BERSAMBUNG
Tubuh kokoh Pangeran Daha tak bisa di gerakan, tapi wajahnya yang semula membiru kini agak berkurang, namun Pangeran Daha merasakan tubuhnya sangat panas.Di depannya sambil asyik merokok cangklung, duduk Pendekar Gledek di atas sebuah batu. Dia tertawa saja melihat penderitaan anak muda bangsawan ini.“Apa mau kamu Pendekar Gledek, kalau kamu ingin membunuhku, lekaslah laksanakan,” tantang Pangeran Daha tanpa takut.“Ho-ho-ho….membunuhmu se gampang membunuh nyamuk Pangeran Daha, tapi aku ingin bikin kamu rusak dulu, sama seperti muridku si Putul itu, he-he-he!” ejek Pendekar Gledek.“Bikin rusak…? Apa maksudmu!” tanya Pangeran Daha kaget sekali.“Kamu lihat wanita cantik yang sedang pingsan itu?” cetus Pendekar Gledek.Mendengar ucapan Pendekar Gledek, Pangeran Daha menoleh dan alangkah kagetnya pangeran ini, dari jarak 3 meteran dari tubuhnya, tergolek tubuh denok…Putri Nia, salah satu selir Prabu Harman kakaknya, dalam kondisi pingsan.“Bangsat, sejak kapan kamu menculik putri selir
Tak ada yang mampu mencegah, keduanya akhirnya larut dalam kemesraan yang tak bisa lagi di cegah. Apalagi saat tubuh keduanya kini sama-sama polos, Pangeran Daha makin tak bisa menahan nafsunya.Semakin kuat Pangeran Daha bertahan, makin hebat pula godaan itu, apalagi saat ini Putri Nia bukannya mencegah, malah membuka pintu luas buat Pangeran Daha ini.Si Putri jelita ini tak sungkan menarik wajah Pangeran Daha agar sepuasnya melahap tubuh mulusnya, yang putih bak pualam. Begitu dua kutub berbeda bertemu, sekali dorong, masuklah perlahan-lahan benda keras ini dan menembus…perawan Putri Nia.Ya Putri Nia ternyata masih pewaran…kok bisa?Putri Nia ternyata belum di gauli Prabu Harman hingga saat ini, saat diambil jadi selir, usianya masih sangat muda, yakni 15 tahun lebih beberapa bulan.Prabu Harman yang memiliki selir-selir lain yang tak kalah cantiknya, termasuk permaisurinya, sengaja belum memetik buah yang dianggapnya belum matang ini. Prabu Harman memang selalu punya selir pi
Wajah Prabu Japra langsung keruh, kisah yang baru disampaikan Prabu Harman dan permaisuri ke 4 nya ini benar-benar di luar perkiraan pendekar sakti ini.Prabu Japra sampai menepuk pahanya, tanda menahan kekesalan. Bagaimana tidak, muridnya yang dia temukan tak sengaja 1,5 tahunan yang lalu ternyata cucunya sendiri.Mengetahui sepak terjangnya yang di luar prediksi dan jauh dari sifat seorang pendekar, hingga hilangnya Putri Nia, yang dipikirnya si Putul lah pelakunya, membuat wajah Prabu Japra makin kelam saja.“Sudahlah baginda, mau bagaimana lagi, tak pernah kita sangka, si Putul telah di rusak Pendekar Gledek, juga baginda sendiri yang malah tak sengaja memperhebat kesaktiannya…?” kata ibu suri Reswari bijak sambil menatap suaminya ini.“Iyahh…inilah kesalahanku, kenapa dulu tak bertanya riwayat si Putul!” keluh Prabu Japra, tak mengira cucunya segini jahatnya, sambil memegang tangan lentik permaisurinya.Dari ke 4 permaisurinya, kecantikan bekas ratu ini mengalahkan ke 3 istrinya P
Seorang pria berwajah teduh langsung menahan ke 9 rekannya yang ingin menyerang si Putul. Pria setengah tua ini mengelus jenggotnya yang sudah dwi warna.“Anak muda, kami sebagai orang tua yang menjunjung tinggi kegagahan tentu tak sudi mengeroyokmu. Tapi alangkah baiknya, kamu tobat dan hentikan perbuatan jahatmu pada wanita-wanita yang sudah kamu gauli itu,” kata si orang tua ini, kembal beri nasehat buat remaja salah jalan ini.Pria setengah tua memang di juluki sebagai Pendekar Budiman dan nama aslinya adalah Ki Roja, karena orangnya selalu bijak dan setiap kata-katanya sering jadi rujukan para pendekar golongan putih.“Bangsat! Aku tak perlu kamu nasehati, kalau kalian memang punya nyali, majulah satu-satu, keroyok sekalian pun tak apa!” bentak si Putul yang malah malu tak terkira terus di nasehati.“Pendekar Budiman, biar aku yang bikin pecahkan kepalanya manusia tak tahu diri ini,” bentak seorang pendekar yang di juluki Pendekar Pemarah dan terkenal paling brangasan.Pendekar Bu
Blarrrrr….!Terdengar suara ledakan yang sangat dahsyat, tubuh Pendekar Budiman terguling-guling, tapi tubuh si Putul terbang jauh dan….!Serangan mendadak yang menghajar dirinya dengan nekat si Putul tangkis sekuat-kuatnya. Tapi si Putul kalah tenaga.Clonggg…tubuhnya meluncur deras ke dalam jurang yang berada di belakangnya yang berjarak 20 meteran dari tempatnya berdiri.Si Putul pingsan seketika sambil meluncur deras ke dalam jurang, tak pernah dia sangka, akan muncul serangan dahsyat yang menolong Ki Roja alias Pendekar Budiman.Tubuh si Putul lenyap ke dalam jurang yang tak tahu berapa dalamnya, saking dalam dan gelapnya di bawah jurang ini.Si Putul benar-benar tak ingat apa-apa lagi apa yang saat ini menimpa tubuhnya, juga bahaya maut yang mengancam dirinya.Kini sudah berdiri seorang kakek yang sudah tua antara 70-80 an usianya yang berdiri kokoh di bibir jurang di mana si Putul tadi terjungkal, Pendekar Budiman langsung bangkit dan beri hormat ke orang ini.Si Kakek ini terli
Kalau menurut akal sehat, pastilah si Putul akan tewas terjungkal ke jurang yang sangat dalam dan tak terlihat dasarnya dari atas tersebut.Namun semua nyawa itu bukan manusia yang menentukan, tapi Tuhan Yang Maha Esa, kalau belum saatnya mati, ada saja jalannya untuk selamat.Dan…begitu juga dengan si Putul alias Pendekar Cabul ini.Saat melayang jatuh dan terjatuh ke jurang dalam kondisi pingsan, tak di nyana tubuhnya nyangkut di sebuah dahan yang sangat alot batang dan rantingnya.Guncangan keras terasa saat tubuh besarnya jatuh menimpa ranting pohon berdaun lebat dan ada buahnya berwarna merah tua ini.Tubuh pingsan si Putul tertahan di sana hingga malam hari dan berlanjut hingga matahari mulai bersinar pada keesokan harinya.Menjelang sore, pelan-pelan mata si Putul mulai membuka, terlihatlah dinding jurang yang berupa bebatuan cadas serta langit biru di atasnya, sinar matahari menimpa wajahnya, hingga sesaat si Putul silau dan terpaksa memejamkan matanya.“Di mana aku…apakah aku
Akhirnya si Putul sampai juga, ternyata ini sebuah ruangan luas yang datar dan saat si Putul melangkah, dia kaget, ternyata di ujungnya kembali ada jurang menganga.Si Putul pun duduk menjuntai di bibir jurang ini, sambil ngemil buah yang sebelumnya dia petik.“Ternyata ujungnya sama saja, jurang juga,” batinnya mulai putus asa lagi. Putul belum percaya diri untuk terjun ke bawah jurang, walaupun dia sakti, tapi...kakinya hanya satu?Dia malah termenung saja memikirkan sepak terjangnya selama 1,5 tahunan ini. Sampai berjam-jam dia termangu.Lalu si Putul melangkah ke tanah datar tadi menjauhi bibir jurang, karena hari mulai malam dan angin berhembus sangat kencang, dingin pula.Begitu sampai di sini, dia lega, tempat ini lumayan hangat dan dan kini dia harus membiasakan matanya lagi di dalam gelap.Saat cuaca belum terlalu gelap, matanya melihat sebuah tulisan yang lumayan rapi di dinding gua ini, Putul pun bangkit dan menatap tulisan itu.Merasa kurang terang, dia melihat-lihat rantin
Kita tinggalkan dulu si Putul yang kini berlatih sangat keras siang dan malam, berdasarkan kitab Pusaka Bukit Meratus yang tak sengaja ia temukan.Sehingga kesaktiannya makin hebat saja, tapi nafsu gilanya pada perempuan malah turun drastis.Kita kembali ke tokoh satunya, Pangeran Daha, yang kini asyik siang dan malam mereguk cinta bersama Putri Nia.Kebalikannya dari si Putul, nafsu Pangeran Daha lagi tinggi-tingginya.Sejak belah duren, keduanya malah semakin larut dalam manisnya cinta, kini keduanya dengan kesadaran penuh memadu cinta siang dan malam.Jebakan Pendekar Gledek malah bikin keduanya makin lengket dan bucin saja.Anehnya, semenjak selalu bercinta, kekuatan tenaga dalam Pangeran Daha justru meningkat makin hebat.“Astagaaa…kenapa jurus-jurusku makin hebat setelah menggauli Putri Nia?” batin Pangeran Daha hera, tapi kini bersorak gembira.Sehingga kadang di waktu senggang, setelah puas bercinta, Pangeran Daha berlatih silat dan bikin Putri Nia berdecak kagum, melihat hebat
“Maafkan aku kakek Prabu Japra, kali ini cucumu yang pernah durhaka ini akan menjadi pendekar yang baik, tidak lagi jadi pendekar jahat!” tekad si Putul.Dan kini dia sudah menemukan sebuah desa, lalu beli pakaian yang bagus dan juga kuda, untuk lanjutkan perantauannya.Koin emas yang dulu dia bawa masih banyak dan untungnya tak tercecer saat dia terjungkal ke jurang dulu.Cuman dia tak lagi antusias mencari kedua orang tuanya. Dia malu pernah menyeleweng, apalagi ayahnya Prabu Harman seorang maharaja di Kerajaan Hilir Sungai.“Kasian ayahanda Prabu Harman, pasti sangat malu tak ketulungan, punya anak seperti aku, sudah cacat, menyeleweng pula, jatuh harga diri beliau!” gumam si Putul termangu d atas kudanya yang dia biarkan jalan sendiri.Uniknya, sampai kini si Putul belum tahu, kalau Putri Alona, ibu kandungnya, justru adik ayahnya sendiri. Si Putul juga tak ada niat lagi untuk cari ibu kandungnya, dia hanya ingin membawa hatinya, kemana saja.Sejak turun gunung, si Putul buktikan
Setelah Pangeran Akmal bercerita, giliran Pangeran Daha yang ceritakan pengalamannya yang di sempat di culik Dua Kembar Ruba Betina dan Pendekar Serigala, saat bermaksud selidiki Temanggun Dawuk, kepala kadipaten Barabong.Namun di tolong seseorang yang sangat misterius dan sampai kini Pangeran Daha tak tahu siapa penolongnya tersebut.Tentu saja Pangeran Daha tidak bercerita soal penyekapan 3 hari 3 malam, yang membuat dia jadi permainan kedua betina genit itu.Yang anehnya semenjak sembuh dari pengaruh racun mawar merah, kekuatannya diam-diam naik berlipat?“Aku tak melihat jelas wajahnya, hanya aku tahu penolongku itu berjubah hitam, dalamnya putih, wajahnya tak begitu jelas…oh yaa…sebentar, orang itu pakai tongkat!” kata Pangeran Daha, sambil ingat-ingat tubuh si penolongnya.Pangeran Daha juga bilang, tak tahu apakah pendekar usianya itu sudah tua ataukah seumuran dirinya. Tapi yang dia tahu, penolongnya bukan wanita, tapi sosok pria.Kakek Slenge’an, Putri Dao dan Pangeran Akmal
Dan sekali ini, si pemuda ini harus mengaku dalam hatinya bahwa lawannya sungguh sama sekali tidak boleh disamakan dengan lawan-lawannya yang pernah dia kalahkan.Ternyata si kakek ini memiliki ilmu pedang yang hebat, di samping tenaga dalamnya yang kuat, ditambah lagi sebatang pedang pusaka pendeknya yang sangat ampuh!“Kakek mundurlah, biar aku yang gantian hadapi dia!” tiba-tiba Putri Dao maju ke gelanggang pertarungan dan si kakek ini mundur, lalu berdiri di samping Pangeran Daha.Melihat gaya anggun dan kini saling berhadapan dari jarak 5 meteran, makin tak karuan rasa si pemuda ini.Mulailah Si Pemuda merasa ketar-ketir, melawan si kakek tadi saja dia sudah kelabakan, entah bagaimana pula dengan si gadis cantik yang agaknya galak ini, tapi sudah bikin hatinya jungkir-balik.Belum lagi pria yang tak kalah tampan dengannya, yang sejak tadi terlihat tenang-tenang saja, sama tak ada wajah khawatir dari raut mukanya.Bahkan Pangeran Daha seakan ingin lihat, apakah kepandaian keponakan
“Mereka akan merekrut sebanyak-banyaknya anggota, baik warga biasa, kaum pendekar golongan hitam ataupun putih, lalu akan mendirikan sebuah kerajaan baru, Kadipaten Barabong sudah berhasil mereka kuasai!” kata Putri Dao dengan bersemangat, bahkan tangan dan matanya seakan ikutan bicara.Sangat menarik dan makin cantik saja keponakannya ini saat bercerita, andai orang lain, pasti sejak tadi Pangeran Daha sudah jungkir balik jatuh cinta.Kecantikan Putri Dao, tentu saja mengalahkan kekasihnya, si Putri Nia.Kagetlah Pangeran Daha, ini bukan gerakan main-main, apalagi setahunya Pendekar Gledek sangat berpengalaman susun kekuatan, untuk kemudian lakukan makar.Walaupun selalu gagal, karena dihancurkan Prabu Japra dan Pangeran Boon Me, yang sukses dua kali gagalkan misi besar Pendekar Gledek.Sehingga sampai kini, Pendekar Gledek dendam tak kepalang dengan orang tua dan kakak dari Pangeran Daha ini.Tapi kalau terlambat di basmi, bisa jadi gerakan kelompok ini makin besar dan makin kuat ser
Sosok hitam yang mereka --Baung, Jinari dan Jamari, pikir hantu ini lalu mengusap wajahnya.Kemudian terlihatlah wajah yang sangat tampan, tapi berwajah murung, pakaian dalamnya putih, tapi di tutup jubahnya yang berwarna gelap.Lelaki tampan ini lalu masuk ke dalam kereta ini dan dengan cepat pondong tubuh Pangeran Daha yang setengah tertidur alias setengah pingsan ini.Gerakannya sangat cepat dan tak lebih dari 2 detik, tubuhnya yang kokoh dan menggunkan tongkat sudah lenyap dalam hutan lebat yang gelap ini.Saking hebatnya ilmu meringankan tubuhnya, kereta ini sama sekali tak bergerak, ini menandakan orang ini luar biasa ilmu silatnya.Pangeran Daha yang setengah sadar terbangun, dia merasa aneh, kenapa kini berada di sebuah gua, hari pun sudah beranjak pagi, tidak lagi malam dan berada di dalam kereta yang di bawa Dua Rubah Betina serta Pendekar Serigala.Tapi Pangeran ini tak pikirkan itu, dia cepat-cepat lakukan semedi dan kerahkan seluruh kesaktian tenaga dalamnya, untuk kembali
Kedua Kembar Rubah Betina yang bernama Jinari dan Jamari ini langsung kalang kabut berpakaian.Padahal mereka tengah enak-enaknya naik ‘kuda jantan’ ini, yang sengaja mereka recoki obat kuat, agar tetap perkasa, walaupun tenaga dalamnya tak berfungsi.“Sialan si Pendekar Serigala, orang lagi nanggung, eh main panggil saja,” gerutu Jinari, sambil bantu Pangeran Daha berpakaian lagi.Saking gemasnya, dia malah sempat-sempatnya memegang tongkat Pangeran Daha yang masih kokoh bak tongkat ulin.“Ihh padahal masih ngacengg say!” kata Jamarin terkekeh dan dengan gemas sempat melumat batang ini.Tapi panggilan orang yang mereka sebut Pendekar Serigala membuat keduanya dengan terpaksa papah Pangeran Daha keluar dari kuil tua ini.“Gila sekali kalian berdua, tahu kah kalian siapa dia ini hahhh? Dia ini Pangeran Daha, putra mahkota Kerajaan Muara Sungai. Kalau sampai lepas gara-gara ulah kalian, leher kalian berdua yang mulus itu bakalan misah dari tubuh kalian yang bakalan dilakukan guru kita,”
Bukannya melaporkan ke dalam, ke 5 orang ini serempak mengurung Pangeran Daha, bahkan tak lama datang lagi 10 orang, dengan golok terhunus.Sempat pangeran ini ingin berontak, namun dia pikir, lebih baik pura-pura menyerah untuk selidki apa yang sebenarnya terjadi.Pangeran Daha pun di bawa ke dalam bangunan ini dan kagetlah dia, setelah pedangnya di ambil, Pangeran Daha di masukan ke dalam sebuah kerangkeng hewan yang sangat kuat.Kerangkeng ini biasa di gunakan untuk menangkap hewan buas, seperti biruang juga harimau, bahkan gajah liar.“Hmm…makin aneh saja,” pikir Pangeran Daha, andai dia mau, tak sulit baginya jebol kerangkeng ini.Pangeran Daha di biarkan di sana sampai malam hari, tak pernah terlihat batang hidung Temanggung Dawuk.Namun tengah malam, Pangeran Daha kaget sekali saat mencium bau seperti bunga mawar, lalu dia pun tak sadarkan diri.Tak lama, tubuhnya yang sudah tak berdaya ini dikeluarkan dari karangkeng, dan di halaman rumah Temanggung Bawuk ini sudah menunggu seb
“Begitulah baginda pangeran, dalam waktu yang amat singkat, kelompok Ular Hitam pimpinan Ki Rawa dan Pendekar Gledek sudah memiliki ribuan pengikut, ini sungguh di luar dugaan!” kata Agu si Pendekar Pemarah.Yang tak ragu ceritakan hasil penyelidikan mereka berdua dengan Palo si Pendekar Pisau Sakti selama 2 mingguan ini.“Hmm…berbahaya sekali, apalagi ini masuk wilayah kerajaan Muara Sungai, kita harus segera hentikan gerakan ini, aku yakin ini akan menjadi cikal bakal gerakan pemberontakan,” cetus Pangeran Daha tanpa tedeng aling-aling.Palo menambahkan kisah Agu, sudah banyak pendekar golongan putih yang coba hadapi kelompok Ular Hitam ini.Karena sepak terjang kelompok ini sangat meresahkan dan tak segan merampok desa-desa terdekat dari padepokan kelompok ini.“Tapi banyak rekan kita yang tewas dan luka-luka berat!” sela Agu, sambil hela nafas.Palo pun membenarkan ucapan sahabatnya ini, bahkan mereka beberapa kali bentok dengan kelompok jahat itu, yang kedapatan merampok dan mencu
Saat akan menyahut, rekannya langsung menepuk lengannya, sehingga pria setengah tua ini langsung, tidak jadi menyahut ejekan wanita berbaju hitam tersebut.Kedua orang ini terdengar bicara perlahan, tapi Pangeran Daha tahu apa yang mereka bicarakan. Dengan kesaktiannya, dia menguping apa yang diomongkan dua orang ini.“Pendekar Pemarah, kita ke sini hanya menyelidiki soal Padepokan Ular Hitam yang makin merajalela, Ki Roja alias Pendekar Budiman, bahkan Ki Samonang minta kita jangan buat ulah,” bisik rekannya.Mendengar percakapan ini, Pendekar Daha langsung paham, kedua orang ini bukan penjahat, tapi sebaliknya, kelompok golongan putih, yang sedang dalam misi menyelidiki Padepokan Ular Hitam yang makin lama makin meresahkan ini.Tentu saja dia kenal baik siapa itu Pendekar Budiman, yang juga sahabat baik ayahandanya.Apalagi Ki Samonang, tokoh pendekar tua yang sangat sakti dan salah satu anggota 3 Pendekar Golok Putih yang sangat kesohor tersebut.Kini Pangeran Daha malah akan bersia