri. "Arimbi jangan!" teriak Bima. Iblis Es yang tidak bisa terhubung dengan jiwa Bima karena pengaruh kekuatan Cermin Hati Kembar hanya bisa membantu dengan menyegel kaki Bima menggunakan elemen es. Namun segel itu hancur saat Bima dengan kuat melompat ke arah Arimbi. Tekatnya untuk menolong Arimbi lebih besar. "Celaka! Dia terpengaruh ilusi dari cermin!" seru Iblis Es. Iblis Bayangan mendengus marah. "Saudara kita Iblis Tanduk Api sepertinya meremehkan ilusi milikku akan aku tunjukkan kehebatan ku dalam urusan jurus ilusi! Haaah!" umpat Iblis Bayangan lalu mengeluarkan ilusi miliknya. Medan di sekitar Bima perlahan menjadi gelap. Saat Bima telah dekat dengan Arimbi, tiba-tiba gadis itu menjelma menjadi sosok Gadis Tengkorak! Bima terkejut setengah mati dan langsung melepas ajian Bola Iblis ke arah Siluman Gadis Tengkorak. Blaaarrrr!Siluman itu berhasil menghindari serangan meski sebagian tubuhnya terkena dampak da
Bima bergerak cepat dengan membawa Pedang Hantu Biru. Dia pun melompat ke arah empat Iblis Tanduk Api. "Iblis Bayangan! Jurus ilusi!" teriak Bima. Sekejap kemudian tubuh separuh nya yang tadi di tempati Iblis Tanduk Emas berubah cepat menjadi Iblis Bayangan. "Hooo! Ilusi milikku tak ada yang menandingi!" ucap Iblis Bayangan. Seketika arena tersebut berubah menjadi hitam. Empat Iblis Tanduk Api terlihat bingung. Mereka tak bisa bergerak. Bima tersenyum. "Jurus Ilusi ini bisa bertahan cukup lama, sangat cukup waktu bagiku untuk memusnahkan nya sekaligus," batin Bima. Bima mengangkat tangannya. Dari dalam lantai muncul empat sosok hitam berwujud ular. Dengan menggerakkan tangannya satu kali, sosok hitam itu langsung menerkam empat Iblis itu secara bersamaan. "Sekarang, Iblis Es! Jurus kedua dari Senjata Roh, Gelombang Es!" teriak Bima lalu menghantam ke lantai arena. Sosok Iblis Es kembali muncul. Dengan jurus ilusi, empat Iblis itu masih tak bisa bergerak karena ilusi itu masih
Bima menatap tajam ke arah Iblis Tanduk Api. Matanya bersinar biru. Tanduk di kening kanannya tumbuh secara perlahan. Hingga memanjang. "Tanduk kita sudah mendekati sempurna!" seru Iblis Es. Bima tersenyum. Setelah naik ke ranah Keabadian dia merasa lebih bertenaga. "Ini waktunya menjajal senjata roh!" kata Bima lalu mengangkat tangannya ke udara. "Jurus pertama dari Senjata Roh Iblis Es, Seribu Duri Es!" teriak Bima. Dari tangan hingga ke tubuhnya mencuat es-es tajam. Aura dingin pun sontak menguasai arena tersebut. Dari punggung Bima muncul duri-duri es. Tubuhnya sudah seperti landak yang di penuhi duri. Senyum kecil menyeruak di bibir Bima. Dengan kekuatan dahsyat Bima berteriak dan melepas semua diri di tubuhnya. Empat Iblis Tanduk Api terkejut. Mereka menahan semua serangan es yang sangat cepat itu. Namun tubuh mereka perlahan membeku karena serangan dingin dari ribuan diri es tersebut. "Ini adalah serangan yang bisa mengalahkan banyak musuh sekaligus! Bagus Bima!" ucap I
Bima terpaku mendengar perkataan Ratu Azalea yang tak pernah dia duga. Perasaannya bercampur aduk. Pemuda itu terkejut dengan pernyataan Ratu yang tiba-tiba itu. Entah bagaimana dia akan menanggapinya. "Ratu... Apakah warisan itu sungguh untuk mendapatkan calon suami untukmu?" tanya Bima. Ratu Azalea mengangguk. "Guru tak ingin aku menikah dengan orang lemah. Dan benar apa yang dia katakan, banyak pendekar yang berada di ranah Keabadian datang tapi gugur di jembatan ilusi. Di ujian terakhir saat kamu berbicara padaku, itu adalah ujian kelayakan yang hanya aku penentu lolos dan tidaknya pewaris tersebut. Jika aku tidak menyukai nya ataupun mencintainya, itu sudah di anggap tidak lolos..." kata Ratu masih dengan posisi menghadap dinding. Bima melihat tangan Ratu yang terkepal. Perasaannya bimbang. Dia tak menampik bahwa Ratu itu membuatnya jatuh cinta karena kecantikan nya yang luar biasa. Namun, dia juga mencintai Arimbi.
Keesokan harinya Bima telah berada di Istana bersama Ratu Azalea dan beberapa Dewan. Lesmana dan Dwarawati juga ada di sana. "Hari ini adalah pertama kalinya selama aku menjadi Ratu, akan membuka pintu gerbang makam Raja Iblis Tanduk Api... Sekali lagi aku ucapkan selamat kepada Pendekar Bima yang akhirnya menjadi orang yang paling ditunggu Guru." ucap Ratu Azalea lalu membuka pintu gerbang itu menggunakan kekuatan miliknya. Pintu itu adalah pintu dengan segel tak terlihat. Hanya Ratu yang bisa membukanya karena dia adalah satu-satunya murid Iblis Tanduk Api. "Ingat nak, kekuatan Iblis Tanduk Api ini utuh dan murni, karena dia tidak terpecah dan juga tidak ternoda seperti Iblis Bayangan ini. Jadi, kamu adalah satu-satunya manusia yang paling beruntung jika berhasil menyerap kekuatan saudara kami..." kata Iblis Es. Bima mengangguk. Matanya menatap ke arah gerbang besi yang di selimuti aura merah. Saat gerbang itu terbuka, aura Iblis Tanduk Api menyebar keluar. Semua yang ada di te