BERSAMBUNG
“Selamat malam tuan, ini saya mau sampaikan sebuah surat buat tuan, dari utusan Temanggung Pangeran Busu!” seorang pelayan menyerahkan sebuah surat yang di lipat rapi dan di terima si Putul dengan dahi berkerut.Si pelayan pun juga rada aneh melihat si Putul yang hanya berkaki satu. Walaupun penampilan anak muda ini sepertinya bukan orang sembarangan. Wajah Si Putul juga tampan dan pakainnya bagus dan rapi.Buktinya, utusan Temanggung sampai mengiriminya surat, yang isinya tak berani dia buka.Tapi dia simpan keherananya itu dan kembali bertugas, si Putul pun menutup pintu kamarnya dan kini membuka kertas itu dengan macam-macam pikiran sekaligus bingung sendiri.“Selamat datang Pangeran Arya atau Pendekar Siluman alias Pendekar Putul, sebuah kehormatan bagi saya, sebagai Temanggung di kadipaten ini di kunjungi seorang pangeran seperti Anda. Besok saya undang pangeran untuk makan siang di rumah jabatan saya, akan ada utusan saya menjemput pangeran.Tertanda, Pangeran Busu, Temanggung Ta
Pendekar Putul bersikap pura-pura alim, dia harus adu cerdik agar tak dicurigai.“Ehmm…kenapa pangeran tidak nginap di sini saja, banyak kamar kosong dan dua selirku itu akan dengan senang hati melayani kamu pangeran?” pancing Pangeran Busu sambil senyum-senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya.“Oh yaa…itu tadi..?” Pendekar Putul terkaget-kaget, ini bukan di buat-buat, tapi kaget benaran, masa selir sendiri mau di ‘serahkan’ buatnya.Teringatlah dulu dia sempat gauli Nyai Safitri, istri Temanggung Iday dan gara-gara itu, dia sempat di musuhi kaum pendekar golongan putih.Lalu dirinya dii juluki Pendekar Cabul, julukan yang sangat tak enak di dengar telinga, selain julukan pendekar kaki buntung.Gara-gara berani selingkuhi selir sang Temanggung dan akhirnya menewaskan keduanya. Setela aksi tak terpujinya dipergoki sang temanggung itu.Pangeran Busu ini malah kebalikannya, dia tak segan menawarkan selirnya, dua sekaligus malah, cakep dan denok-denok lagi.“Tentu….dengan senang hati ak
“Apa yang harus aku kerjakan yang mulia?” tanya si Putul, tetap dengan sikap menghormat.“Hmm…begini Pangeran Arya, selama aku jadi Temanggung, ada seorang pejabat di kadipaten ini suka sekali julid denganku, dia agaknya ‘cemburu’ dan dengki, aku punya banyak selir. Bahkan dia suka fitnah aku nyulik para selir ini, padahal kamu lihat sendiri bukan? Mereka bahagia di sini,” kata Pangeran Busu, muali lancarkan siasatnya.Si Putul diam saja dan mendengarkan tidak mau menyela.“Jadi…aku minta kamu lenyapkan saja si pejabat itu, daripada aku terus di rongrongnya dan merusak nama baikku. Apalagi kita ini sepupu misan, memalukan bagi leluhur kita bukan? Nggak usah di paksa, wanita manapun pasti suka dengan kita-kita ini. Kita ini pangeran, bukan laki-laki sembarangan!” sambung si Pangeran Busu ini lagi, hingga si Putul terlihat manggut-manggut saja.‘Hmm baiklah yang mulia, siapa pejabatnya itu?” sela Pendekar Putul.“Namanya Pangeran Sana,” Pangeran Busu lalu sebutkan tempat tinggalnya.“Pan
“Akulah Pangeran Arya, atau Pendekar Putul, keponakan paman Pangeran Boon Me, yang di utus untuk menemui paman Pangeran Sana,” sahut si Putul tenang dan kini sudah dekat dengan kedua orang ini.Kalau Pangeran Sana kaget dan rada kurang yakin, karena Pangeran Boon Me tak pernah sebut kalau Pangeran Arya ini kakinya buntung, adalah Pendekar Tua ini yang berpandangan beda.Si pendekar tua sepintas sudah tahu kalau si Putul ini bukan pemuda biasa, mata dan sikapnya menunjukan kalau pemuda kaki buntung ini memiliki kekuatan dahsyat dalam tubuhnya.Karena dia adalah Ki Usu, salah satu anggota Tiga Pendekar Golok Putih, yang sangat kesohor dan di segani siapapun dan di sebut-sebut tak beda jauh kehebatannya dari Prabu Japra atau Pangeran Boon Me.Sehingga dengan mata batinnya yang sudah terlatih hebat ini, dia bisa menilai, Pendekar Putul ini bukan pemuda sembarangan, walaupun kakinya hanya satu!“Mari duduk pangeran,” kata Pangeran Sana ramah dan dia kembali bersikap biasa.Apalagi saat meli
“Iya yang mulia, boleh yaa..?” bujuk si Putul dengan wajah tanpa dosa. Tak peduli mata si Pangeran Busu bak mau keluar dari sarangnya, saking kaget sekaligus menahan amarahnya dengan kelancangaan si Putul ini.“Putul, kamu jangan keterlaluan, masa selir-selirku mau kamu embat semua? Kayak nggak wanita lain, dua orang masih belum cukup?” dengus Pangeran Busu kesal bukan main.Kini belang aslinya dia mulai keluar, dia tak lagi panggil Pangeran Arya, tapi langsung sebut nama poyokan pemuda buntung ini. Si Putul tak tersinggung, dia senyum-senyum saja, seakan ejek ucapan si pangeran ini.“Yang mulia tentu tahu bukan, aku juga di juluki Pendekar Cabul. Nahh...ku rasa wajar donk aku pingin nikmati bekas milik yang mulia, kan hanya bekas? Lagian yang mulia stok kan banyak!” sahut Pendekar Putul lagi, benar-benar kurang ajar sekali kelakuan si Putul ini.Pas lagi kebetulan muncullah salah satu selir si Temanggung ini, yang paling cantik pula.“Ahaaa…pucuk di cinta si cantik pun tiba, yang ini
Nyai Sawitri terlihat malu-malu, dia malam ini di minta Pangeran Busu menemani Pendekar Putul di kamarnya.Antara kaget dan tak percaya dirinya, Pangeran Busu ‘rela’ menyerahkan dirinya untuk menemani Pendekar Cabul berkaki buntung nan tampan ini.Nyai Sawitri beda dengan dua selir sebelumnya, dia tak memandang sinis ke kaki si Putul, dia seolah anggap pendekar muda layaknya pemuda normal, ini yang bikin si Putul diam-diam kagum.“Silahkan minum dulu Nyai Sawitri, aku ingin kita berbincang-bincang dulu, boleh yaa?” kata Si Putul lembut, dengan gaya bak flamboyan sejati.Padahal usianya baru melewati 21 tahun alias masih 22 tahunan, tapi kelakuannya bak pria dewasa berusia 30 tahunan saja.“I-iya pangeran!” sahut Nyai Sawitri dengan suara gugup dan menerima gelas kecil yang berisi arak manis yang tak terlalu keras di meja kecil di kamar yang luas ini.“Hmm…sudah berapa lama jadi selirnya Pangeran Busu, usia kamu berapa? Tak apa, kamu ngomong saja apa adanya, jangan takut!” pancing Si Pu
Dan di luar kamar, mendongkolnya Pangeran Busu, apalagi saat dengar laporan pelayannya, juga omon-omon dua selirnya, yang sebelumnya di gasak si Putul 3 hari 3 malam.Kata mereka terdengar erangan dan dengusan nafas antara si Putul dan Nyai Sawitri, tembus sampai keluar kamar, yang dikatakan sedang asyik adu gelut di kamar itu.Derit ranjang juga sangat jelas terdengar dari kamar itu, padahal mereka cuman lewat doang di depan kamar tersebut!‘Ihh suaranya, kayak desis ular kobra saja, aku lagi nge-bayangin, pasti si Sawitri sedang ke enakan dapat benda guedeee dan perkisonggg..! Sesak pastinya rahim dia. Mana lidah si Putul lihai banget kalau udah menguas hutan rimbun, amboii asoy niannn..wkwkw!” kata si selir ini genit dan di timpali kawannya dengan suara terkekeh.“Lihat saja ntar, jalan si Sawitri pasti beda, antara kapok dan kangen dengan keperkasaan si kaki buntung itu! Heran ya, kaki buntung, tapi bendanya udah guede, keras kayak pentungan lagi, hi-hi-hi” ceplos rekannnya lagi ta
Sesaat keduanya saling melumat, kali ini baik si Putul maupun Nyai Sawitri melakukannya dengan penuh perasaan.Bahkan tanpa sadar, tangan Putul mulai bergerilya di dada membusung Nyai Sawitri, ia lupa dengan planning-nya sendiri.“Tunggu…kita jangan sampai terlena, Pangeran Busu pasti sedang intai kita saat ini, belum saatnya kita bersenang-senang!” bisik Nyai Sawitri sambil meredakan jantungnya yang mulai berdebar.“Maaf…aku terbawa perasaan,” bisik Pendekar Putul, Nyai Sawitri tersenyum manis dan bilang diapun sama.Rasa yang selama ini padam, perlahan-lahan mulai bangkit daam hatinya.Malamnya, dengan kesaktiannya yang hebat, Pendekar Putul keluarkan Nyai Sawitri dari kamar ini.Ia sengaja ungsikan wanita ini dulu, karena semua informasi yang ia inginkan sudah di dapatkan, tak ada gunanya lagi berlama-lama di sini.Sehingga langkah pertama, selamatkan Nyai Sawitri dulu dan di sembunyikan di tempat aman.“Kamu aman di sini, janga berkeliaran yaa,” kata si Putul sambil pamit pada seo
Sesaat keduanya saling melumat, kali ini baik si Putul maupun Nyai Sawitri melakukannya dengan penuh perasaan.Bahkan tanpa sadar, tangan Putul mulai bergerilya di dada membusung Nyai Sawitri, ia lupa dengan planning-nya sendiri.“Tunggu…kita jangan sampai terlena, Pangeran Busu pasti sedang intai kita saat ini, belum saatnya kita bersenang-senang!” bisik Nyai Sawitri sambil meredakan jantungnya yang mulai berdebar.“Maaf…aku terbawa perasaan,” bisik Pendekar Putul, Nyai Sawitri tersenyum manis dan bilang diapun sama.Rasa yang selama ini padam, perlahan-lahan mulai bangkit daam hatinya.Malamnya, dengan kesaktiannya yang hebat, Pendekar Putul keluarkan Nyai Sawitri dari kamar ini.Ia sengaja ungsikan wanita ini dulu, karena semua informasi yang ia inginkan sudah di dapatkan, tak ada gunanya lagi berlama-lama di sini.Sehingga langkah pertama, selamatkan Nyai Sawitri dulu dan di sembunyikan di tempat aman.“Kamu aman di sini, janga berkeliaran yaa,” kata si Putul sambil pamit pada seo
Dan di luar kamar, mendongkolnya Pangeran Busu, apalagi saat dengar laporan pelayannya, juga omon-omon dua selirnya, yang sebelumnya di gasak si Putul 3 hari 3 malam.Kata mereka terdengar erangan dan dengusan nafas antara si Putul dan Nyai Sawitri, tembus sampai keluar kamar, yang dikatakan sedang asyik adu gelut di kamar itu.Derit ranjang juga sangat jelas terdengar dari kamar itu, padahal mereka cuman lewat doang di depan kamar tersebut!‘Ihh suaranya, kayak desis ular kobra saja, aku lagi nge-bayangin, pasti si Sawitri sedang ke enakan dapat benda guedeee dan perkisonggg..! Sesak pastinya rahim dia. Mana lidah si Putul lihai banget kalau udah menguas hutan rimbun, amboii asoy niannn..wkwkw!” kata si selir ini genit dan di timpali kawannya dengan suara terkekeh.“Lihat saja ntar, jalan si Sawitri pasti beda, antara kapok dan kangen dengan keperkasaan si kaki buntung itu! Heran ya, kaki buntung, tapi bendanya udah guede, keras kayak pentungan lagi, hi-hi-hi” ceplos rekannnya lagi ta
Nyai Sawitri terlihat malu-malu, dia malam ini di minta Pangeran Busu menemani Pendekar Putul di kamarnya.Antara kaget dan tak percaya dirinya, Pangeran Busu ‘rela’ menyerahkan dirinya untuk menemani Pendekar Cabul berkaki buntung nan tampan ini.Nyai Sawitri beda dengan dua selir sebelumnya, dia tak memandang sinis ke kaki si Putul, dia seolah anggap pendekar muda layaknya pemuda normal, ini yang bikin si Putul diam-diam kagum.“Silahkan minum dulu Nyai Sawitri, aku ingin kita berbincang-bincang dulu, boleh yaa?” kata Si Putul lembut, dengan gaya bak flamboyan sejati.Padahal usianya baru melewati 21 tahun alias masih 22 tahunan, tapi kelakuannya bak pria dewasa berusia 30 tahunan saja.“I-iya pangeran!” sahut Nyai Sawitri dengan suara gugup dan menerima gelas kecil yang berisi arak manis yang tak terlalu keras di meja kecil di kamar yang luas ini.“Hmm…sudah berapa lama jadi selirnya Pangeran Busu, usia kamu berapa? Tak apa, kamu ngomong saja apa adanya, jangan takut!” pancing Si Pu
“Iya yang mulia, boleh yaa..?” bujuk si Putul dengan wajah tanpa dosa. Tak peduli mata si Pangeran Busu bak mau keluar dari sarangnya, saking kaget sekaligus menahan amarahnya dengan kelancangaan si Putul ini.“Putul, kamu jangan keterlaluan, masa selir-selirku mau kamu embat semua? Kayak nggak wanita lain, dua orang masih belum cukup?” dengus Pangeran Busu kesal bukan main.Kini belang aslinya dia mulai keluar, dia tak lagi panggil Pangeran Arya, tapi langsung sebut nama poyokan pemuda buntung ini. Si Putul tak tersinggung, dia senyum-senyum saja, seakan ejek ucapan si pangeran ini.“Yang mulia tentu tahu bukan, aku juga di juluki Pendekar Cabul. Nahh...ku rasa wajar donk aku pingin nikmati bekas milik yang mulia, kan hanya bekas? Lagian yang mulia stok kan banyak!” sahut Pendekar Putul lagi, benar-benar kurang ajar sekali kelakuan si Putul ini.Pas lagi kebetulan muncullah salah satu selir si Temanggung ini, yang paling cantik pula.“Ahaaa…pucuk di cinta si cantik pun tiba, yang ini
“Akulah Pangeran Arya, atau Pendekar Putul, keponakan paman Pangeran Boon Me, yang di utus untuk menemui paman Pangeran Sana,” sahut si Putul tenang dan kini sudah dekat dengan kedua orang ini.Kalau Pangeran Sana kaget dan rada kurang yakin, karena Pangeran Boon Me tak pernah sebut kalau Pangeran Arya ini kakinya buntung, adalah Pendekar Tua ini yang berpandangan beda.Si pendekar tua sepintas sudah tahu kalau si Putul ini bukan pemuda biasa, mata dan sikapnya menunjukan kalau pemuda kaki buntung ini memiliki kekuatan dahsyat dalam tubuhnya.Karena dia adalah Ki Usu, salah satu anggota Tiga Pendekar Golok Putih, yang sangat kesohor dan di segani siapapun dan di sebut-sebut tak beda jauh kehebatannya dari Prabu Japra atau Pangeran Boon Me.Sehingga dengan mata batinnya yang sudah terlatih hebat ini, dia bisa menilai, Pendekar Putul ini bukan pemuda sembarangan, walaupun kakinya hanya satu!“Mari duduk pangeran,” kata Pangeran Sana ramah dan dia kembali bersikap biasa.Apalagi saat meli
“Apa yang harus aku kerjakan yang mulia?” tanya si Putul, tetap dengan sikap menghormat.“Hmm…begini Pangeran Arya, selama aku jadi Temanggung, ada seorang pejabat di kadipaten ini suka sekali julid denganku, dia agaknya ‘cemburu’ dan dengki, aku punya banyak selir. Bahkan dia suka fitnah aku nyulik para selir ini, padahal kamu lihat sendiri bukan? Mereka bahagia di sini,” kata Pangeran Busu, muali lancarkan siasatnya.Si Putul diam saja dan mendengarkan tidak mau menyela.“Jadi…aku minta kamu lenyapkan saja si pejabat itu, daripada aku terus di rongrongnya dan merusak nama baikku. Apalagi kita ini sepupu misan, memalukan bagi leluhur kita bukan? Nggak usah di paksa, wanita manapun pasti suka dengan kita-kita ini. Kita ini pangeran, bukan laki-laki sembarangan!” sambung si Pangeran Busu ini lagi, hingga si Putul terlihat manggut-manggut saja.‘Hmm baiklah yang mulia, siapa pejabatnya itu?” sela Pendekar Putul.“Namanya Pangeran Sana,” Pangeran Busu lalu sebutkan tempat tinggalnya.“Pan
Pendekar Putul bersikap pura-pura alim, dia harus adu cerdik agar tak dicurigai.“Ehmm…kenapa pangeran tidak nginap di sini saja, banyak kamar kosong dan dua selirku itu akan dengan senang hati melayani kamu pangeran?” pancing Pangeran Busu sambil senyum-senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya.“Oh yaa…itu tadi..?” Pendekar Putul terkaget-kaget, ini bukan di buat-buat, tapi kaget benaran, masa selir sendiri mau di ‘serahkan’ buatnya.Teringatlah dulu dia sempat gauli Nyai Safitri, istri Temanggung Iday dan gara-gara itu, dia sempat di musuhi kaum pendekar golongan putih.Lalu dirinya dii juluki Pendekar Cabul, julukan yang sangat tak enak di dengar telinga, selain julukan pendekar kaki buntung.Gara-gara berani selingkuhi selir sang Temanggung dan akhirnya menewaskan keduanya. Setela aksi tak terpujinya dipergoki sang temanggung itu.Pangeran Busu ini malah kebalikannya, dia tak segan menawarkan selirnya, dua sekaligus malah, cakep dan denok-denok lagi.“Tentu….dengan senang hati ak
“Selamat malam tuan, ini saya mau sampaikan sebuah surat buat tuan, dari utusan Temanggung Pangeran Busu!” seorang pelayan menyerahkan sebuah surat yang di lipat rapi dan di terima si Putul dengan dahi berkerut.Si pelayan pun juga rada aneh melihat si Putul yang hanya berkaki satu. Walaupun penampilan anak muda ini sepertinya bukan orang sembarangan. Wajah Si Putul juga tampan dan pakainnya bagus dan rapi.Buktinya, utusan Temanggung sampai mengiriminya surat, yang isinya tak berani dia buka.Tapi dia simpan keherananya itu dan kembali bertugas, si Putul pun menutup pintu kamarnya dan kini membuka kertas itu dengan macam-macam pikiran sekaligus bingung sendiri.“Selamat datang Pangeran Arya atau Pendekar Siluman alias Pendekar Putul, sebuah kehormatan bagi saya, sebagai Temanggung di kadipaten ini di kunjungi seorang pangeran seperti Anda. Besok saya undang pangeran untuk makan siang di rumah jabatan saya, akan ada utusan saya menjemput pangeran.Tertanda, Pangeran Busu, Temanggung Ta
Pendekar Putul kini membawa hatinya yang patah, Putri Arumi yang dia cintai kini akan sudah di lamar pamannya sendiri Pangeran Daha dan kelak akan menjadi Permaisuri.Seandainya pamannya ini kelak naik tahta, gantikan kakeknya Prabu Japra.Nasehat ibunya dan pamannya Pangeran Boon Me membuat hatinya kini tidak mau lagi coba-coba menyeleweng. Bahkan dia punya tugas khusus dari pamannya.“Arya, jangan pernah lagi bikin malu keturunan kita, walaupun kamu lahir sedarah! Tapi ingat, ayahmu seorang maharaja, kakekmu juga maharaja. Betapa hebatnya darah dalam dirimu, kamu harusnya bangga, darah dua raja bersemayam dalam darahmu. Aku sebagai pamanmu pun akan terimbas kalau kamu kembali menyeleweng, camkan ini nasehatku,” kata Pangeran Boon Me, sekaligus penekanan buat keponakannya ini.Tentu saja Pendekar Putul tunduk, setunduknya dengan pamannya ini, dia pun kini sadar dan diam-diam bangga, setelah pamannya ini beri dia nasehat yang bikin mata hatinya terbuka. Bahkan sebelum merantau, Putri