Share

112.Araca

Penulis: Gibran
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-25 09:05:50

Tubuh Bima meluncur ke arah Araca yang siap dengan tinjunya. Dengan cepat Bima memasang perisai pada tubuhnya.

Dessshh!

Tinju wanita siluman itu menghantam perut Bima. Untungnya tinju itu tertahan perisai es milik Bima. Meski perisai itu hancur dan tubuh Bima terpental beberapa tombak di udara.

"Ugghhhh...! Sangat kuat!" seru Bima dalam hati. Dia merasa tubuhnya seperti di hantam godam raksasa.

Araca tersenyum sinis. Tubuhnya merunduk sesaat lalu melesat dengan cepat menyusul tubuh Bima yang masih meluncur di udara.

"Tak akan ku biarkan kau menginjak tanah!" teriak Araca dengan posisi tubuh berada di bawah Bima.

Kaki Araca menendang punggung Bima hingga tubuh pemuda itu terpental ke atas.

Bima tak bisa berkutik. Beberapa tulangnya terasa patah oleh pukulan dan tendangan Araca.

Namun tidak cukup sampai di situ saja Acara terbang menyusul tubuh Bima ke atas. Tahu-tahu wanita itu sudah berada di atas Bima dengan senyum seringai dan tinju yang siap menghantam.

"Rasakan siksaan in
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    113.Menuju Kerajaan Peri

    Mata Bima terbuka perlahan. Samar-samar dia melihat sosok gadis cantik tengah menatap wajahnya dengan jarak yang sangat dekat. "Intan...?" lirih Bima. "Kamu sudah sadar... Jangan banyak bergerak dulu, kekuatanmu sangat lemah, dan beberapa tulangmu patah. Butuh berhari-hari untuk sembuh," kata Intan. "Dimana siluman itu...?" tanya Bima menoleh ke kanan dan ke kiri. "Dia kabur dengan luka parah di tubuhnya, sepertinya dia terluka karena benda yang saat ini menempel di tanganmu," kata Intan. Bima langsung mengangkat tangannya. Dia melihat Rantai Tulang Iblis yang menempel bahkan menancap di lengannya tersebut. "Aku tak menyangka dia menjadi patuh terhadapku," kata Bima sambil tersenyum. Tubuhnya masih tergeletak di tempat yang sama sebelum dia tak sadarkan diri. Intan hanya mempunyai merawat seadanya karena dia juga terluka. Apalagi dia juga merawat Rukma yang tergeletak masih tak sadarkan diri. Kekalahan itu sungguh memukul hati Bima. Apalagi dengan tewasnya Sinta, membuatnya m

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    114.Bima & Peri Tua

    Bima dan dua gadis Peri itu tiba di sebuah desa Peri yang lumayan ramai meski desa itu berbatasan dengan hutan yang di penuhi siluman. Mereka tiba menjelang sore hari. Intan dan Rukma menyempatkan diri untuk membeli pakaian. Bima memperhatikan alat pembayaran yang mereka pakai. Ternyata dua Peri itu tidak membayar dengan uang atau tail emas seperti yang ada di dunia manusia. Kedua Peri itu membayar dengan membagikan roh yang mereka tangkap selama di hutan sebelumnya. Roh itu bisa berupa roh siluman tingkat tinggi mau pun tingkat rendah. Bima melihat dua gadis itu hanya mempunyai roh kelas rendah yang cukup murah harganya. Sementara kain yang ingin mereka beli cukup mahal harganya. Sehingga terjadi tawar menawar di antara dua gadis peri tersebut dengan sang penjual. Bima tersenyum melihat dua gadis itu cemberut karena tak mendapatkan apa yang ingin mereka beli. "Kalian tunggu di sini, biar aku yang menawar pakaian untuk

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    115.Desa Peri

    Intan dan Rukma memakai pakaian yang mereka inginkan. Bima membebaskan dua gadis itu memilih pakaian yang terbaik. Bima pun memilih pakaian yang baginya paling cocok,yaitu pakaian warna merah. Peri tua yang sebelumnya terlihat sinis hanya bisa tersenyum dan berharap tiga orang itu segera pergi. "Tuan dan nona-nona, hari sudah mulai gelap, kurasa aku akan segera menutup tokonya karena banyak siluman dari perbatasan desa berkeliaran di malam hari," kata Peri tua tersebut. "Kami akan segera selesai pak tua, tenang saja, jika ada siluman, aku akan memburunya," sahut Bima membuat Peri tua tersebut terdiam. Dia baru sadar jika ada pembantai di dalam tokonya. Jadi dia tak perlu merasa khawatir lagi. Setelah gadis-gadis Peri itu selesai, Bima pun mengajak mereka pergi dari toko tersebut. Setelah mereka keluar, pemilik toko segera menutup tokonya dengan terburu-buru. Dan ternyata semua rumah dan kedai yang ada di desa tersebut telah tutup. Bahkan tak ada satu warga desa Peri tersebut yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    116.Serangan Siluman

    Sepuluh kesatria itu menanti di gerbang Desa. Mereka melihat ratusan siluman yang mendatangi desa tersebut. "Sejak puluhan tahun, baru kali ini siluman datang dengan pasukan sebanyak ini," kata pemimpin kelompok. "Ketua Lesmana, apakah kita yakin bisa melawan ratusan siluman ini? Kekuatan kita terbatas," ucap salah satu kesatria. "Hmm, aku tak bisa menjawab. Tapi aku tak peduli kita kalah atau tidak. Yang pasti, nyawa kita adalah untuk kerajaan dan rakyat, untuk apa kita menjadi kesatria agung jika takut pada kematian?" ucap ketua bernama Lesmana. Di depan mereka para siluman mulai mendekat ke arah pagar kayu yang di buat oleh penduduk sekitar. "Waktunya bertempur! Jangan biarkan satu siluman pun masuk ke dalam gerbang!" teriak Lesmana. "Siap ketua!" sahut sembilan kesatria lain. "Berpencar! Kalau bisa, kembali dengan selamat!" perintah Lesmana terkahir kali sebelum melompat ke arah para siluman. Pa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    117.Siluman Harimau Taring Biru

    Melihat sosok pemuda yang datang membantu para kesatria peri, mereka langsung bersemangat melanjutkan pertarungan. Gerakan kilat Bima dan tajamnya pedang yang dia bawa membuat para siluman itu tak berkutik. Bima dengan mudah menusuk dan menebas. Setelah ajian Bola Iblis menghantam kerumunan siluman tersebut, Bima dengan cepat memotong semua siluman yang membeku terkena ledakan. Intan dan Rukma datang membantu menyelamatkan satu kesatria yang terluka parah. Kaki kanan dan kedua tangannya buntung. Beberapa tubuhnya juga koyak terkena cabikan dan gigitan siluman beruang Api. Para kesatria tersebut terkejut melihat dua gadis peri yang ikut membantu. Namun mereka tak mempedulikan dua gadis itu. Mereka harus tetap terjaga dari setiap serangan lawan. Jika lengah sedikit saja, nyawa adalah taruhannya. Pertarungan semakin ganas. Perbatasan desa dan hutan itu sudah menjadi lahan es. Banyak siluman mati membeku. Bima benar-benar menikmati saat melihat siluman-siluman itu mati di oleh pedan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    118.Jurus Bayangan Ganda

    Iblis Es yang belum terbiasa mengendalikan tubuh Bima hampir saja terkena Ajian Auman Badai Biru. Gelombang Biru itu menghantam pepohonan hingga hancur berantakan. "Tubuh aslinya kuat...!" batin Iblis Es. Sementara itu Bima tengah berada di dalam alam bawah sadarnya. Dia di hadapkan berbagai macam aura. "Iblis Tanduk Emas, peri tua itu bilang aura warna kuning keemasan, mungkin itu," pikir Bima sambil melayang ke arah aura warna kuning. Di depannya terlihat aura kuning bercahaya. "Kekuatan ini belum di olah. Aku hanya harus menyerapnya saja," batin Bima kemudian tangannya menjulur dan menggenggam aura kuning tersebut. Dengan mata terpejam Bima mulai menyerap aura tersebut ke dalam tubuhnya. Sosok roh Iblis Tanduk Emas muncul di hadapannya. Menatap tajam."Aku tidak menyangka Roh ku akan menjadi alat oleh manusia seperti dirimu!" ucap Roh Iblis Tanduk Emas. Bima tersenyum. "Tenang saja, roh mu berguna untuk melawan siluman jahat. Setidaknya dirimu sudah terlepas dari perbudaka

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    119.Nyai Sarpakenaka

    Sebuah kaki besar melangkah keluar dari dalam kabut. Bima menatapnya dengan pedang siap menyerang. "Ukurannya terlalu besar..." batin Lesmana yang melihat kera raksasa itu muncul di depan Bima. Seorang kesatria mendatanginya. Lesmana memperhatikan kesatria yang baru datang. "Kenapa kau malah kesini?" tanya Lesmana. "Aku membawakan obat penahan racun sementara dari pendekar yang baru saja menolong kita," jawab kesatria itu lalu memberikan pil hitam kepada Lesmana. Tanpa ragu Lesmana langsung menelan pil tersebut. Beberapa saat setelah pil itu bekerja, Lesmana merasakan tangannya membaik. Rasa sakitnya berkurang. "Obat yang mujarab..." ucap Lesmana lalu mengambil pedang nya yang tergeletak di atas tanah. "Kita bantu pemuda itu membunuh siluman raksasa tersebut!" kata Lesmana mengajak satu anak buah nya.~Intan dan Rukma membawa kesatria yang buntung kakinya pergi menjauh. Namun mereka terkejut karena di hadang beberapa ekor anjing siluman. Anjing-anjing itu muncul dari gang yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    120.Jurus Akar Penarik Jiwa

    "Jurus Pertama Akar Penarik Jiwa!" teriak Intan sambil menghantamkan tangannya ke tanah. Rukma kembali mengendalikan pedang terbang miliknya ke arah Nyai Sarpa. Lima siluman anjing bertubuh manusia itu adalah peliharaan Nyai Sarpa yang di beri nama Anjing Neraka. Kelima siluman itu sangat kuat dan berbahaya. Tubuhnya panas dan mampu membuat apa saja terbakar hanya dengan goresan cakar mau pun gigitannya. Saat akar hijau menyerang mereka, dengan cepat mereka berkelit dengan cara melompat ke udara. Akar hijau itu mengejar mereka dengan cepat. Kelima siluman itu berpencar di udara menyebar lalu kembali menyerang. Intan menatap tajam. Dia tak menyangka para siluman itu cerdik dan mempunyai akal. "Ini akan sulit... tapi aku tak bisa kalah begitu saja, meski nyawaku berkurang setiap menggunakan jurus ini, aku tak peduli..." Akar hijau itu menyebar ke berbagai arah di sekitar Intan. Para siluman anjing Neraka itu tak bisa langsung mendekat karena akar tersebut. Mereka berkelit secep

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03

Bab terbaru

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    173.Bertemu Arimbi

    Bima seperti baru tersadar dari mimpinya. Dia menatap ke depan. Pedang Darah milik Bima telah menempel di lehernya sendiri. "Kamu kalah, pendekar..." ucap Ratu Agung sambil tersenyum. Bima menatap Ratu itu dengan tatapan tajam. "Ssjak kapan dia merebut pedang ku? Apakah tadi hanya ilusi...?" batin Bima. Ratu Agung memasukkan kembali pedang Darah itu ke sarungnya lalu melemparkan nya ke arah Bima. "Jangan khawatir, aku bukanlah Ratu yang ingkar janji. Semua yang kamu alami tadi adalah nyata, dan hanya aku dan kamu yang tahu apa yang kita bicarakan tadi," kata Ratu sambil berjalan ke dalam istananya. "Pelayan, siapkan kamar tamu kehormatan untuk dua orang ini, sekarang mereka telah menjadi tamu di Klan kita. Jangan ada yang berani menyentuh mereka, tanpa seijinku!" kata Ratu Agung sambil masuk ke dalam istana. Para siluman Elang membungkuk hormat. Ratu Azalea menatap ke arah Ratu Agung tanpa berkedip. "Pertarungan tadi, sepertinya aku merasa ada yang aneh. Tatapan mata Kakang B

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    172.Pengatur Waktu

    Bima telah berpindah tempat dengan belati petir miliknya. Sasaran yang dia tuju adalah belakang tubuh Ratu Agung yang terbuka. Sementara Ratu Agung sibuk menahan Seribu Duri Es milik Bima, pemuda itu telah menghilang dari tempatnya dan berada di belakang tubuh Ratu Agung. "Mati kau..." batin Bima yang dengan yakin langsung menusuk tubuh Ratu Agung dengan pedang Darah miliknya. Jleb! Pedang Darah menancap di punggung Ratu Agung. Bima menatap dengan aneh karena Ratu Agung tidak berteriak kesakitan atau pun terdorong ke depan oleh tekanan pedang darah miliknya. "Apa yang terjadi...?" batin Bima yang merasa sangat aneh pada sosok Ratu Agung di depannya itu. "Kamu sedang apa?" bertanya satu suara dari atas kepala Bima. Bima segera mendongak ke atas dengan tatapan terkejut. "Sayap Perak!?" seru Bima yang sangat terkejut melihat sayap di belakang tubuh Ratu Agung. "Benar, sayap Perak, sayap milik kekasihmu Arimbi yang telah kamu tinggalkan... Aku merasa sayang dengan kekuatan sejati

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    171.Ratu Agung Vs Bima

    Bima berteriak keras. Aura biru di dalam tubuhnya semakin banyak yang keluar membuat gelombang kekuatan yang dahsyat. Semua orang menatap dengan takjub. Bima telah menembus Ranah Tulang Dewa karena amarahnya yang melebihi batas. Mendengar perkataan Ratu Agung sebelumnya membuat Bima menduga Arimbi telah di jatuhi hukuman mati dia bulan yang lalu. Hal itu membuat Bima merasa sangat bersalah karena tidak paham maksud dari Pedang Shang Widi yang ditancapkan di depan goa. "Ternyata begitu... Seandainya aku datang waktu itu, dia bisa selamat... Bodohnya aku malah justru berlatih sayap es dan membiarkan nya mati..." batin Bima dengan tinju terkepal. Namun berkat amarah murni dan rasa bersalahnya, Bima justru melakukan terobosan yang tidak dia sangka sama sekali. Dia naik ke Ranah Tulang Dewa tahap Awal. Sungguh di luar dugaan. "Secara tak langsung, Ratu itu justru membantu dirinya naik Ranah, sungguh satu hal yang jarang terjadi," Kata Iblis Es. "Bakat Bima memang luar biasa, aku sem

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    170.Mendatangi Istana Elang Dewa

    Bima dan Ratu Azalea melangkah keluar goa. Long dan Canglong mengantar mereka hingga di mulut goa. "Berhati-hatilah anak muda, setahuku Ratu Agung bukan pendekar biasa, sejauh ini kekuatannya belum pernah muncul. Namun jika yang mengantar pedang itu adalah dia, itu artinya dia adalah pendekar yang sangat kuat," kata Long. Bima mengangguk. "Bisa sampai di pulau ini tanpa di ketahui oleh indra ku saja sudah hebat, itu sudah cukup membuatku harus memperhitungkan kekuatan nya." kata Bima menyahut. "Bagus, kamu juga sudah meningkat pesat dalam beberapa bulan ini, aku yakin pada kekuatan milikmu," Ucap Long sambil tersenyum. Bima mengulurkan tangannya. Jemari lembut Ratu menerimanya. Ratu cantik itu memeluk tubuh Bima. "Pegangan yang erat," kata Bima. Ratu Azalea mengangguk. Mata Bima pun menyala biru. Sayap es dari punggungnya keluar dengan cahaya warna biru indah. Sesaat Bima menoleh kearah Long dan Canglong. "Jaga diri kalian baik-baik, kita akan berjumpa lagi di lain waktu," ka

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    169.Pesona Ratu Pemikat

    Bima mendarat di depan goa dan melihat Ratu Azalea yang tengah menatapnya. "Ada apa Ratu? Kamu tidak tidur?" tanya Bima sambil mendekati Ratu. Sayap tulang es miliknya masuk kembali kedalam tubuhnya. Ratu tersenyum manis. Bima tak pernah bosan melihat senyuman itu. Hatinya terasa damai seketika. "Aku sedang melihat kakang berlatih, sekarang kakang sudah mempunyai tulang es, sungguh pencapaian yang luar biasa," puji Ratu. Bima mendekat di depan Ratu Azalea. Diraihnya tangan wanita itu. "Aku ingin kuat dan bisa melindungi dirimu dengan kekuatan ku. Itu adalah janjiku pada guru Tanduk Api," ucap Bima sambil menatap mata Ratu Azalea. Ratu tersipu malu. Selama beberapa bulan ini baru kali ini Bima mendekatinya lagi. Pemuda itu sangat keras berlatih hingga tak peduli waktu sama sekali. Berada di dekat pemuda itu secara langsung membuat Ratu kembali merasakan debaran yang belum pernah dia rasakan. "Aku senang, tapi... Kamu berlatih terlalu keras sehingga tidak menoleh kearahku sama s

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    168.Dunia Semesta

    Bima bangkit berdiri. Sayap nya bergerak beberapa kali. Dia menatap sayap es miliknya dan terkagum-kagum. "Iblis Es, aku berhasil..." kata Bima girang. "Hmhm,kamu adalah seorang yang jenius. Dalam sejarah dunia ini dan para Iblis, hanya kamu seorang yang berhasil mengganti tulang milikmu dengan tulang es." kata Iblis Es. "Apa!? Hanya aku seorang katamu!?" tanya Bima. "Benar, mereka kebanyakan takut mengambil tindakan. Terlalu berpikir pada akibat dan kegagalan. Mereka tidak mempunyai ketangguhan jiwa sehebat dirimu. Kamu, sama seperti aku, tanpa rasa takut," kata Iblis Es. "Luar biasa jika benar demikian, aku sudah merasakan aura tenaga dalamku semakin meningkat. Sepertinya aku akan naik ke ranah berikutnya," kata Bima. "Hoo? Itu sangat bagus, sekarang cobalah kamu terbang untuk pertama kali. Seharusnya itu mudah bagimu, meski sedikit kesulitan mengendalikan tulang es milikmu untuk pertama kalinya." kata Iblis Es. Bima mengangguk. Dia segera mengepakkan sayap es miliknya. Perla

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    167.Tulang Es

    Bima mulai memasukkan elemen es ke dalam tulang nya secara perlahan. Wajahnya terlihat sangat pucat dengan raut wajah kesakitan. "Aku harus bertahan... Aku tidak boleh gagal!" batin Bima. "Lakukan secara perlahan dan berkesinambungan, jangan berhenti, kamu akan gagal dan bisa mengakibatkan cacat permanen pada tulang!" kata Iblis Es. Ratu Azalea menatap dari dalam goa. Dia melihat apa yang sedang Bima lakukan. "Penyatuan elemen dan tulang? Di Ranah Keabadian Tahap Akhir seharusnya belum bisa melakukannya, bagaimana kakang bisa mengetahui teknik itu?" batin Ratu Azalea. Bima berteriak keras saat elemen es mulai mengalir di seluruh tulang yang ada pada tubuhnya. Rasa sakit yang luar biasa membuatnya berteriak setinggi langit. Ratu Azalea hanya bisa melihat sambil menutup matanya. "Aku yang sudah berada di ranah Cakrawala saja tidak pernah berani menyatukan elemen dengan tulang, bagaimana bisa pemuda yang masih berada di Ranah Keabadian ini berani mengambil tindakan senekat ini? Ap

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    166.Melatih Elemen Es

    Bima terpaku melihat pedang yang menancap di atas tanah. Pedang yang sangat tidak asing baginya. "Pedang Shang Widi...!?" dengan cepat Bima mendekati pedang tersebut. Bima mencabut pedang itu dan melihat bercak darah di pinggiran pedang. "Darah ini masih baru, mungkin belum jauh dari sini, siapa orang yang membawa pedang ini, apa maksudnya dia menancapkan pedang ini di sini!" Bima menatap tembok pedang es raksasa. "Aku terlalu sering menggunakan kekuatan Iblis Tanduk Api. Hanya dua kali saja sudah membuat beberapa tubuh bagian dalamku sakit, apa yang harus aku lakukan?" batin Bima. Ratu Azalea keluar dari dalam goa bersama Long. Mereka melihat Bima yang terlihat gelisah sambil membawa pedang. "Ada apa kakang?" tanya Ratu Azalea sambil memegang lengan Bima dengan lembut. "Pedang ini adalah pedang yang selalu dibawa Arimbi. Aku meminjamkannya saat kami berpetualang bersama ke Hutan Awan Hitam. Dan setelah pedang ini hilang bersama Arimbi, tiba-tiba dia sudah ada di sini," kata Bi

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    165.Asmara Dua Ratu

    Bima dan Long masuk ke dalam goa. Sekarang mereka telah aman dari ancaman Klan Elang Dewa. "Mengenai telur naga itu, apakah kamu masih ingin memberikannya padaku?" tanya Bima. Long menoleh lalu tersenyum. "Setelah melihatmu bertarung dengan kekuatan sehebat itu, aku menjadi lega telah menitipkan nya padamu, kelak, Qinglong akan menjadi pendekar yang hebat juga di bawah bimbingan mu," kata Long. Bima menepuk jidatnya. Dia pikir setelah masalah Klan Elang Dewa selesai, maka telur itu juga aman berada di pulau itu. "Setelah Canglong lahir, aku juga akan mendidiknya dan mengenalkan tentang dirimu padanya," kata Long lagi. "Yah, terserah apa yang kamu mau saja," sahut Bima. Ratu Azalea keluar dari dalam goa. Long terpaku setelah melihat sosok Ratu Azalea. "Kau... Bukankah kau yang menolong diriku dan Yin Long seratus tahun yang lalu?" tanya Long dengan bibir bergetar. Ratu Azalea memejamka

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status