BERSAMBUNG
Setelah berhari-hari menunggu, Pendekar Putul pun dapat kesempatan menziarahi makan neneknya, walaupun kuburan ini di jaga sangat ketat prajurit kerajaan.Tapi dengan mudah si Putul masuk dan kini bersimpuh di depan makam yang di hiasi indah, sebagai penghormatan bagi pendiri kerajaan ini.Ingat kebaikan neneknya selama seminggu dan di beri jurus yang sangat hebat, tak terasa Pendekar Putul meneteskan airmata.“Maafkan aku nek…aku bersumpah mulai kini akan jadi pendekar yang baik seperti pesan nenek dan akan seperti kakek Prabu Japra. Aku juga tak bakal lepaskan 5 orang bertopeng, kemanapun akan aku cari” lirih sekali suara Pendekar Putul.Tanpa sadar dari tadi sikapnya di perhatikan seseorang yang mendiamkan saja ulahnya, kakinya saat menginjak lantai kompleks pekuburan khusus keluarga kerajaan sama sekali tak menimbulkan suara apapun, saking lihainya.Walaupun si Putul saat ini sangat sakti, tapi orang yang memperhatikannya jauh lebih sakti.Buktinya walaupun jaraknya hanya 10 meter
2,5 bulan kemudian, Pendekar Putul sudah tiba di kaki bukit meratus bagian barat, di mana padepokan ular hitam berada.Apa yang dikatakan Pangeran Boon Me benar adanya, kini di mana-mana berkibar bendera Ular Hitam dan banyak sekali orang-orang berpakaian hitam dengan sulaman ular di pakaian mereka, baik pria maupun wanita dan rata-rata masih muda.Dipinggang mereka pun terselip golok-golok dan jalan bak jagoan saja, seolah daerah ini wilayah yang mereka jaga.Ini seklaigus menandakan, daerah ini sudah di kuasai kelompok Ki Rawa dan Pandekar Gledek, sekaligus anak buahnya makin hari makin bertambah banyak saja dan datang dari 9 penjuru angin.Tapi Pendekar Putul yang terlanjur marah mendengar ibunya tertawan, sama sekali tidak gentar.Dirinya bahkan sengaja duduk berterang di sebuah warung di desa kaki bukit meratus ini.Padahal desa ini sudah masuk dalam kekuasaan kelompok Ular Hitam.Pendekar Putul sengaja, untuk pancing sang ular besarnya keluar, dia percaya diri dengan kemampuan s
Hutan ini sangat lebat dan terkenal angker, tapi anak bertubuh kecil kurus dengan pakaian mirip pengemis ini agaknya sudah terbiasa ke sini mencari kayu bakar, yang dikumpulkan lalu di jual ke pasar.Di usianya yang baru jalan 8 tahunan, dia harus bekerja keras seperti orang dewasa, karena keadaannya yang miskin. Wajahnya sebenarnya tampan, matanya bulat bersih, hidungnya kecil mancung. Krusaaakk….si anak kecil ini lalu refleks menoleh ke arah suara itu. “Jangan-jangan ular besar,” batinnya mulai waspada, sambil menghunus golok pendeknya yang selalu menemaninya bila ke hutan.Tiba-tiba hampir copot jantungnya, seolah melihat hantu di siang bolong, di depannya sudah berdiri seorang laki-laki yang tak dikenalnya. Tak sadar goloknya sampai terlepas dari tangan, saking kagetnya.Pandangan laki-laki itu menusuk mata polosnya, hingga hati si anak kecil ini mengkerek, ketakutan langsung melanda hati. Kok muncul tiba-tiba saja, batinnya.“Kamu…bawa benda ini, lalu pergii cepat…arghh…aku tak
Dengan kaki gemetaran menahan takut, Japra mendekati jasad Ki Palung. Nekat, dia pun memegang tubuh yang sudah taak bernyawa ini.“Astaga, benaran sudah mati, tubuhnya tak gerak lagi?” batin Japra dan kembali ketakutan melanda hatinya.Tiba-tiba Japra mendengar suara dari kejauhan, tanpa buang waktu, Japra berlari bersembunyi menjauhi jasad Ki Palung, dengan langkah ngos-ngosan saking gugupnya, sambil melihat-lihat situasi.Dia pikir pasti orang jahat yang sudah membuat Ki Palung tewas ini yang datang kembali. Apa yang dia khawatirkan benar adanya!“Ha-ha-ha…si pentolan perampok ini sudah mati!” tiba-tiba terdengar suara orang terbahak.Japra langsung gemetaran tubuhnya. Ternyata yang datang salah satu dari 3 pendekar golok putih, musuh Ki Palung.“Ya Tuhan, itu musuh Ki Palung moga dia tak lihat aku,” batin Japra makin merunduk tubuhnya ke tanah dan terhalang semak belukar yang lebat.Hatinya tentu saja ketakutan, di pikirannya orang itu pasti jahat..! Dari tempat persembunyiannya,
Dengan polosnya Japra pun mengangguk, dia bahkan tak ragu sebutkan isi sumpah tersebut. Hingga Ki Boka dan dua orang tadi saling pandang, takjub sekaligus keheranan.“Ini sumpah rahasia padepokan kita, agaknya anak kecil ini tak bohong Ki Boka,” bisik pria yang bernama Agur ini. Ki Boka menganggukan kepala sambil menaksir-naksir tubuh Japra.Tapi…tanpa setahu ke 3 orang ini, Japra sengaja tak ceritakan soal peta Pusaka Bukit Meratus!Ki Boka lagi-lagi bikin nyali Japra hampir menciut, orang yang menjadi wakil Ki Palung ini tak kalah seramnya dengan Ki Palung dan kedua orang yang membawanya ke sini.Wajah brewokan, tubuh Ki Boka tinggi kokoh dengan urat-urat kekar menonjol di kedua lengannya, ditambah golok yang lumayan besar di pinggangnya, lebih besar dari golok Agur dan Icok.Kini dia menatap tajam wajah Japra, kisah yang baru Japra sampaikan membuat wajahnya terlihat keruh, ada kemarahan serta dendam kesumat terlihat di sana. “Hmm…jadi ketua kami, Ki Palung sudah tewas di tangan 3
“Kurang ajar, heii jongos, kamu ternyata diam-diam ngintip saat kami latihan yaa. Kamu patut di hajar,” bentak Sawon, ditambah kompor dari 3 temannya, yang sebut Japra pencuri ilmu silat, makin murkalah Sawon.Tanpa menunggu Japra bicara. Hiattt….hiatttt…Sawon langsung keluarkan jurus-jurus terhebatnya, dia seolah ingin hajar Japra dalam satu gebrakan.Japra tentu saja kaget tak kepalang dengan serangan ganas Sawon ini. Tapi anak kecil ini tak gentar, dengan gesit dia mampu menghindar semua serangan ganas Sawon.Walaupun baru 6 bulanan berlatih seorang diri, dengan lincah semua serangan Sawon berhasil Japra elakan.Tapi Japra tak punya kesempatan membalas, kadang ada juga pukulan Sawon yang kena ke badan kurusnya. Japra menahan nyeri, tapi dia tak mau menyerah begitu saja."Aku tak salah apa-apa," batinnya mulai marah juga dengan kelakuan Sawon ini. Tanpa Japra sadari, jiwa pantang menyerang dan ingin membalas kalau disakiti mulai keluar tanpa dia sadari.Japra bertekad akan melawan ap
“Japra aku ikut berlatih yaa!”Japra yang sedang bergerak lincah langsung berhenti, mendengar suara bening dari seorang gadis kecil.Matanya bulat bersinar terang, kulitnya putih bersih, dengan bulu-bulu halus di sekujur lengannya, menambah kecantikannya.“Aura…boleh, ayoo kita berlatih bareng, mengulang pelajaran dari Mahaguru kemarin,” sahut Japra dengan wajah berbinar.'Siapa yang tak senang berlatih ditemani bocil cantik ini-' pikir Japra sumringah. Kebiasaan berlatih seorang diri sudah jadi rutinitas Japra sejak jadi murid di sini.Japra tak pernah pedulikan apapun kelakuan Ki Boka dan anak buahnya, yang kadang berpesta usai sukses melakukan perampokan pada korban-korbannya. Ia hanya fokus berlatih!Keduanya pun berlatih dengan riang gembira. Tubuh Japra yang kini bergerak gesit dan luwes, 2 tahun lalu dan saat ini sudah berubah.Di usianya yang sudah 10 tahunan, badannya berisi tak lagi kurus, tubuhnya pun makin jangkung. Ditunjang pakaian hitam yang dia kenakan. Menambah ketampa
Ki Birawa dan Ki Boka terlihat pembicaraan serius. Saking asyiknya berbincang, Ki Birawa dan Ki Boka ngobrol, tak sadar Japra sudah kembali setelah tadi bertemu Aura, dan kini mendengarkan obrolan mereka.“Jadi Maharaja sudah digulingkan seorang pangeran yang juga adik raja terdahulu?” terdengar suara Ki Boka. “Betul Boka, kerajaan sekarang berganti penguasa, pembersihan dilakukan kerajaan. Hati-hatilah kalian, raja yang baru ini kabarnya juga akan babat siapapun yang ganggu kerajaan-nya, termasuk mengganggu warganya!” Ki Boka mengangguk tanda paham dengan peringatan Ki Birawa. Ki Boka pun berencana ‘istirahat’ dulu jalankan aksinya bersama komplotannya.Dia khawatir bila masih beraksi, justru akan bentrok dengan pasukan kerajaan yang baru dan bakal panjang urusannya.“Boka, aku heran, katanya peta pusaka bukit meratus sudah berhasil di rebut Ki Palung. Tapi anehnya, saat dia tewas ditangan 3 Pendekar Golok Putih, peta itu lenyap! Apakah selama ini kamu selidiki kemana lenyapnya p
2,5 bulan kemudian, Pendekar Putul sudah tiba di kaki bukit meratus bagian barat, di mana padepokan ular hitam berada.Apa yang dikatakan Pangeran Boon Me benar adanya, kini di mana-mana berkibar bendera Ular Hitam dan banyak sekali orang-orang berpakaian hitam dengan sulaman ular di pakaian mereka, baik pria maupun wanita dan rata-rata masih muda.Dipinggang mereka pun terselip golok-golok dan jalan bak jagoan saja, seolah daerah ini wilayah yang mereka jaga.Ini seklaigus menandakan, daerah ini sudah di kuasai kelompok Ki Rawa dan Pandekar Gledek, sekaligus anak buahnya makin hari makin bertambah banyak saja dan datang dari 9 penjuru angin.Tapi Pendekar Putul yang terlanjur marah mendengar ibunya tertawan, sama sekali tidak gentar.Dirinya bahkan sengaja duduk berterang di sebuah warung di desa kaki bukit meratus ini.Padahal desa ini sudah masuk dalam kekuasaan kelompok Ular Hitam.Pendekar Putul sengaja, untuk pancing sang ular besarnya keluar, dia percaya diri dengan kemampuan s
Setelah berhari-hari menunggu, Pendekar Putul pun dapat kesempatan menziarahi makan neneknya, walaupun kuburan ini di jaga sangat ketat prajurit kerajaan.Tapi dengan mudah si Putul masuk dan kini bersimpuh di depan makam yang di hiasi indah, sebagai penghormatan bagi pendiri kerajaan ini.Ingat kebaikan neneknya selama seminggu dan di beri jurus yang sangat hebat, tak terasa Pendekar Putul meneteskan airmata.“Maafkan aku nek…aku bersumpah mulai kini akan jadi pendekar yang baik seperti pesan nenek dan akan seperti kakek Prabu Japra. Aku juga tak bakal lepaskan 5 orang bertopeng, kemanapun akan aku cari” lirih sekali suara Pendekar Putul.Tanpa sadar dari tadi sikapnya di perhatikan seseorang yang mendiamkan saja ulahnya, kakinya saat menginjak lantai kompleks pekuburan khusus keluarga kerajaan sama sekali tak menimbulkan suara apapun, saking lihainya.Walaupun si Putul saat ini sangat sakti, tapi orang yang memperhatikannya jauh lebih sakti.Buktinya walaupun jaraknya hanya 10 meter
Walaupun Prabu Harman bertahun-tahun melatihnya. Tapi, bakat si Putul memang di atas rata-rata dan Pendekar Gledek pun dulu akui kelebihan muridnya ini.Sehingga dia dulu sayang dengan muridnya ini dan berharap si murid mampu balaskan kekalahannya pada musuh-musuh besarnya.Bahkan di hari kedua, kehebatan Jurus Pedang Dewa ini makin membuat Putri Reswari makin berdecak saking kagumnya.Tak menyangka luar biasanya Pendekar Putul ini dalam waktu yang amat singkat mampu memainkan jurus ini begitu sempurna.Putri Reswari sampai memaksakan diri menyaksikan si Putul bersilat, berkali-kali dia berseru bahagia, saking kagumnya melihat cucunya ini berlatih.“Agaknya hanya Prabu Japra kakeknya dan pamannya si Pangeran Boon Me yang mampu imbangi kehebatannya, kelak kalau dia sudah matang melatih jurus Pedang Dewa ini,” gumam Putri Reswari dengan wajah berseri-seri.Setiap hari Pendekar Putul senang sekali melihat neneknya dilihatnya makin sehat, dan selalu membelai kepalanyaa penuh kasih sayang,
Terlongo lah Pendekar Putul, ia percaya kisah neneknya ini. Pantas aku di minta bersumpah segala, agar membunuh kakek dan pamanku sendiri, batinnya gemas dan marah bukan main pada bekas gurunya tersebut."Tak bakal lagi aku turuti sumpah konyol itu, sampai kapanpun, masa aku harus musuhi kakek dan pamanku sendiri. Walaupun Pendekar Gledek pernah memelihara dan menjadi guruku!" batin Pendekar Putul.“Arya cucuku…tahukah kamu kalau ibu kandungmu dan ayah kandungmu itu…sebenarnya…bersaudara, satu ayah beda…!”“A-apaaaa….ja-jadi…ibuku Putri Alona dan Prabu Harman itu bersaudara?”Hampir terjungkal Pendekar Putul mengetahui fakta yang di luar dugaan ini, bagaimana bisa ayah dan ibunya bisa sedarah?“Benar cucuku…mungkin itulah salah satu sebab, kamu lahir dalam kondisi...cacat. Karena kedua orangtuamu itu adalah keturunan Prabu Japra kakekmu, kamu terlahir karena hubungan sedarah..!” sahut Putri Reswari dan memandang kasian pada Pendekar Putul yang mendadak pucat wajahnya.“Ya Tuhan…kenapa
Setelah berkata begitu, Putri Reswari tiba-tiba menekan dadanya, lalu pingsan setelah muntah darah.Pendekar Putul tentu saja kaget bukan kepalang, dia langsung membopong tubuh neneknya sambil mengepit tongkatnya dan memindahkannya ke sebuah pesanggrahan.Setelah salah satu pengawal yang sudah sembuh tadi menunjukan tempatnya. Tempat ini memang jadi wahana bersantai keluarga kerajaan Hilir Sungai dan tempat favorit Putri Reswari menikmati masa tuanya.Bahkan bila bertemu suami tercintanya, Prabu Japra, mereka lepas kangen di pesanggrahan ini.Entah kenapa melihat kondisi neneknya begitu, hati keras Pendekar Putul luluh dan dia kali ini tak mau meninggalkan neneknya ini.Dia setia menunggui Putri Reswari dan merasa dekat dengan si nenek cantik ini.Sedangkan dua orang pengawal tadi diam-diam pergi dan melapor ke Istana Kerajaan Hilir Sungai, sedangkan sisa 3 orang berjaga di luar pesanggrahan.Mereka tentu tahu kalau si Putul ini cucu sang Putri Reswari, sesaat sebelum pingsan, ke 5 pe
Terkejutlah Pendekar Putul, tak dia sangka wanita cantik ini sudah berusia sangat tua. Tapi penampiln fisiknya bak masih berusia 35-40 tahunan.Namun dia diam saja dan konsentrasi untuk mengeluarkan racun di dalam tubuh si nenek awet cantik tersebut.Terlihatkan hawa berwarna ke abu-abun keluar dari ubun-ubun wanita ini, yang kini langsung semedi sambil pejamkan matanya, untuk salurkan hawa saktinya sendiri.“Sudah cukup anak muda, istirahatlah!” perintah si nenek, sehingga Pendekar Putul hentikan penyaluran hawa murninya, apalagi asap itu sudah berubah jadi putih seperti air mendidih.“Tolong obati 5 pengawalku itu, ke orang bertopeng itu benar-benar hebat sekaligus licik, pedang mereka sudah di olesi racun mematikan!” kata si nenek ini lagi.Lalu si Putul tanpa membantah bergantian obati ke 5 pengawal itu, sampai semua racun itu keluar dari tubuh mereka.Dan kini di mintanya bersemedi sambil pulihkan tenaga sekaligus membebat luka akibat tebasan pedang 5 orang bertopeng tadi, dengan
Di saat ibu kandung dan keluarganya sibuk bicarakan dia, Pendekar Putul kini malah tak ada niat sama sekali untuk kembali mencari ibu kandungnya.Hatinya terlampau sakit dan beranggapan kisah Pendekar Gledek tidak bohong, kalau dia sengaja di buang, karena kedua orang tuanya malu punya anak cacat seperti dirinya.Dia bahkan tak peduli lagi soal Padepokan Ular Hitam, si Putul malah berpetualang lagi dan tak sadar memasuki wilayah kerajaan ayah kandungnya, Kerajaan Hilir Sungai.Kerajaan Hilir Sungai di bawah kekuasaan Prabu Harman sudah menjadi kerajaan yang makmur dan maju pesat.Walaupun dibandingkan Kerajaan Muara Sungai atau Kerajaan Loksana, kerajaan ini jauh lebih kecil, tapi karena kecil itulah, mudah bagi Prabu Harman memakmurkan rakyatnya.Dulu ayahnya Prabu Japra pernah tawarkan 5 kadipaten buat di serahkan ke Prabu Harman.Namun putranya dari Putri Reswari ini menolak dengan halus, sebab dia yakin bakalan timbul masalah baru kelak.Pendekar Putul senang melihat warga kerajaan
“Apa lagi Nyai, jawaban sudah aku berikan, kurasa sudah cukup!”Setelah berkata begitu, secepat kilat Pendekar Putul melompat dan lenyap seketika dari hadapan Putri Alona.Dia tak mau lagi menunggu jawaban Putri Alona, dadanya tiba-tiba terasa sesak, ia melihat Putri Alona yang dia duga pasti ibu kandungnya sendiri ini seakan tidak ada rasa penyesalan sama sekali.“Ibu macam apa ini, apa karena dia seorang bangsawan, sehingga malu punya anak seperti aku yang cacat ini?” batin Pendekar Putul kesal dan marah dan sekaligus sedih bercampur jadi satu.Pendekar Putul ini juga sengaja pergi, karena sekilas dia melihat seseorang datang dan berdiri termangu menatap dia dan Putri Alona, seakan tak mau campuri keduanya.Andai si Putul bertahan, dia akan melihat pemandangan yang memilukan.Putri Alona menangis sesengukan di pelukan…adiknya, Pangeran Daha, yang mendengar ucapan bernada marah dari keponakannya itu pada ibu kandungnya sendiri.Sesaat sebelum si Putul menghilang ke dalam hutan yang le
Pendekar Putul kini lega, 4 orang sudah selamat dari Ki Rawa dan Pendekar Gledek serta ratusan pendekar golongan hitam.Dia sengaja pergi berbeda jurusan dengan Pengeran Daha Cs, padahal pamannya itu dengan lihai sudah kirim suara, mereka bertemu di sebuah tempat.Namun Pendekar Putul masih malu berkumpul dengan keluarganya sendiri.Apa yang dia lakukan bersama Pangeran Daha, Kakek Slenge’an, Putri Dao dan Pangeran Akmal jadi perbincangan semua kaum pendekar, baik golongan hitam juga golongan putih.Kehebatannya ‘acak-acak’ padepokan yang di kuasai Ki Rawa dan ratusan anak buahnya dianggap luar biasa beraninya.Terlebih selama ini cukup banyak pendekar golongan putih yang jadi korban.Kehebatannya ini menjadi gosip panas hingga berbulan-bulan, termasuk Pangeran Daha, Putri Dao, si kakek slenge'an juga Pangeran Akmal.Kesaktiannya yang hebat itu bikin Ki Rawa si majikan Padepokan Ular Hitam kelabakan, termasuk Pendekar Gledek bekas gurunya yang sangat sakti, sehingga membuat semua orang