BERSAMBUNG
Nyai Sawitri terlihat malu-malu, dia malam ini di minta Pangeran Busu menemani Pendekar Putul di kamarnya.Antara kaget dan tak percaya dirinya, Pangeran Busu ‘rela’ menyerahkan dirinya untuk menemani Pendekar Cabul berkaki buntung nan tampan ini.Nyai Sawitri beda dengan dua selir sebelumnya, dia tak memandang sinis ke kaki si Putul, dia seolah anggap pendekar muda layaknya pemuda normal, ini yang bikin si Putul diam-diam kagum.“Silahkan minum dulu Nyai Sawitri, aku ingin kita berbincang-bincang dulu, boleh yaa?” kata Si Putul lembut, dengan gaya bak flamboyan sejati.Padahal usianya baru melewati 21 tahun alias masih 22 tahunan, tapi kelakuannya bak pria dewasa berusia 30 tahunan saja.“I-iya pangeran!” sahut Nyai Sawitri dengan suara gugup dan menerima gelas kecil yang berisi arak manis yang tak terlalu keras di meja kecil di kamar yang luas ini.“Hmm…sudah berapa lama jadi selirnya Pangeran Busu, usia kamu berapa? Tak apa, kamu ngomong saja apa adanya, jangan takut!” pancing Si Pu
Dan di luar kamar, mendongkolnya Pangeran Busu, apalagi saat dengar laporan pelayannya, juga omon-omon dua selirnya, yang sebelumnya di gasak si Putul 3 hari 3 malam.Kata mereka terdengar erangan dan dengusan nafas antara si Putul dan Nyai Sawitri, tembus sampai keluar kamar, yang dikatakan sedang asyik adu gelut di kamar itu.Derit ranjang juga sangat jelas terdengar dari kamar itu, padahal mereka cuman lewat doang di depan kamar tersebut!‘Ihh suaranya, kayak desis ular kobra saja, aku lagi nge-bayangin, pasti si Sawitri sedang ke enakan dapat benda guedeee dan perkisonggg..! Sesak pastinya rahim dia. Mana lidah si Putul lihai banget kalau udah menguas hutan rimbun, amboii asoy niannn..wkwkw!” kata si selir ini genit dan di timpali kawannya dengan suara terkekeh.“Lihat saja ntar, jalan si Sawitri pasti beda, antara kapok dan kangen dengan keperkasaan si kaki buntung itu! Heran ya, kaki buntung, tapi bendanya udah guede, keras kayak pentungan lagi, hi-hi-hi” ceplos rekannnya lagi ta
Sesaat keduanya saling melumat, kali ini baik si Putul maupun Nyai Sawitri melakukannya dengan penuh perasaan.Bahkan tanpa sadar, tangan Putul mulai bergerilya di dada membusung Nyai Sawitri, ia lupa dengan planning-nya sendiri.“Tunggu…kita jangan sampai terlena, Pangeran Busu pasti sedang intai kita saat ini, belum saatnya kita bersenang-senang!” bisik Nyai Sawitri sambil meredakan jantungnya yang mulai berdebar.“Maaf…aku terbawa perasaan,” bisik Pendekar Putul, Nyai Sawitri tersenyum manis dan bilang diapun sama.Rasa yang selama ini padam, perlahan-lahan mulai bangkit daam hatinya.Malamnya, dengan kesaktiannya yang hebat, Pendekar Putul keluarkan Nyai Sawitri dari kamar ini.Ia sengaja ungsikan wanita ini dulu, karena semua informasi yang ia inginkan sudah di dapatkan, tak ada gunanya lagi berlama-lama di sini.Sehingga langkah pertama, selamatkan Nyai Sawitri dulu dan di sembunyikan di tempat aman.“Kamu aman di sini, janga berkeliaran yaa,” kata si Putul sambil pamit pada seo
Hutan ini sangat lebat dan terkenal angker, tapi anak bertubuh kecil kurus dengan pakaian mirip pengemis ini agaknya sudah terbiasa ke sini mencari kayu bakar, yang dikumpulkan lalu di jual ke pasar.Di usianya yang baru jalan 8 tahunan, dia harus bekerja keras seperti orang dewasa, karena keadaannya yang miskin. Wajahnya sebenarnya tampan, matanya bulat bersih, hidungnya kecil mancung. Krusaaakk….si anak kecil ini lalu refleks menoleh ke arah suara itu. “Jangan-jangan ular besar,” batinnya mulai waspada, sambil menghunus golok pendeknya yang selalu menemaninya bila ke hutan.Tiba-tiba hampir copot jantungnya, seolah melihat hantu di siang bolong, di depannya sudah berdiri seorang laki-laki yang tak dikenalnya. Tak sadar goloknya sampai terlepas dari tangan, saking kagetnya.Pandangan laki-laki itu menusuk mata polosnya, hingga hati si anak kecil ini mengkerek, ketakutan langsung melanda hati. Kok muncul tiba-tiba saja, batinnya.“Kamu…bawa benda ini, lalu pergii cepat…arghh…aku tak
Dengan kaki gemetaran menahan takut, Japra mendekati jasad Ki Palung. Nekat, dia pun memegang tubuh yang sudah taak bernyawa ini.“Astaga, benaran sudah mati, tubuhnya tak gerak lagi?” batin Japra dan kembali ketakutan melanda hatinya.Tiba-tiba Japra mendengar suara dari kejauhan, tanpa buang waktu, Japra berlari bersembunyi menjauhi jasad Ki Palung, dengan langkah ngos-ngosan saking gugupnya, sambil melihat-lihat situasi.Dia pikir pasti orang jahat yang sudah membuat Ki Palung tewas ini yang datang kembali. Apa yang dia khawatirkan benar adanya!“Ha-ha-ha…si pentolan perampok ini sudah mati!” tiba-tiba terdengar suara orang terbahak.Japra langsung gemetaran tubuhnya. Ternyata yang datang salah satu dari 3 pendekar golok putih, musuh Ki Palung.“Ya Tuhan, itu musuh Ki Palung moga dia tak lihat aku,” batin Japra makin merunduk tubuhnya ke tanah dan terhalang semak belukar yang lebat.Hatinya tentu saja ketakutan, di pikirannya orang itu pasti jahat..! Dari tempat persembunyiannya,
Dengan polosnya Japra pun mengangguk, dia bahkan tak ragu sebutkan isi sumpah tersebut. Hingga Ki Boka dan dua orang tadi saling pandang, takjub sekaligus keheranan.“Ini sumpah rahasia padepokan kita, agaknya anak kecil ini tak bohong Ki Boka,” bisik pria yang bernama Agur ini. Ki Boka menganggukan kepala sambil menaksir-naksir tubuh Japra.Tapi…tanpa setahu ke 3 orang ini, Japra sengaja tak ceritakan soal peta Pusaka Bukit Meratus!Ki Boka lagi-lagi bikin nyali Japra hampir menciut, orang yang menjadi wakil Ki Palung ini tak kalah seramnya dengan Ki Palung dan kedua orang yang membawanya ke sini.Wajah brewokan, tubuh Ki Boka tinggi kokoh dengan urat-urat kekar menonjol di kedua lengannya, ditambah golok yang lumayan besar di pinggangnya, lebih besar dari golok Agur dan Icok.Kini dia menatap tajam wajah Japra, kisah yang baru Japra sampaikan membuat wajahnya terlihat keruh, ada kemarahan serta dendam kesumat terlihat di sana. “Hmm…jadi ketua kami, Ki Palung sudah tewas di tangan 3
“Kurang ajar, heii jongos, kamu ternyata diam-diam ngintip saat kami latihan yaa. Kamu patut di hajar,” bentak Sawon, ditambah kompor dari 3 temannya, yang sebut Japra pencuri ilmu silat, makin murkalah Sawon.Tanpa menunggu Japra bicara. Hiattt….hiatttt…Sawon langsung keluarkan jurus-jurus terhebatnya, dia seolah ingin hajar Japra dalam satu gebrakan.Japra tentu saja kaget tak kepalang dengan serangan ganas Sawon ini. Tapi anak kecil ini tak gentar, dengan gesit dia mampu menghindar semua serangan ganas Sawon.Walaupun baru 6 bulanan berlatih seorang diri, dengan lincah semua serangan Sawon berhasil Japra elakan.Tapi Japra tak punya kesempatan membalas, kadang ada juga pukulan Sawon yang kena ke badan kurusnya. Japra menahan nyeri, tapi dia tak mau menyerah begitu saja."Aku tak salah apa-apa," batinnya mulai marah juga dengan kelakuan Sawon ini. Tanpa Japra sadari, jiwa pantang menyerang dan ingin membalas kalau disakiti mulai keluar tanpa dia sadari.Japra bertekad akan melawan ap
“Japra aku ikut berlatih yaa!”Japra yang sedang bergerak lincah langsung berhenti, mendengar suara bening dari seorang gadis kecil.Matanya bulat bersinar terang, kulitnya putih bersih, dengan bulu-bulu halus di sekujur lengannya, menambah kecantikannya.“Aura…boleh, ayoo kita berlatih bareng, mengulang pelajaran dari Mahaguru kemarin,” sahut Japra dengan wajah berbinar.'Siapa yang tak senang berlatih ditemani bocil cantik ini-' pikir Japra sumringah. Kebiasaan berlatih seorang diri sudah jadi rutinitas Japra sejak jadi murid di sini.Japra tak pernah pedulikan apapun kelakuan Ki Boka dan anak buahnya, yang kadang berpesta usai sukses melakukan perampokan pada korban-korbannya. Ia hanya fokus berlatih!Keduanya pun berlatih dengan riang gembira. Tubuh Japra yang kini bergerak gesit dan luwes, 2 tahun lalu dan saat ini sudah berubah.Di usianya yang sudah 10 tahunan, badannya berisi tak lagi kurus, tubuhnya pun makin jangkung. Ditunjang pakaian hitam yang dia kenakan. Menambah ketampa
Sesaat keduanya saling melumat, kali ini baik si Putul maupun Nyai Sawitri melakukannya dengan penuh perasaan.Bahkan tanpa sadar, tangan Putul mulai bergerilya di dada membusung Nyai Sawitri, ia lupa dengan planning-nya sendiri.“Tunggu…kita jangan sampai terlena, Pangeran Busu pasti sedang intai kita saat ini, belum saatnya kita bersenang-senang!” bisik Nyai Sawitri sambil meredakan jantungnya yang mulai berdebar.“Maaf…aku terbawa perasaan,” bisik Pendekar Putul, Nyai Sawitri tersenyum manis dan bilang diapun sama.Rasa yang selama ini padam, perlahan-lahan mulai bangkit daam hatinya.Malamnya, dengan kesaktiannya yang hebat, Pendekar Putul keluarkan Nyai Sawitri dari kamar ini.Ia sengaja ungsikan wanita ini dulu, karena semua informasi yang ia inginkan sudah di dapatkan, tak ada gunanya lagi berlama-lama di sini.Sehingga langkah pertama, selamatkan Nyai Sawitri dulu dan di sembunyikan di tempat aman.“Kamu aman di sini, janga berkeliaran yaa,” kata si Putul sambil pamit pada seo
Dan di luar kamar, mendongkolnya Pangeran Busu, apalagi saat dengar laporan pelayannya, juga omon-omon dua selirnya, yang sebelumnya di gasak si Putul 3 hari 3 malam.Kata mereka terdengar erangan dan dengusan nafas antara si Putul dan Nyai Sawitri, tembus sampai keluar kamar, yang dikatakan sedang asyik adu gelut di kamar itu.Derit ranjang juga sangat jelas terdengar dari kamar itu, padahal mereka cuman lewat doang di depan kamar tersebut!‘Ihh suaranya, kayak desis ular kobra saja, aku lagi nge-bayangin, pasti si Sawitri sedang ke enakan dapat benda guedeee dan perkisonggg..! Sesak pastinya rahim dia. Mana lidah si Putul lihai banget kalau udah menguas hutan rimbun, amboii asoy niannn..wkwkw!” kata si selir ini genit dan di timpali kawannya dengan suara terkekeh.“Lihat saja ntar, jalan si Sawitri pasti beda, antara kapok dan kangen dengan keperkasaan si kaki buntung itu! Heran ya, kaki buntung, tapi bendanya udah guede, keras kayak pentungan lagi, hi-hi-hi” ceplos rekannnya lagi ta
Nyai Sawitri terlihat malu-malu, dia malam ini di minta Pangeran Busu menemani Pendekar Putul di kamarnya.Antara kaget dan tak percaya dirinya, Pangeran Busu ‘rela’ menyerahkan dirinya untuk menemani Pendekar Cabul berkaki buntung nan tampan ini.Nyai Sawitri beda dengan dua selir sebelumnya, dia tak memandang sinis ke kaki si Putul, dia seolah anggap pendekar muda layaknya pemuda normal, ini yang bikin si Putul diam-diam kagum.“Silahkan minum dulu Nyai Sawitri, aku ingin kita berbincang-bincang dulu, boleh yaa?” kata Si Putul lembut, dengan gaya bak flamboyan sejati.Padahal usianya baru melewati 21 tahun alias masih 22 tahunan, tapi kelakuannya bak pria dewasa berusia 30 tahunan saja.“I-iya pangeran!” sahut Nyai Sawitri dengan suara gugup dan menerima gelas kecil yang berisi arak manis yang tak terlalu keras di meja kecil di kamar yang luas ini.“Hmm…sudah berapa lama jadi selirnya Pangeran Busu, usia kamu berapa? Tak apa, kamu ngomong saja apa adanya, jangan takut!” pancing Si Pu
“Iya yang mulia, boleh yaa..?” bujuk si Putul dengan wajah tanpa dosa. Tak peduli mata si Pangeran Busu bak mau keluar dari sarangnya, saking kaget sekaligus menahan amarahnya dengan kelancangaan si Putul ini.“Putul, kamu jangan keterlaluan, masa selir-selirku mau kamu embat semua? Kayak nggak wanita lain, dua orang masih belum cukup?” dengus Pangeran Busu kesal bukan main.Kini belang aslinya dia mulai keluar, dia tak lagi panggil Pangeran Arya, tapi langsung sebut nama poyokan pemuda buntung ini. Si Putul tak tersinggung, dia senyum-senyum saja, seakan ejek ucapan si pangeran ini.“Yang mulia tentu tahu bukan, aku juga di juluki Pendekar Cabul. Nahh...ku rasa wajar donk aku pingin nikmati bekas milik yang mulia, kan hanya bekas? Lagian yang mulia stok kan banyak!” sahut Pendekar Putul lagi, benar-benar kurang ajar sekali kelakuan si Putul ini.Pas lagi kebetulan muncullah salah satu selir si Temanggung ini, yang paling cantik pula.“Ahaaa…pucuk di cinta si cantik pun tiba, yang ini
“Akulah Pangeran Arya, atau Pendekar Putul, keponakan paman Pangeran Boon Me, yang di utus untuk menemui paman Pangeran Sana,” sahut si Putul tenang dan kini sudah dekat dengan kedua orang ini.Kalau Pangeran Sana kaget dan rada kurang yakin, karena Pangeran Boon Me tak pernah sebut kalau Pangeran Arya ini kakinya buntung, adalah Pendekar Tua ini yang berpandangan beda.Si pendekar tua sepintas sudah tahu kalau si Putul ini bukan pemuda biasa, mata dan sikapnya menunjukan kalau pemuda kaki buntung ini memiliki kekuatan dahsyat dalam tubuhnya.Karena dia adalah Ki Usu, salah satu anggota Tiga Pendekar Golok Putih, yang sangat kesohor dan di segani siapapun dan di sebut-sebut tak beda jauh kehebatannya dari Prabu Japra atau Pangeran Boon Me.Sehingga dengan mata batinnya yang sudah terlatih hebat ini, dia bisa menilai, Pendekar Putul ini bukan pemuda sembarangan, walaupun kakinya hanya satu!“Mari duduk pangeran,” kata Pangeran Sana ramah dan dia kembali bersikap biasa.Apalagi saat meli
“Apa yang harus aku kerjakan yang mulia?” tanya si Putul, tetap dengan sikap menghormat.“Hmm…begini Pangeran Arya, selama aku jadi Temanggung, ada seorang pejabat di kadipaten ini suka sekali julid denganku, dia agaknya ‘cemburu’ dan dengki, aku punya banyak selir. Bahkan dia suka fitnah aku nyulik para selir ini, padahal kamu lihat sendiri bukan? Mereka bahagia di sini,” kata Pangeran Busu, muali lancarkan siasatnya.Si Putul diam saja dan mendengarkan tidak mau menyela.“Jadi…aku minta kamu lenyapkan saja si pejabat itu, daripada aku terus di rongrongnya dan merusak nama baikku. Apalagi kita ini sepupu misan, memalukan bagi leluhur kita bukan? Nggak usah di paksa, wanita manapun pasti suka dengan kita-kita ini. Kita ini pangeran, bukan laki-laki sembarangan!” sambung si Pangeran Busu ini lagi, hingga si Putul terlihat manggut-manggut saja.‘Hmm baiklah yang mulia, siapa pejabatnya itu?” sela Pendekar Putul.“Namanya Pangeran Sana,” Pangeran Busu lalu sebutkan tempat tinggalnya.“Pan
Pendekar Putul bersikap pura-pura alim, dia harus adu cerdik agar tak dicurigai.“Ehmm…kenapa pangeran tidak nginap di sini saja, banyak kamar kosong dan dua selirku itu akan dengan senang hati melayani kamu pangeran?” pancing Pangeran Busu sambil senyum-senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya.“Oh yaa…itu tadi..?” Pendekar Putul terkaget-kaget, ini bukan di buat-buat, tapi kaget benaran, masa selir sendiri mau di ‘serahkan’ buatnya.Teringatlah dulu dia sempat gauli Nyai Safitri, istri Temanggung Iday dan gara-gara itu, dia sempat di musuhi kaum pendekar golongan putih.Lalu dirinya dii juluki Pendekar Cabul, julukan yang sangat tak enak di dengar telinga, selain julukan pendekar kaki buntung.Gara-gara berani selingkuhi selir sang Temanggung dan akhirnya menewaskan keduanya. Setela aksi tak terpujinya dipergoki sang temanggung itu.Pangeran Busu ini malah kebalikannya, dia tak segan menawarkan selirnya, dua sekaligus malah, cakep dan denok-denok lagi.“Tentu….dengan senang hati ak
“Selamat malam tuan, ini saya mau sampaikan sebuah surat buat tuan, dari utusan Temanggung Pangeran Busu!” seorang pelayan menyerahkan sebuah surat yang di lipat rapi dan di terima si Putul dengan dahi berkerut.Si pelayan pun juga rada aneh melihat si Putul yang hanya berkaki satu. Walaupun penampilan anak muda ini sepertinya bukan orang sembarangan. Wajah Si Putul juga tampan dan pakainnya bagus dan rapi.Buktinya, utusan Temanggung sampai mengiriminya surat, yang isinya tak berani dia buka.Tapi dia simpan keherananya itu dan kembali bertugas, si Putul pun menutup pintu kamarnya dan kini membuka kertas itu dengan macam-macam pikiran sekaligus bingung sendiri.“Selamat datang Pangeran Arya atau Pendekar Siluman alias Pendekar Putul, sebuah kehormatan bagi saya, sebagai Temanggung di kadipaten ini di kunjungi seorang pangeran seperti Anda. Besok saya undang pangeran untuk makan siang di rumah jabatan saya, akan ada utusan saya menjemput pangeran.Tertanda, Pangeran Busu, Temanggung Ta
Pendekar Putul kini membawa hatinya yang patah, Putri Arumi yang dia cintai kini akan sudah di lamar pamannya sendiri Pangeran Daha dan kelak akan menjadi Permaisuri.Seandainya pamannya ini kelak naik tahta, gantikan kakeknya Prabu Japra.Nasehat ibunya dan pamannya Pangeran Boon Me membuat hatinya kini tidak mau lagi coba-coba menyeleweng. Bahkan dia punya tugas khusus dari pamannya.“Arya, jangan pernah lagi bikin malu keturunan kita, walaupun kamu lahir sedarah! Tapi ingat, ayahmu seorang maharaja, kakekmu juga maharaja. Betapa hebatnya darah dalam dirimu, kamu harusnya bangga, darah dua raja bersemayam dalam darahmu. Aku sebagai pamanmu pun akan terimbas kalau kamu kembali menyeleweng, camkan ini nasehatku,” kata Pangeran Boon Me, sekaligus penekanan buat keponakannya ini.Tentu saja Pendekar Putul tunduk, setunduknya dengan pamannya ini, dia pun kini sadar dan diam-diam bangga, setelah pamannya ini beri dia nasehat yang bikin mata hatinya terbuka. Bahkan sebelum merantau, Putri