***Disebuah desa terpencil bernama desa Uruk yang terletak dihutan belantara kerajan Alrnat. Hiduplah para orang orang tangguh. Mereka terkenal dengan pengendalian energi yang bernama Quantum. Tidak hanya itu saja para manusia yang tinggal didesa Uruk juga terkenal dengan ilmu bela dirinya.Desa itu memiliki kebiasaan tertentu. Setiap anak berusia empat belas tahun diwajibkan untuk melakukan tes pengukuran energi dalam. Barang siapa yang memiliki energi dalam ditubuhnya, dia memiliki hak untuk berlatih bela diri dipedepokan Uruk.Hembusan angin menerpa pepohonan besar menjulang tinggi hampir mendekati awan. Dibawah pohon itu berderet barisan anak anak berusia 14 tahun yang sedang berlatih ilmu beladiri."Jika kalian kelelahan silahkan kemasi barang barang kalian dan pulang kerumah. Tempat ini bukan taman kanak kanak yang bisa menghiburmu Long Cai."Semua orang ditempat itu tertawa, sedangkan Long Cai malu, wajahnya merah padam."Siap guru, aku tidak kelelahan sama sekali," ucap Long
Baru saja dihadapakan dengan rasa takut yang amat mengerikan, dia melihat situasi yang sedikit membingungkan.Dibelakang monster itu berjalan sosok peria berambut oranye, dia memiliki tengkorak kucing dibahunya. Hewan tengkorak itu seperti hidup selayaknya hewan normal.Peria itu mengelus ngelus kepala harimau yang besar. "Kerja bagus kau memang hewan yang patut dipelihara," ucap peria itu."Berhentilah disitu orang aneh. Aku tidak akan memaafkan mu jika kau bergerak sejengkal saja."Lixuan memberanikan mulutnya mengeluarkan sepatah kalimat itu. Namun ancaman itu tak membuat pria itu bergeming sedikitpun. Dia tetap berjalan perlahan."Bagaimana mungkin seorang mangsa mengancam pemburunya."Peria itu mengangkat tangannya, harimau raksasa itu langsung melesat menerkam anak kecil itu. Ukuran tubuh monster yang amat besar itu membuat Lixuan tak bisa berkutik. Tubuhnya terkunci.Namun yang heran adalah harimau itu tak langsung membunuhnya. Dia menjilat jilat pipi Lixuan. Semakin ketakutanl
Tubuh wanita itu sudah tidak karuan, dia hampir tamat sekarang. Tubuhnya telah terpojok, kepungan dari monster harimau itu telah menutup jalan pelariannya. Sasa sekarang hanya bisa berdiri didepan tembok rumahnya.Tubuhnya lemas sebab energi Quantum miliknya telah terkuras tak tersisa. Dia meringkuk sambil menunggu kematiannya. Namun walaupun begitu dia tak ingin mati."Seorang tolong selamatkan aku," Teriaknya. Didalam suaranya itu terdengar seperti kepasrahan yang tak bisa dijelaskan dengan kata kata.Tiba tiba saja sebuah gelombang kuat menghantam monster yang ingin menerkam wanita tak berdaya itu. Sasa membelakan matanya. Dia mengusap ngusap pelipisnya."Lixuan kenapa kau datang kesini, pergi lah jangan bahayakan dirimu."Lixuan menoleh kearah Sasa, tiba tiba saja wanita itu terdiam. "Tenanglah Sasa aku bisa mengatasi semua monster sialan ini."Monster demi monster tubang, tumpukan mayat itu hampir menyerupai gunung. Pada akhirnya semua orang yang tersisa didalam bangunan itu b
****Satu Minggu telah berlalu, para warga bergotong royong untuk memperbaiki properti yang telah rusak.Lixuan saat ini tinggal dikediaman Sasa. Berkat bantuan yang dia berikan tempo hari, Sasa dan sekeluarganya menyambut hangat peria itu. Kehidupan nyamannya itu seharusnya membuat dia bahagia bukan?Namun tidak sama sekali, dia benar benar masih mengingat malam berdarah itu. Sebagai gantinya untuk mengalihkan penderitaan itu, dia terus berlatih tiada henti."Lixaun berisitirahatlah sebentar," wanita berambut perak itu berjalan mendekati Lixuan. Nampan berisikan singkong rebus dan teh hangat memang terlihat lezat. Namun walaupun makanan itu menggiurkan bagi sebagaian orang, bagi Lixuan makanan itu tak begitu dibutuhkan.Sejak insiden satu minggu yang lalu makanan yang dia makan semua terasa hambar seakan akan indera perasa miliknya tak berfungsi lagi. Lixuan yang menyadari kehadiran sasa tak berhenti untuk melakukan gerakan selanjutnya, dia mengayunkan tangannya kesamping dengan ir
"Bukan urusanku, salahmu sendiri menghinaku seperti itu. Asal tahu saja aku adalah salah satu orang berbakat didesa ini." Tanpa merasa berdosa dia meninggalkan Lixuan ditempat itu, namun beberapa saat kemudian dia menoleh kebelakang lalu menjulurkan lidah seperti kebanyakan anak anak seusia mereka."Huf... Dasar anak kecil sungguh merepotkanku saja." Sungguh ironis anak seusianya menghina teman sebayanya dengan sebutan anak kecil. Apakah dia tidak sadar dengan usianya sendiri?Selang beberapa saat punggung wanita itu lenyap ditelan oleh gerbang yang tertutup.Waktu sendirian yang sangat diinginkannya sejak tadi akhirnya tiba juga. 'Sudah saatnya aku kembali ketempat itu lagi,' batin Lixuan. Kemarin dia menemukan tempat yang begitu menarik, tempat berbagi ilmu bisa dipelajari. Apalagi kalau bukan perpustakaan milik tetua desa. Bagi anak yang terlampau miskin seperti dirinya memiliki sebuah buku adalah berkah tiada tanding.Mumpung rumah ini memiliki perpustakaan, dia ingin belajar seb
Didepan matanya itu terdapat ruangan gelap, mana mungkin matanya bisa menangkap apa yang ada didalam sana. Lixuan berhenti sejenak, dia akhirnya menemukan cara yang bagus untuk menyelesaikan permasalah yang dia hadapi.Lixuan pun mengurungkan niatnya untuk masuk ke ruangan itu lebih dalam. Lagian entah apa yang akan terjadi pada dirinya jika tetap memaksakan kehendaknya untuk memasuk ruangan rahasia itu. Sekarang sebenarnya dia ragu. Namun walaupun dia ragu rasa penasaran dihatinyanya semakin meluap luap.Memang seperti itulah Lixuan dia akan memaksakan dirinya. Jika itu untuk memuaskan rasa penasarannya, dia pasti akan melakukan segala cara untuk menuntaskannya. Lixuan pun mundur beberapa jengkal dari posisinya itu, dia kini tepat diantara rak buku yang sedikit terbuka."Sepertinya cahaya dari lampu itu bisa masuk jika aku membuka rak ini lebih lebar lagi." Dengan asumsi sekilas yang terpikirkan didalam kepalanya. Dia mulai mendorong rak buku itu."Arghh berat sekali," dia bergumam
Akan tetapi semenjak beberapa hari yang lalu entah mengapa cincin giok yang didapatkannya secara tiba tiba itu tak bisa berfungsi lagi. Seolah olah cincin itu telah menjadi cincin biasa.Lixaun sempat mencoba beberapa kali untuk merubah cicin itu kebentuk pisau, namun tidak ada yang terjadi sama sekali. Sangking banyaknya kegagalan, dia sudah menyerah untuk mengubah cincin giok itu.Padahal sebelumnya dia begitu berharap dengan benda itu, dengan adanya benda itu dia yakin bisa menambal kemampuan bela dirinya dan energi Quantum yang tak bisa dia miliki sepanjang hidupnya.Namun walaupun begitu Lixuan tidak putus asa begitu saja. Ketika mengetahui bahwa cincin giok itu tak bisa diandalkan, dia menanamkam janji dihatinya.Janji itu berisikan dia akan berlatih lebih keras 5 kali lipat dari orang normal. Dia telah membuktikan janjinya selama satu Minggu terakhir, orang orang rumah sampai dibuat tidak percaya dengan tekad milik Lixuan untuk menjadi kuat. Pagi, malam, siang dia terus menerus
Tubuh Lixuan melayang tak terkendali, saat ini dia tak bisa mendengar suara apapun, hanya angin yang berhembus saja yang masuk kedalam telinganya. Walaupun dia tak memiliki energi Quantum, wajahnya menunjukan keyakinan bawah dia akan selamat dari ketinggian itu.Tubuhnya menembus pepohonan yang ada dibawah sana, namun dia tak mengalami luka luka. Saat ini tubuhnya terjerat tanaman rabat yang tumbuh memenuhi pepohonan itu. Lixuan mencabut pisau kecil yang ada dipinggangnya. Dia memotong tanaman rabat itu dengan pisau tajamnya.Sedangkan Sasa tak memiliki keyakinan yang sama ketika melompat mengejar Lixuan. Didalam benaknya dia tak ingin melihat sahabat satu satunya mati konyol seperti itu."Aku mohon jangan mati Lixuan," teriak Sasa.Akan tetapi ketika dia menembus pepohonan itu, dia tak merasakan rasa sakit sama sekali. Tubuhnya terjerat sama seperti Lixuan. Dengan energi Quantum miliknya, Sasa melepaskan ikatan itu dengan mudah, tanaman rabat itu hancur berkeping keping menjadi s